Silahkan Di Baca

Senin, 28 Desember 2009

Sambutan Pembukaan Bali Democracy Forum II

PIDATO PEMBUKAAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Dr. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

PERTEMUAN BALI DEMOCRACY FORUM
KE – 2 TAHUN 2009

BALI, 10 DESEMBER 2009



Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Om swastyastu

Yang Mulia, Sultan Haji Hassanal Bolkiah, Sultan Brunei Darussalam;
Yang Mulia, Yukio Hatoyama, Perdana Menteri Jepang;
Yang Mulia, Kay Rala Xanana Gusmao, Perdana Menteri Timor Leste.

Hadirin yang saya hormati.
Pertama-tama, ijinkanlah saya, atas nama Pemerintah dan rakyat Indonesia, mengucapkan selamat datang kepada Yang Mulia dan para tamu terhormat di Pulau Bali yang indah dan damai ini, untuk menghadiri Pertemuan Bali Democracy Forum ke-2.

Satu tahun yang lalu, di Pulau Bali ini, kita mulai menyelenggarakan Pertemuan Bali Democracy Forum Pertama, sebuah pertemuan yang membahas demokrasi dari berbagai sisi dan sudut pandang. Dalam pertemuan yang bersejarah itu, tanpa memandang latar belakang sejarah masing-masing, kita bertekad untuk membangun dan meningkatkan kapasitas politik masing-masing, untuk diabdikan bagi kepentingan rakyat.

Saya sungguh berbesar hati, bahwa semangat dan optimisme kita tetap menyala pada pertemuan kedua ini. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah Negara peserta maupun pengamat, yang hadir dalam Bali Democracy Forum ini. Ini semua merupakan pertanda yang baik, bagi pengembangan dan masa depan demokrasi di Asia.

Forum ini tidak dirancang untuk mendebatkan sistem demokrasi mana yang terbaik, atau untuk mencari definisi yang baku mengenai demokrasi. Kita tahu, tidak ada demokrasi yang sempurna. Demokrasi di manapun, dan apapun coraknya, merupakan proses yang terus berkembang secara dinamis dan tidak pernah selesai.

Tujuan utama Bali Democracy Forum adalah, untuk membangun dialog dan kerjasama internasional dan regional di bidang demokrasi.

Kita membentuk forum ini untuk saling belajar dari pengalaman masing-masing, dalam menjalankan demokrasi. Dan Asia, sesungguhnya, kaya dengan pengalaman-pengalaman ini.

Karena itulah, saya ingin menyampaikan penghargaan kepada Institute for Peace and Democracy, yang sejak dibentuk tahun lalu telah aktif mengadakan berbagai kegiatan, antara lain berupa seminar, lokakarya dan pertemuan kelompok ahli, dialog antarpakar, serta kerja pengkajian. Let us give them a big hand of appreciation !!

Di Indonesia sendiri, tahun ini adalah tahun yang istimewa dalam kehidupan berdemokrasi, dengan adanya 2 dua peristiwa politik yang besar: yaitu Pemilihan Anggota Parlemen pada bulan April, dan Pemilihan Presiden pada bulan Juli.

Dalam kedua peristiwa akbar tersebut, rakyat Indonesia menunjukkan animo yang luar biasa untuk menentukan masa depan bangsanya. Pemilu tersebut diikuti oleh sekitar 128 juta pemilih, atau setara dengan 84 % dari total pemilih. Hal ini membuktikan bahwa setelah 3 kali melaksanakan pemilihan umum, kepercayaan rakyat terhadap sistim demokrasi semakin besar. Dalam suatu survei yang diadakan oleh lembaga survey Indonesia, LSI, tercatat sekitar 90 % percaya bahwa bangsa dan negara berada dalam arah yang benar. Ini merupakan bukti bahwa demokrasi telah secara sadar diterima, dan menjadi bagian penting dari kehidupan bangsa Indonesia.

Era demokrasi dan reformasi Indonesia kini telah berusia 11 tahun. Proses ini sama sekali tidak mudah, tetapi penuh dengan rintangan, dan pasang surut. Namun kami bersyukur karena dalam proses yang labil ini, para pemimpin bangsa memiliki kesadaran dan niat yang baik, dapat bekerja-sama, seraya mencari konsensus dan kompromi, berani mengambil keputusan-keputusan yang sulit, dan selalu berupaya mengajak masyarakat untuk berpartisipasi secara positif. Dalam perkembangan-nya, setelah mengalami masa yang penuh gejolak, demokrasi Indonesia kini mencapai suatu equilibrium yang baru – yang relatif stabil dan dinamis.

Kami, rakyat Indonesia belajar banyak dalam masa transisi, reformasi dan demokratisasi yang penuh dengan suka dan duka. Kami juga bersyukur bahwa dalam perkembangannya, kehidupan demokrasi yang makin mekar ini juga disertai dengan pembangunan ekonomi yang makin berhasil, politik yang makin stabil, serta good governance dan rule of law yang makin terwujud.

Hadirin sekalian yang saya hormati,
Tema Forum Demokrasi Bali tahun ini adalah Demokrasi dan Pembangunan. Saya ingin menyampaikan, bahwa meskipun Demokrasi dan Pembangunan adalah dua hal yang berbeda, namun kedua konsep ini saling terkait. Pembangunan tanpa demokrasi akan timpang, sebaliknya demokrasi tanpa pembangunan akan hampa. Dengan demikian, demokrasi dan pembangunan adalah dua proses yang dapat saling memperkuat.

Saya yakin, saudara-saudara, para peserta Forum ini, akan dapat membahas keterkaitan dan sinergi antara demokrasi dan pembangunan. Dan, saya yakin pula, saudara tentu memiliki cara pandang dan pengalaman yang berbeda-beda, sesuai dengan keunikan situasi dan kondisi yang dihadapi masing-masing.

Sehubungan dengan itu, perkenankanlah saya menyampaikan beberapa pemikiran mengenai demokrasi dan pembangunan, yang barangkali dapat dijadikan salah satu bahan pembahasan.

Pertama, baik demokrasi maupun pembangunan menuntut akuntabilitas para pemimpin dan pejabat pemerintahan. Setiap pemimpin yang mendapatkan mandat dari rakyat harus bekerja sangat keras untuk memberikan yang terbaik bagi rakyat, melalui wahana demokrasi dan pembangunan. Inilah esensi dari tata kelola pemerintahan yang baik.

Kedua, apapun sistem politiknya, pembangunan dan demokrasi harus memberikan ruang bagi partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan, yang berpengaruh pada kehidupan mereka. Setiap masyarakat di manapun, selalu mempunyai harapan, aspirasi dan pilihan. Tugas para pemimpin, baik di Pemerintahan maupun Parlemen, adalah mencari cara yang terbaik untuk menangkap aspirasi dan harapan rakyat, dan selanjutnya berjuang dan perupaya untuk memenuhi harapan-harapan itu.

Ketiga, kita juga harus menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dengan pembangunan politik. Jangan sampai yang satu tumbuh terlalu jauh melampaui yang lain, karena akan menimbulkan ketidakpuasan dan instabilitas. Di waktu yang lalu, Indonesia pernah mengalami situasi seperti itu. Dalam suatu keseimbangan, kita dapat mencapai sinergi. Melalui demokrasi, pembangunan menjadi inklusif dan adil. Melalui pembangunan, demokrasi menjadi lebih stabil dan berkesinambungan. Kita harus ingat, bahwa baik pembangunan maupun demokrasi mesti menghasilkan manfaat yang nyata bagi rakyat. Manfaat yang luas, adil dan merata.

Di sisi lain, demokrasi dan pembangunan pada intinya adalah proses pemberdayaan. Pemberdayaan untuk seluruh lapisan masyarakat. Terutama pemberdayaan bagi mereka yang lemah, yang kecil, yang terpinggirkan, dan yang terbelakang.

Saudara-saudara,
Dalam kaitan ini, saya melihat adanya hikmah dan pelajaran penting dari krisis finansial global dewasa ini, karena krisis itu memaksa dunia internasional untuk melakukan restrukturisasi ekonomi yang lebih demokratis. Salah satu manifestasinya adalah, semakin mengemukanya tuntutan terhadap konsep “inclusive growth” - yang bergulir sejak dilontarkan oleh Forum G-20, dan yang juga aktif didukung oleh Asian Development Bank. “Inclusive growth” memberi perhatian besar pada pembangunan yang merata, dan kepada kelompok-kelompok yang lemah dan kecil. Konsep ini telah menjiwai kerjasama ASEAN, dan juga telah diadopsi di Forum APEC.

Di Indonesia sendiri, sejak 5 tahun yang lalu, saya telah menetapkan sebuah strategi pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada “pertumbuhan disertai pemerataan”, atau “growth with equity”. Dalam penjabarannya, strategi ini memilik 3 jalur, yaitu pembangunan ekonomi yang pro-growth, pro-job, dan pro-poor. Saya yakin triple-track strategy inilah yang sesuai dengan situasi di negara berkembang, yang masih menghadapi permasalahan kemiskinan dan pengangguran.

Pada akhirnya, saudara-saudara, esensi dari demokrasi dan pembangunan adalah untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Baik sebagai hamba Tuhan, maupun sebagai insan sosial.

Manusia berasal dari Sang Pencipta yang membuatnya sejajar dengan sesamanya. Dengan demikian dia memiliki nilai yang tidak dapat diberi harga oleh pasar manapun. Dia memiliki hak yang tidak dapat dihilangkan oleh pemerintahan manapun. Dan dia juga memiliki tanggung jawab yang tidak dapat diganti oleh kekuasaan manapun.

Tentu saja, membahas demokrasi dan pembangunan, antara ekonomi dan politik, akan memiliki cakupan yang luas. Sebagaimana saya sampaikan sebelumnya, sejarah dan pengalaman pembangunan masing-masing bangsa juga berlain-lainan. Banyak yang berpendapat bahwa demokrasi itu bukanlah tujuan akhir. Yang menjadi tujuan akhir dari demokrasi, dan juga pembangunan adalah terwujudnya kesejahteraan rakyat, lahir dan batin. Kesejahteraan yang menghadirkan rasa keadilan yang sejati.

Saya sungguh berharap, di forum ini, Forum Demokrasi Bali, saudara-saudara saling dapat berbagi pandangan dan pengalaman tentang demokrasi, pembangunan dan kesejahteraan rakyat.

Akhirnya, saudara-saudara dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, serta dengan mengucapkan `Bismillahirrahmanir-rahim`, Forum Demokrasi Bali ke-2, saya nyatakan dengan resmi dibuka.

Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

[+/-] Selengkapnya...

Senin, 07 Desember 2009

Sambutan Puncak Peringatan Hari Perdamaian Dunia


TRANSKRIPSI
SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PERESMIAN MONUMEN GONG PERDAMAIAN
DALAM RANGKA
PUNCAK PERINGATAN HARI PERDAMAIAN DUNIA TAHUN 2009
AMBON, 25 NOVEMBER 2009



Bismilahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Shalom,

Para Tamu Undangan dan hadirin yang saya muliakan,
Saudara-saudara se-bangsa dan se-tanah air yang saya cintai dan saya banggakan,
Pada hari yang bersejarah dan insya Allah penuh berkah ini, marilah sekali lagi, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas perkenan dan ridho-Nya, kita semua dapat menghadiri Peringatan Hari Perdamaian Dunia Tahun 2009, International Day of Peace of 2009.

Kita juga patut bersyukur, karena sebentar lagi akan kita resmikan pendirian Monumen Gong Perdamaian yang kita pilih, kita bangun di Kota Ambon yang kita cintai bersama ini. Masyarakat Maluku pastilah bersyukur, karena konflik komunal yang merebak 10 tahun yang lalu telah berakhir, karena kuasa Tuhan, karena ijin Allah SWT dan karena tekad yang membaja dari Saudara semua. Masyarakat Maluku tentu juga bangga, karena Gong Perdamaian Dunia kini terpasang di tanah Maluku bersama-sama dengan 34 tempat di seluruh dunia.

Saya masih ingat Saudara-saudara, sekitar 6 sampai 7 tahun yang lalu, beberapa bulan setelah kita bertemu di Malino, karena masih ada ekor dari kekerasan waktu itu, saya memimpin sendiri upacara pemusnahan senjata di sekitar tempat ini, kita buldozer, kita hancurkan. Dalam sambutan saya waktu itu, selaku Menko Polkam adalah, masa depan Maluku bukanlah konflik senjata dan kekerasan, tetapi adalah perdamaian, persaudaraan dan pembangunan. Alhamdulillah, Tuhan Maha Besar, kita melihat gerak pembangunan yang makin menghasilkan sesuatu yang didambakan oleh masyarakat kita. Oleh karena itu, tepatlah kiranya kalau tema Hari Perdamaian Dunia yang dipilih adalah ”Damai Berkelanjutan” (Sustain and Sustainable Peace).

Hadirin yang saya muliakan,
Mengapa setiap tahun kita peringati Hari Perdamaian Dunia? Ada beberapa alasan. Pertama, hadirnya dunia yang aman dan damai adalah merupakan cita-cita semua bangsa, yang tentunya juga merupakan misi besar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Alasan yang kedua, dunia yang aman dan damai itu belum terwujud. Di seluruh dunia, di berbagai kawasan masih berkecamuk konflik bersenjata, kekerasan, terorisme dan perang.

Dan yang ketiga alasan kita adalah hadirnya dunia yang aman dan damai itu tidak datang dari langit, bukan sesuatu yang taken for granted, semua harus diperjuangkan, semua harus diikhtiarkan. Dan manakala perdamaian itu terwujud, harus tetap kita jaga dan pelihara. Maluku memiliki pelajaran yang amat berharga di dalam mengakhiri konflik itu dan kini di bawah kepemimpinan Saudara Gubernur, berusaha untuk memelihara suasana damai ini, merajut kembali persaudaraan dan membangun Maluku untuk menuju masa depan yang lebih baik.

Hadirin sekalian,
Bertepatan dengan Peringatan Hari Perdamaian Dunia 2009 ini, Indonesia mengajak bangsa-bangsa lain di seluruh dunia. Pertama, marilah kita terus berikhtiar, bekerja sama, dan berupaya untuk mengakhiri berbagai konflik kekerasan dan peperangan. Ciri-ciri bangsa yang beradab, dunia yang beradab, civilized world adalah mereka yang tidak menyukai kekerasan, mereka yang mencintai perdamaian dan menyelesaikan konflik dengan cara-cara yang damai dan bermartabat. Indonesia juga mengajak, marilah kita menyelesaikan berbagai perbedaan, pertentangan dan konflik secara damai. Mari kita jalankan diplomasi dan negosiasi untuk mencegah perang. Mari lebih kita gunakan soft power dan bukan hard power yang lebih menjurus kepada perang dan tindakan-tindakan kekerasan. Dan di atas segalanya, manakala secara internal kita juga menghadapi persoalan keamanan, mari kita carikan resolusinya secara damai, peaceful conflict resolution.

Indonesia juga mengajak kepada bangsa-bangsa lain di dunia untuk terus membangun tatanan dunia yang semakin adil, termasuk perekonomian dunia. Kita berjuang bersama negara-negara dalam forum G-20 misalnya, untuk menghadirkan arsitektur dan tatanan perekonomian dunia yang lebih adil. Kita juga berjuang bersama-sama bangsa lain untuk mewujudkan tujuan Millenium Devolopment Goals, untuk mengurangi kemiskinan sejagad. Kemiskinan, keterbelakangan, ketidakadilan kerap pula memunculkan konflik, kekerasan dan peperangan. Oleh karena itu, sepatutnya kita juga mengatasi akar penyebab dari konflik dan peperangan itu.

Indonesia juga mengajak marilah terus kita bangun dialog antar peradaban, dialogue among civilization, dialog antar agama, dialog antar media, dialog antar generasi muda. Dengan demikian, maka satu sama lain makin mengenal, semakin dekat dan akhirnya bersatu untuk memelihara perdamaian dan keamanan dunia.

Dan yang terakhir, Indonesia mengajak bangsa-bangsa lain untuk terus memerankan Perserikatan Bangsa-Bangsa, The United Nation dan juga perhimpunan atau asosiasi regional, organisasi kawasan yang semuanya itu bertujuan untuk menciptakan keamanan dan perdamaian dunia, termasuk di dalamnya keamanan dan perdamaian kawasan.

Saudara-saudara,
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Dalam konteks itu semua, Indonesia akan terus menjalankan kewajibannya, sumbangan atau kontribusinya sebagai berikut:
Pertama Indonesia akan terus berperan secara aktif untuk memelihara perdamaian dunia, termasuk kita akan terus mengambil bagian dalam peace keeping mission. Tugas-tugas pemeliharaan perdamaian di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tiga tahun yang lalu kita mengirimkan kontingen Indonesia untuk mengemban tugas misi perdamaian PBB di Libanon. Prakarsa kita yang kita sampaikan kepada Sekjen PBB waktu itu dan sekarang pasukan kita masih terus mengemban tugas di perbatasan Israel dengan Libanon untuk menjaga perdamaian di wilayah itu. Dan banyak lagi daerah-daerah konflik yang Indonesia juga menyumbangkan putra-putri terbaiknya menjadi bagian dari peace keeping mission of United Nation.

Yang kedua, Indonesia akan terus aktif menyelenggarakan atau memfasilitasi berbagai dialog, baik sebagaimana yang saya sampaikan tadi, dialog antara agama, antar media, antar identitas, maupun antar peradaban. Sejak 3 tahun yang lalu, atas prakarsa Indonesia dan Norwegia, kita menyelenggarakan Global Inter-media Dialogue, dialog antar media secara global. Saya sampaikan prakarsa itu bersama sahabat saya Perdana Menteri Norwegia, karena banyak sekali permasalahan, karena apa yang diliput dan disuarakan oleh media. Kalau itu tidak ada jalinan komunikasi di antara mereka kadang-kadang persoalan menjadi lebih rumit.

Kita juga dalam rangka membangun jembatan atau dialog ini, sejak 2 tahun yang lalu membentuk yang disebut Eminent Persons Group apa yang saya bangun bersama Perdana Menteri Malaysia waktu itu, Bapak Abdullah Badawi, agar perselisihan kadang-kadang di antara bangsa Indonesia dan bangsa Malaysia bisa kita kelola dengan baik, sehingga tidak mengganggu persahabatan di antara kedua bangsa.

Kita juga membangun dialog antar pemimpin Islam, Islamic leaders, yang disponsori oleh Indonesia dan Kerajaan Inggris dengan tujuan agar juga ada dialog yang terus dilakukan untuk membangun pemahaman dan persepsi yang positif. Dalam kaitan konflik ataupun residu dari masa lalu antara Indonesia dengan Timor Leste, kita juga berprakarsa bersama-sama Timor Leste untuk membangun yang saya sebut dengan Commission of Truth and Friendship untuk ke melihat depan dan tidak melihat ke belakang dalam rangka menciptakan perdamaian di antara Indonesia dengan Timor Leste.

Yang keempat, Indonesia ingin terus membangun kebijakan dan strategi untuk menyelesaikan berbagai konflik internal, konflik di dalam negeri kita sendiri secara damai dan bermartabat. Tidak harus mengedepankan solusi militer. Militer adalah cara terakhir, apabila tidak tersedia cara yang lain. Saya punya keyakinan, masih banyak cara lain, yang bisa kita pilih untuk menyelesaikan kemelut di dalam negeri, sekali lagi secara damai dan bermartabat. Itulah kebijakan yang kita jalankan di Aceh dan Papua. Itulah yang kita dorong di berbagai masyarakat di tanah air, di Maluku, di Poso, di Sampit dan di berbagai tempat-tempata yang lain.

Ini sekaligus pada kesempatan yang baik ini, saya menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, marilah kita jadikan budaya untuk menyelesaikan konflik secara damai seperti ini, dan yang lebih penting adalah mencegah konflik. Oleh karena itu, dialog di antara kita semua, wajiblah kita bangun sebelum kita membangun dialog dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Yang keempat Saudara-saudara, Indonesia akan tetap menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif. Politik luar negeri dan kerjasama dengan negara-negara lain ke segala arah, all directions foreign policy. Dan kita memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk bisa membangun persahabatan dengan semua bangsa, semua pihak di dunia dan kita tidak ingin memiliki musuh satu pun, thousand friends and zero enemy. Itulah prinsip-prinsip dasar, itulah haluan, itulah kebijakan politik luar negeri kita yang akan kita jalankan di masa kini dan masa depan.

Dan yang kelima atau yang terakhir, Indonesia akan terus aktif berperan dalam mengatasi berbagai tantangan global, isu-isu global, global challanges, seperti perubahan iklim dan pemanasan global. Sebab ini kalau tidak dapat kita atasi secara bersama, kerusakannya barangkali lebih besar dibandingkan peperangan atau konflik bersenjata yang lain, karena akan memusnahkan kehidupan dengan iklim yang berubah dan tidak terkendali. Oleh karena itu, Indonesia menjadi pelopor. Kita pernah mengukir sejarah dalam konferensi di Bali, dalam United Nation Conference on Climate Change. Kita akan berperan di Copenhagen pada bulan depan, dengan harapan sekali lagi, Indonesia ikut memberikan sumbangan terbaiknya bagi penyelamatan bumi kita.

Indonesia juga akan terus aktif untuk mencapai tujuan Millenium Development Goals, baik secara domestik maupun dengan kerjasama dengan negara-negara lain. Itu adalah tantangan-tantangan global yang harus kita jawab, dengan tujuan betul-betul membangun tatanan dunia yang aman dan damai, yang adil dan sejahtera, jauh dari kekerasan dan gangguan keamanan, serta perdamaian.

Hadirin yang saya muliakan,
Masyarakat Maluku yang saya cintai,
Sebagai penutup dari sambutan saya ini, saya ingin secara khusus menyampaikan terima kasih dan penghargaan saya. Pertama, kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa atas upaya gigih di dalam memelihara keamanan dan perdamaian dunia. Saya menyambut baik apa yang disampaikan oleh yang mewakili Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Saudara Peter Van Rooij tadi, yang menyampaikan pesan-pesan Sekjen PBB, sahabat saya Ban Ki-Moon. Dan Indonesia juga mendukung terhadap perlucutan senjata-senjata nuklir, termasuk upaya untuk tidak mengembangbiakan senjata nuklir itu, yaitu yang kita sebut dengan disarmament and non-proliferation of nuclear weapons. Indonesia sangat mendukung dan semoga itu bisa terwujud di waktu yang akan datang.

Saya juga ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan saya kepada Maluku, Pimpinan Daerah dan segenap masyarakat Maluku yang telah berhasil memelihara dan memperkuat suasana damai. Dulu, ketika kegelapan masih menyelimuti tanah Maluku, tragedi masih sangat mengemuka, saya pernah berbicara di bandar udara dalam perjalanan menuju ke Kota Ambon ini, alangkah indahnya suatu saat, manakala konflik telah berakhir, kita bisa menikmati keindahan tanah Maluku, lautnya, tanahnya, keindahan alamnya, bahkan kita bisa membangun lebih baik lagi kelautanya, perikananya, pertanianya, kepariwisataanya, bahkan energinya yang insya Allah semuanya itu bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Maluku. Sekali lagi, Tuhan mendengarkannya niat baik itu.

Apa yang saya lihat kemarin dalam perjalanan, dari bandara ke tempat ini suasananya sudah jauh berbeda, jalan-jalan makin lebar, gedung-gedung yang rusak telah dibangun kembali, bahkan dibangun gedung-gedung baru. Saya melihat saudara-saudara kita di pinggir jalan tersenyum, tertawa dengan wajah ceria, alangkah indahnya pemandangan seperti itu. Sekali lagi, terima kasih saya kepada Maluku.

Dan yang terakhir, terima kasih dan penghargaan saya kepada Komite Perdamaian Dunia The World Peace Committee, Pimpinan Saudara Djuyoto Suntani yang tadi telah bicara di depan kita. Saya ingat betul prakarsa Saudara untuk menciptakan ini semua. Saudara sudah mengatakan dulu, apakah bisa. Saya katakan harus bisa. Dalam hati insya Allah dengan ridho Tuhan, dan ternyata Saudara dengan teman-teman, utamanya generasi muda waktu itu bisa mewujudkan. Dan kemudian telah menyebar ke berbagai penjuru dunia. Saya ikut bangga, semoga kontribusi Indonesia di-ridho-i Allah dan semoga pula pusat bumi yang akan dibangun nanti di Jawa tengah, di pusatnya Indonesia dari segi geografi itu juga diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, tekad anak bangsa untuk membangun perdamaian dunia yang abadi, sebagaimana tadi disampaikan oleh Suadara Agung Laksono, Menko Kesra maupun Saudara Djuyoto Suntani sendiri.

Saudara-sauadara,
Itulah yang dapat saya sampaikan. Dan akhirnya pada kesempatan yang membahagiakan ini, dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, seraya mengucapkan `Bismillahirahmanirahim`, Monumen Gong Perdamaian Dunia di Kota Ambon, hari ini, tanggal 25 November 2009, saya resmikan penggunaanya.

Sekian.
Wassalamu’alikum warahmatullahi wabarakatuh.

[+/-] Selengkapnya...

Template by : Kendhin x-template.blogspot.com