Makassar, 23 Maret 2010
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu''alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Yang saya muliakan para alim ulama, para sesepuh dan para tokoh Nahdlatul Ulama,
Para Tamu Undangan dari Negara-negara sahabat,
Para muktamirin, hadirin dan hadirat sekalian yang berbahagia.
Marilah kita bersama-sama, sekali lagi, memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kepada kita masih diberikan nikmat kesempatan, nikmat kekuatan, dan insya Allah nikmat kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.
Shalawat dan salam, semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta para pengikut beliau dan insya Allah termasuk kita semua hingga akhir zaman.
Kita juga bersyukur, pada hari yang membahagiakan ini, kita dapat menghadiri Pembukaan Muktamar ke-32 Nahdlatul Ulama. Saya ingin pula menggunakan kesempatan yang baik ini, untuk menyampaikan ucapan selamat bermuktamar, kepada seluruh muktamirin yang datang dari seluruh tanah air. Saya berharap, muktamar kali ini dapat meneguhkan khittah Nahdlatul Ulama sebagai organisasi pendidikan, dakwah, dan sosial kemasyarakatan yang berhaluan ahlus sunnah wal jamaah. Semoga pula para muktamirin senantiasa berada di bawah lindungan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dalam menunaikan amanat jam’iyyah yang kita cintai ini.
Para muktamirin yang berbahagia,
Hadirin dan hadirat yang saya muliakan.
Tema yang diangkat pada Muktamar Nahdlatul Ulama kali ini adalah: “Khidmah Nahdliyah untuk Indonesia Bermartabat”. Tema ini tidak hanya mengajak kaum nahdliyin, tetapi juga segenap warga bangsa untuk meningkatkan semangat pengabdian dalam membangun bangsa dan negara yang kita cintai. Tema ini juga mendorong kita semua untuk terus berupaya mewujudkan Indonesia yang adil, sejahtera, dan bermartabat.
Sejak zaman kolonial, Nahdlatul Ulama telah menjadi pelopor dalam membangun peradaban yang berbasis pada nilai-nilai ke-Islaman, sekaligus ke-Indonesia-an. Aktivitas pendidikan, dakwah, dan sosial kemasyarakatan tetap berpijak pada nilai-nilai kearifan lokal sekaligus nilai-nilai ke-Indonesia-an yang mulia, serta nilai-nilai Islam universal yang luhur. NU senantiasa menjunjung tinggi keberagaman dan toleransi beragama. Inilah khittah dan perjuangan Nahdlatul Ulama yang tidak lekang oleh zaman.
Atas nama negara dan Pemerintah, saya juga ingin menggunakan kesempatan yang baik ini, untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Nahdatul Ulama atas peran, jasa, dan pengabdiannya kepada bangsa dan negara, sejak kelahirannya tahun 1926 sampai sekarang ini. Sebelum kemerdekaan, Keluarga Besar NU ikut aktif membangun wawasan kebangsaan, seraya membangun kehidupan bangsa yang relijius.
Pada masa kemerdekaan, Keluarga Besar Nahdatul Ulama ikut terlibat dalam membangun konsensus dasar kebangsaan dan kerangka bernegara, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, NKRI, dan prinsip-prinsip kemajemukan. Di masa-masa pasca kemerdekaan dan pembangunan nasional dewasa ini, NU terus aktif memberikan sumbangsihnya yang besar kepada masyarakat, bangsa dan negara.
Bahkan, Nahdlatul Ulama ikut dalam dinamika dan pasang surutnya kehidupan bangsa kita, termasuk berbagai krisis nasional yang terjadi sejak awal kemerdekaan, sambil ikut mencari solusi dan jalan keluar. Oleh karena itu, sekali lagi, terimalah ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus dari bangsa dan negara.
Hadirin-hadirat yang saya muliakan,
NU dikenal oleh bangsa Indonesia, bahkan oleh dunia sebagai organisasi yang memiliki prinsip dasar, nilai dan jati diri yang kokoh, yang mencerminkan pertama, organisasi sosial keumatan yang menganut jalan tengah dan lurus yang kita kenal dengan sikap moderat, yang menolak kekerasan dan ekstrimitas, yang menghormati kemerdekaan dan kemajemukan, yang menjalin ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathoniah, dan yang benar-benar menjadikan Islam sebagai rahmatan lilalamin.
Yang kedua, NU adalah organisasi yang membangun kemitraan dengan Pemerintah untuk menyukseskan program-program peningkatan kesejahteraan rakyat, seperti ekonomi kerakyatan, pendidikan, baik pesantren maupun pendidikan umum, kesehatan masyarakat, gerakan melawan kejahatan, seperti narkoba dan korupsi, pemeliharaan lingkungan dan lain-lain.
Saya berharap Saudara-saudara, agar dengan prinsip dasar, nilai dan jati diri yang baik ini, NU terus meningkatkan pengabdian dan perannya dalam membangun bangsa dewasa ini. Semua yang dilakukan oleh NU di waktu yang lalu masih tetap relevan dan masih tetap diperlukan, sekarang dan ke depan.
Pada kesempatan yang baik ini, saya juga ingin menghaturkan penghargaan yang tulus atas peran aktif NU beserta para alim-ulamanya yang tidak kenal lelah dalam mengembangkan syiar Islam. NU terus berperan aktif dalam mencerahkan dan mencerdaskan ummat. Sebagai guru sekaligus tauladan ummat, para tokoh Nahdlatul Ulama senantiasa mengajarkan kepada kita semua untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Sungguh ini merupakan ibadah dan pengabdian tak berkesudahan untuk masyarakat, bangsa, dan negara.
Sebagai Kepala Negara, saya sungguh ingin Warga Nahdliyyin dan Nahdliyat tetap tampil di depan menjadi pelopor dan memberikan teladan, sebagaimana yang dilakukan di waktu yang lalu. Agar kita menjadi bangsa yang pandai bersyukur, sabar, tegar dan terus berihktiar, dan tidak menjadi bangsa yang cepat putus asa, gemar mengeluh dan hanya pandai menyalahkan pihak lain. Menjadi bangsa yang mestinya ikut memecahkan masalah, dan bukan hanya menonton saudara-saudaranya yang tengah bekerja keras.
Hadirin dan hadirat yang saya hormati,
Sebagai organisasi Islam yang berpengaruh, kehadiran Nahdlatul Ulama di tanah air bukan saja telah memberikan warna bagi gerakan pencerahan dan pencerdasan umat, akan tetapi juga telah melampaui batas-batas perbedaan agama. Masyarakat diajak dan dibimbing ke dalam kehidupan yang lebih bermoral, lebih berakhlak, lebih berbudi, lebih maju dan lebih bermartabat. Dasar dari ajakan dan bimbingan itu bersumber dari ajaran Islam sendiri, yang diyakini bersama, sebagai tuntunan kehidupan yang luhur dan sebagai ajaran yang membawa rahmat bagi seru sekalian alam.
Sebagai rahmat bagi semesta alam, Islam membawa nilai-nilai universal yang menembus batas-batas negara, budaya dan peradaban. Ajaran Islam tetap relevan di semua tempat dan di segala zaman, termasuk pula di negeri kita di zaman kita hidup sekarang ini. Saat ini, umat Islam se dunia mengemban tugas sejarah yang berat sekaligus mulia, untuk terus membangun nilai-nilai universal ajaran Islam yang ramah, toleran, dan penuh kedamaian. Islam yang membawa solusi bagi berbagai krisis dan tantangan kehidupan, baik pada tingkat lokal, nasional maupun global.
Saat ini dan ke depan, sekali lagi saya berharap Nahdlatul Ulama dapat tetap istiqomah, menjaga komitmen dalam menebarkan syiar Islam yang penuh kedamaian, kearifan dan keteladanan, sehingga benar-benar membuktikan bahwa Islam adalah rahmat bagi semesta alam. NU memiliki budaya dan tradisi yang mulia, untuk tidak mudah tergoda dan larut dalam politik praktis. Politik NU adalah politik yang berada pada tatanan nilai-nilai luhur, mengedepankan kepentingan umat, dan menjunjung tinggi moralitas akhlakul karimah. Dalam perjalanan sejarahnya, NU dapat membuktikan bahwa Islam, demokrasi, dan modernitas dapat berjalan seiring dan sejalan, bahkan saling melengkapi.
Dalam rentang sejarah yang panjang, NU telah berhasil mendorong terciptanya budaya demokrasi yang menjunjung tinggi etika dan akhlakul karimah. NU, terlibat aktif dalam perjuangan mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sekaligus mengawalnya hingga saat ini. Sangat tepat kiranya, jika saat ini dan ke depan, NU dapat menjadi jembatan dan perekat berbagai komponen bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang aman, rukun dan bersatu, serta Indonesia yang baldatun thayibatun wa robbun ghafur.
Di sisi lain, diharapkan NU tetap dapat menjadi garda terdepan, dalam mengembangkan nilai-nilai ajaran Islam yang bersifat universal, dan jembatan ke arah kemajuan peradaban. Kemajuan peradaban yang akan membawa kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. Semuanya itu, menjadi tugas sejarah yang diemban oleh Nahdlatul Ulama sejak didirikannya hingga saat ini dan ke depan.
Hadirin dan hadirat yang saya hormati,
Sebagai organisasi Islam yang berpijak dan berwatak ahlus sunnah waljamaah, dengan sikap kemasyarakatan yang toleran, Nahdlatul Ulama dapat menjalin hubungan yang baik tidak hanya dengan segenap komponen bangsa, tetapi juga dengan kalangan umara atau pemerintah. Kalangan nahdliyin saat ini, tersebar luas di berbagai medan pengabdian.
Banyak kaum nahdliyin, yang aktif di bidang dakwah dan sosial kemasyarakatan. Banyak pula yang berkiprah di kalangan pemerintahan. Di jajaran legislatif, kaum nahdliyin tidak hanya berada dalam satu partai politik, tetapi tersebar hampir di seluruh partai politik di tanah air. Inilah warna kemajemukan dari kiprah Nahdlatul Ulama. Dengan itu pula, Nahdlatul ulama dapat terus meningkatkan khidmat dalam politik keumatan dan politik kebangsaan.
Di awal abad ke 21 ini, kita mengharapkan kembali hadirnya Kebangkitan Ulama atau Nahdlatul Ulama sebagaimana kebangkitannya di awal abad ke 20, hampir seratus tahun yang lalu. Kita berharap, NU dapat kembali ke khittah-nya yang mulia dan ke pundak para ulama, kita menggantungkan harapan agar rakyat dan bangsa kita menjadi rakyat dan bangsa yang bermartabat. Para ulama dapat menjadi penjuru dan pembimbing dalam membangun masyarakat Indonesia yang berkarakter, berakhlak mulia, berbudi luhur, dan berdaya saing.
Transformasi dan reformasi yang tengah berlangsung di negeri kita dewasa ini, tidak boleh membuat bangsa Indonesia kehilangan nilai-nilai luhur, jati diri dan kearifan peradabannya. Kebebasan dan keterbukaan yang makin mengemuka dewasa ini, tidak boleh meninggalkan kesantunan dan kepatuhan kepada pranata agama, hukum dan sosial. Demokrasi di samping memekarkan hak dan kebebasan, tetaplah dalam relung keteduhan dan ketenteraman.
Hadirin dan hadirat yang berbahagia,
Para Muktamirin yang saya muliakan.
Sebelum mengakhiri sambutan ini, saya mengajak segenap warga nahdliyin di seluruh tanah air untuk memperkuat fondasi, strategi, dan metodologi dakwah, agar kaum nahdliyin dan umat Islam tidak kehilangan jati dirinya di tengah-tengah arus zaman yang terus berubah. Ke hadapan para ulama, saya sungguh berharap untuk terus meningkatkan kualitas dakwah Islam, utamanya dengan memberikan perhatian besar pada visi ke-Islam-an, kebangsaan dan kesejahteraan.
Tegakkanlah amar ma’ruf nahi munkar. Bimbinglah umat dengan ajaran Islam yang bebas dari penyimpangan. Ajaklah mereka untuk memperbanyak do’a dan dzikir, agar kehidupan ummat senantiasa dalam bimbingan Allah SWT. Dan, di atas segalanya berikanlah ummat keteladanan para ulama sekalian.
Berkaitan dengan Muktamar ke-32 Nahdlatul Ulama yang insya Allah akan segera kita buka ini, saya sungguh berharap di bawah kepemimpinan dan kepengurusan mendatang, NU tetap berperan sebagai organisasi keagamaan yang mandiri dan independen. Ke depan, keluarga besar NU diharapkan tetap melakukan politik Adi Luhung, politik bermartabat di jalan Allah SWT, dan terbebas dari perilaku politik yang jauh dari etika dan tata krama.
Ke depan, selaku Kepala Negara, saya berharap NU tetap dan makin meningkatkan tiga peran penting, yaitu, yang pertama, menjaga harmoni antara ke-Islaman dan ke-Indonesia-an; kedua, menjaga kemitraan dengan pemerintah untuk terus meningkatkan kesejahteraan ummat; dan ketiga, mengambil bagian dalam menjembatani dan membangun dialog antar peradaban sejagad, termasuk antara peradaban Islam dan peradaban Barat.
Dan, kepada unsur pimpinan Nahdlatul Ulama tetaplah menebarkan keteduhan, kedamaian dan keteladanan. Pemerintah akan menghormati hasil Muktamar ini, yang diharapkan dapat benar-benar mencerminkan kehendak dan aspirasi Keluarga Besar Nahdlatul Ulama.
Akhirnya, dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah SWT, dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, Muktamar ke-32 Nahdlatul Ulama, saya nyatakan dengan resmi dibuka.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Silahkan Di Baca
Minggu, 28 Maret 2010
Pidato pembukaan Muktamar ke-32 NU oleh Presiden sby
Diposting oleh The President di 06.45 0 komentar
Label: Pidato
Selasa, 02 Februari 2010
Sambutan Peluncuran Penerapan Sistem National Single Window (NSW)
TRANSKRIPSI
SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PELUNCURAN PENERAPAN SISTEM NATIONAL SINGLE WINDOW (NSW)
DERMAGA UTARA PT JICT, PELABUHAN TANJUNG PRIOK
29 JANUARI 2010
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Yang saya hormati Saudara Wakil Presiden Republik Indonesia, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II,
Yang Mulia para Duta Besar Negara-negara Sahabat dan para Pimpinan Organisasi-organisasi Internasional, Saudara Gubernur DKI Jakarta, para Pimpinan Badan-badan Usaha Milik Negara, Lembaga Pemerintah Non Departemen dan para Pimpinan serta manajamen dari institusi kepelabuhanan, kepabeanan, baik yang ada di Tanjung Priok Jakarta, di Tanjung Perak, Surabaya, maupun di Pelabuhan Belawan, Medan,
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, saya mengajak Saudara semua untuk sekali lagi, memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan ridho-Nya, kita semua masih diberikan kesempatan, kekuatan, dan semoga kesehatan untuk bersama-sama meningkatkan pembangunan di negeri ini, utamanya pembangunan ekonomi dan lebih khusus dalam upaya membuat perekonomian kita lebih efisien, lebih produktif dan lebih kompetitif.
Hari Selasa yang lalu, saya meresmikan proyek-proyek infrastruktur seluruh Indonesia yang bertempat di Cirebon, Jawa Barat. Kemudian kemarin, saya meresmikan untuk yang pertama kali dimulainya penggunaan PLTU Labuan sebagai bagian dari program peningkatan listrik 10.000 MW, bersama-sama dengan PLTU yang ada di Labuhan Angin, tentunya penting untuk meningkatkan pasokan listrik yang sangat diperlukan oleh dunia industri. Dan alhamdulillah, hari ini saya bersama saudara hadir untuk meluncurkan penerapan Sistem National Single Window, yang tentu akan meningkatkan daya saing perekonomian kita, utamanya di bidang perdagangan.
Kesemuanya itu adalah salah satu bagian dan sekaligus kegiatan dari program 100 hari pemerintah. Program 100 hari itu adalah awal dan bukan akhir dari tugas pemerintahan ini selama 5 tahun mendatang. Dan tentu saja tidak semua kegiatan program 100 hari harus diluncurkan oleh Presiden, tetapi telah dijalankan dan manfaat nyatanya telah dirasakan oleh rakyat kita. Semua itu menjadi bagian utuh dari upaya kita untuk terus meningkatkan perekonomian nasional yang pada gilirannya akan terus bisa meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Saudara-saudara,
Tadi Menteri Keuangan, Menko Perekonomian ditambah dengan tayangan film tadi menjelaskan tentang apa itu National Single Window, tujuannya, sasarannya, sistemnya, konsepnya, termasuk segi-segi operasional dan teknis dari sistem ini. Oleh karena itu, saya tidak perlu mengulangi kembali tentang hal-hal itu, yang penting mari kita jalankan bersama, setelah saya resmikan hari ini.
Yang ingin saya sampaikan tentu pertama-tama atas nama negara dan pemerintah, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah menyusun, mempersiapkan, menguji coba dan akhirnya hari ini siap untuk diluncurkan satu sistem yang sangat penting, yaitu Sistem National Single Window.
Saudara-saudara,
Yang ingin saya sampaikan tiada lain adalah bagaimana kita meletakan sistem ini dalam konteks yang lebih besar, dalam perspektif yang lebih makro, baik nasional, regional, dalam arti kawasan dan kemudian global. Agar kita paham bahwa sistem ini menjadi mata rantai untuk kepentingan yang lebih besar lagi, kerjasama perekonomian regional dan global yang dengan kerjasama itu akan membawa manfaat langsung bagi perekonomian Indonesia dan setelah itu pada gilirannya akan membawa manfaat langsung pula untuk peningkatan kesejahteraan rakyat kita.
Saudara-saudara,
Kita semua tahu, bahwa sejak akhir tahun 2008 dan puncaknya tahun 2009 yang lalu, dunia mengalami krisis perekonomian, sebelumnya, sebagaimana yang saya sampaikan tadi pagi, ketika saya membuka Seminar Feed The World, saya juga mengatakan, bahkan akhir tahun 2007 dan 2008 dunia juga mengalami krisis pangan dan krisis harga minyak. Saya perlu sampaikan sebagai salah satu refleksi di awal tahun 2010 ini, karena kita sering lupa, apa yang baru saja terjadi di dunia ini, di negara kita padahal baru 3, 2, 1 tahun yang lalu.
Akibat krisis global yang cukup dalam, orang mempersamakan dengan the great depression yang terjadi di dunia sebelum perang dunia kedua dulu, maka kita bisa memetik pelajaran yang sangat berharga. Bukan hanya kita semua berupaya dengan sungguh-sungguh lintas negara dalam berbagai forum, terutama dalam 2 tahun terakhir ini, untuk bisa keluar dari krisis, tetapi kita sepakat akhirnya melalui pertemuan-pertemuan puncak pada tingkat global, yang Indonesia sendiri hadir dalam forum yang terhormat itu, seperti G-20 Summit, APEC Summit, G-8 Summit yang diperluas maupun pertemuan-pertemuan ASEAN, ASEAN Summit dan ASEAN+ Summit.
Tiga hal yang kita, dunia sepakat. Pertama, ke depan kita harus memiliki konsep yang sustainable dari pertumbuhan perekonomian global. Global growth ke depan itu harus tetap kuat, strong, harus inklusif, mengajak semua, bermanfaat bagi semua, harus balance pada tingkat global, dan tentunya harus sustainable, ramah lingkungan. Sehingga dengan konsep pertumbuhan yang baru ini diharapkan tidak lagi terjadi global imbalances, yang setiap saat bisa mengancam, mengintip perekonomian global sehingga kita bisa mengalami shocks atau krisis lagi. Secara nasional kita pun bisa mengaplikasikan konsep pertumbuhan seperti ini, inklusif, merata, makin kuat dan tentunya berkelanjutan. Itu adalah yang saya sebut dengan new order, new architecture dari global economy, yang kita bangun pasca krisis yang lalu.
Yang kedua, pilar yang kedua, adalah kita sepakat bahwa kerjasama ekonomi antar bangsa, global economy cooperation, baca sesungguhnya itu ekonomi internasional dalam teori dan textbook kita, utamanya diwujudkan dalam kerjasama di bidang trade and investment, perdagangan dan investasi. Kita ingin kerjasama ini berlangsung dengan baik, kaidah-kaidah WTO harus bisa diterapkan, fair trade, disamping free trade yang membawa manfaat bagi semua, tidak boleh hanya membawa manfaat bagi 1, 2 negara saja. Oleh karena itu, kita harus membangun berbagai sistem, architecture, mechanism di dalam trade and investment ini. Dengan demikian, benar-benar bisa mendatangkan manfaat yang riil. Apa yang kita lakukan hari ini membikin transaksi perdagangan kita makin efisien, salah satu bagian membuat kerjasama investasi dan perdagangan bukan hanya sesama negara ASEAN, tetapi secara regional, secara global bisa berjalan lebih baik lagi di masa depan. Itu pilar yang kedua.
Sedangkan pilar yang ketiga, adalah the global institutions itu harus betul-betul cocok dengan semangat dan tantangan jaman. Institusi yang lama, peninggalan Brighton Wood seperti WTO, IMF, dan World Bank harus betul-betul direformasi, agar dia bisa memberikan sumbangan dan kontribusi yang positif bagi perekonomian global.
Tiga pilar itulah yang sedang dilaksanakan oleh dunia sekarang ini. Indonesia tidak hanya menjadi penonton, Indonesia tidak pasif, tapi sebagai bagian dari komunitas yang lebih luas, termasuk anggota dari G-20, Indonesia menjadi pelaku aktif di dalam membangun new global economic order dan new global economic architecture yang mudah-mudahan bisa membawa kebaikan bagi masyarakat sedunia, termasuk negeri kita.
Saudara-saudara,
Kalau saya sempitkan lagi, sesuatu yang serba global, menjadi yang bersifat regional, kawasan, maka kita sudah terintegrasi, terikat, paling tidak dalam hubungan kerjasama dan kemitraan, pertama antar anggota ASEAN, ASEAN Economic Integration. Setelah itu, dalam konteks yang lebih besar sesungguhnya kita sudah memiliki kerjasama baru East-Asia Economic Cooperation, ASEAN 10, masuk semuanya ditambah dengan, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, dan Selandia Baru. Itu adalah yang berikutnya lagi.
Yang lebih luas dari itu tiada lain, APEC (Asia-Pacific Economic Communities) yang juga mengintroduksi berbagai kegiatan kerjasama di antara angota-anggotanya. Dan ini bukan muncul tahun ini saja, bukan muncul pada saat saya memimpin negeri ini, ini proses panjang. Sebagai contoh free trade and investment, itu sesungguhnya sudah dicanangkan pada tingkat APEC, Asia-Pasifik semenjak pertemuan APEC di Bogor, Indonesia pada tahun 1994, yang kita kenal dengan Bogor Goals. Proses berlanjut, pertemuan-pertemuan puncak ASEAN dan ASEAN dengan mitranya, ASEAN+ yang akhirnya menghasilkan berbagai kerjasama, termasuk free trade agreement, termasuk apa yang akan kita luncurkan hari ini, yaitu diintegrasikannya single window dari negara-negara ASEAN menjadi ASEAN sebetulnya single window.
Saudara-Saudara,
Saya ingin mengangkat masalah ini supaya kita paham betul sejarah, konteks dan prosesnya. Saudara-Saudara, ASEAN di bawah piagam baru, new charter of ASEAN telah menjadi asosiasi yang makin structured, yang rule based, tidak lagi asosiasi yang longgar. Meskipun kita mempertahangkan tradisi ASEAN way of doing business, yang ternyata dalam sejarah terbukti efektif, kita jaga kultur itu, nilai itu, style itu, dan kita tidak perlu mengadopsi penuh, seperti masyarakat ekonomi Eropa, European Union, karena ada perbedaan-perbedaan diantara Eropa dengan Asia Tenggara. Tetapi satu hal, kita telah menjadi yang saya sebut economic community. Deklarasi ASEAN Concord, atau Bali Concord itu dilaksanakan di Denpasar pada tahun 2003. ASEAN telah menjadi satu, political, security community, dua, economic community, tiga, socio-cultural community. Ada ikatan, ada kesepakatan, ada kewajiban kita dalam membangun tiga pilar community itu sebagai bagian dari ASEAN community, diantaranya free trade di antara ASEAN. Kemudian economic integration, agar lebih efisien sebagaimana yang akan kita luncurkan hari ini, yaitu National Single Window kita sebagai bagian dari single window pada tingkat ASEAN.
Saudara-Saudara,
Dengan big picture itu, dengan konteks yang lebih makro itu, tadi sudah dijelaskan oleh kedua beliau. Kita, lantas apa, National Single Window ini? Pada tingkat ASEAN, sebenarnya ini satu environment, satu lingkungan, satu praktek dalam kerjasama, ekspor impor yang menggunakan sistem ini, dengan eletronik dengan IT, agar ya lebih cepat, lebih praktis, lebih efisien dan sebagainya, itu. Tetapi secara lebih teknis, ya sudah kita ketahui tadi, harapan kita dengan digunakannya sistem ini seperti tayangan tadi. Siapa ya Pak Rachmat yang nanya ya, bukan ya? Yang tadi itu, ya itulah, kira-kira ya jawabannya National Single Window, kan begitu kesimpulan dari film tadi itu, bikin badan kita sehat dan kuat kalau kita gunakan National Single Window, kalau obat begitu.
Saudara-saudara,
Sistem ini bukan hanya penting dalam konteks ASEAN, Menteri Keuangan sudah menjelaskan, Menko Perekonomian juga, demikian tadi. Kita ingin ekonomi domestik kita pun, ekonomi antar pulau, ekonomi antar provinsi, ya intra trade mechanism di negeri kita ini, itu betul-betul bisa berjalan lebih efisien. Pelayanan publik lebih baik, muncul kepastian, certainty, tidak berubah-ubah. Kalau itu bisa kita terapkan betul, salah satunya National Single Window ini, maka apa yang kita cita-citakan bersama ekonomi yang makin efisien, makin produktif, itu akan bisa kita wujudkan, dan dengan demikian daya saing kita akan makin meningkat.
Saudara-Saudara,
Saya cukup sering mengingatkan pada kita semua, menghadapi globalisasi, menghadapi free trade, kita tidak perlu takut, tidak perlu gamang, benar globalisasi itu ada ancamannya, ada sesuatu yang kalau kita tidak waspada membawa yang ketidakbaikan di negeri kita, ya kita tangkal, kita cegah, kita lawan, kita hadapi. Tetapi globalisasi juga menyediakan opportunity, peluang, kalau kita cerdas, kita arif, kita cekatan, mengalirkannya, itu membawa kebaikan bagi kita. Yang penting dalam era kompetisi global sekarang ini, dalam era globalisasi sekarang ini, dalam era perdagangan dan investasi bebas sekarang ini, negeri kita harus memiliki daya saing yang makin kuat, daya saing, competitiveness.
Saya tidak ingin memberikan kuliah tentang daya saing, karena kita semua dari hari ke hari terus ingin meningkatkan daya saing kita. Ya singkatnya kalau, ada dua kata kunci dari daya saing itu ya efisien dan produktif. Dua itu sebetulnya pilarnya, efisien dan produktif itu kalau ngurus semuanya ini, proses, sebagaimana tadi skema yang ada di layar kita, adalah sesuatu yang lebih cepat, faster (cepat), cheaper (lebih murah), easier (lebih mudah). Kemudian di atas segalanya accountable. Dengan bantuan eletronik, bantuan IT, maka yang manual bisa tidak menjadi tumpuan dan kita bisa cegah kekeliruan-kekeliruan yang bisa terjadi dalam proses transaksi itu. Itulah yang menjadi tujuan dari semuanya itu.
Pertanyaannya sekarang adalah, sisi lain dari globalisasi dan kerjasama perekonomian global ini, bagaimana kalau kita merasa tidak siap dengan kerjasama ini, dengan free trade misalnya intra ASEAN, ASEAN dengan mitra-mitranya, meskipun Saudara harus tahu, negosiasi, keputusan, proses ini dan berjalan sangat lama. Free trade kita, tugas kita dalam arti ASEAN dengan Tiongkok, itu negosiasinya sudah rampung pada bulan Juni 2004, pemerintahan sebelum saya. Kemudian sudah dimulai sebetulnya pada tahun 2002, kesepakatan-kesepakatan yang mengarah ke situ dan kalau mundur lagi, telah mulai pula sejak ada deklarasi perdagangan dan investasi bebas. Ini proses sehingga kalau ada yang mengatakan tidak siap, mestinya perhitungan dulu siap. Tetapi kalau kenyataannya tidak siap, ada solusinya, ada jalan keluarnya, ada upaya kita yang bisa kita tempuh secara baik, karena kesepakatan bersama ASEAN dengan mitranya, ada jalan ke arah itu.
Dengan demikian, pemerintah tentu peduli pada masalah-masalah tertentu, elemen-elemen tertentu, yang nyata-nyata belum siap benar, kita lakukan pembicaraan-pembicaraan yang baik. Tidak baik kalau kita dianggap ingkar kesepakatan, atau begitu saja tidak memenuhi apa yang sudah disepakati apalagi melalui proses yang panjang. Jadi tidak perlu cemas, tidak perlu khawatir, ada solusi, ada jalan keluar, yang akan kita tempuh untuk mengatasi masalah-masalah itu. Tetapi tidak boleh selamanya kita merasa tidak siap, sementara yang lain siap, berarti ada sesuatu yang harus kita perbaiki, kembali daya saing, kembali efisiensi, kembali produktivitas dan hal-hal yang berkaitan dengan itu.
Yang kedua, bagaimana setelah free trade agreement, ini kita berlakukan, kerjasama di tingkat kawasan atau tingkat global, kita berlakukan nyata-nyata ada satu, dua cabang perekonomian kita yang mengalami masalah yang serius. Serious injury, begitu istilahnya. Itupun ada solusinya, itupun ada jalan keluarnya, kita bisa meminta untuk moratorium, untuk menghentikan untuk ini dan itu, dan itu dibenarkan dalam WTO sebagai satu safeguard measures. Ada solusinya, ada jalan keluarnya. Dengan demikian, saya minta tidak menafsirkan sendiri dan apalagi terlalu jauh, pemerintah mengetahui pemerintah menyadari, kalau ada masalah-masalah menjadi tanggung jawab pemerintah untuk mencarikan jalan keluarnya dengan baik, memproteksi elemen-elemen di negeri sendiri yang perlu diproteksi, selebihnya kita harus menangkap peluang juga dari kerjasama ini.
Berpikirnya itu, ya ada threat, ada opportunity, ada impor, ada ekspor, begitu. Kalau kita dibalas oleh negara-negara lain karena kita sepihak saja melakukan sesuatu akan terpukul berbagai cabang perekonomian di negeri kita, entah pertanian, entah industri, memukul juga lapangan pekerjaan, dan sebagainya. Kita harus cegah, semuanya kita harus cegah, yang penting kita melindungi kepentingan saudara-saudara kita yang perlu dilindungi, selebihnya mari kita cerdas untuk menangkap peluang dan mendapatkan sesuatu untuk kepentingan perekonomian kita.
Saudara-saudara,
Itulah yang ingin saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini, saya sengaja meletakan sistem ini, National Single Window dalam konteksnya yang lebih luas, untuk masa kini dan masa depan dan sekaligus kira-kira opportunity atau advantage ya, peluang atau keuntungan atau manfaat apa yang bisa kita ambil secara nasional dan tentunya yang akan dirasakan oleh rakyat kita. Kita berharap marilah terus kita tingkatkan kerjasama sesama ASEAN dan dengan mitra-mitra, agar pengalaman yang pahit dari krisis perekonomian global tahun 2008-2009 tidak terulang kembali, sehingga semua bangsa di dunia bisa membangun, termasuk bangsa Indonesia karena kita wajib meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Itulah Saudara-saudara, yang dapat saya sampaikan. Dan akhirnya dengan pesan, ajakan, dan harapan itu, maka dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah SWT dan dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Sistem National Single Window dengan resmi saya nyatakan dimulai penggunaannya.
Sekian.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Diposting oleh The President di 19.56 0 komentar
Label: Pidato
Sambutan Pembukaan Seminar dan Pameran Pangan Nasional Pasok Dunial
TRANSKRIPSI
SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PEMBUKAAN SEMINAR DAN
PAMERAN PANGAN NASIONAL PASOK DUNIA
J C C, 29 JANUARI 2010
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II,
Yang Mulia para Duta Besar Negara-negara Sahabat dan Pimpinan Organisasi-organisasi International, Saudara Gubernur DKI Jakarta, Pimpinan KADIN dan para Pengurus KADIN, baik pusat maupun daerah, para Pimpinan Badan-badan Usaha Milik Negara dan Pimpinan Usaha Swasta,
Hadirin Peserta Seminar dan Pameran Pangan Nasional yang saya hormati,
Marilah sekali lagi, pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan ridho-Nya, kita semua masih diberi kesempatan dan kekuatan untuk ikut membangun negeri ini, utamanya pembangunan di bidang perekonomian, khususnya pembangunan ketahanan pangan, baik untuk kepentingan dalam negeri maupun dalam kontribusi kita bagi ketahanan pangan sedunia.
Sebelum saya melanjutkan sambutan saya ini, saya ingin memberi catatan dan komentar terhadap tayangan film KADIN tadi yang berjudul "Feed The World", yang menurut saya sangat penting untuk kita pahami, karena begitu fundamental, begitu mendasar. Apa itu? Biasanya kita melihat sesuatu itu dari kacamata yang, “Wah ini masalah, ini krisis, ini ancaman,” begitu. Kita jarang melihat sesuatu dari kacamata yang lain, bahwa ya di satu sisi ada masalah, ada kendala, ada threat, ada crisis. Tapi tidakkah kita juga menangkap ada opportunity, ada peluang, ada kebaikan yang bisa kita ambil dalam tentunya menunjang kepentingan bangsa dan negara kita.
Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia, segenap komponen bangsa, melihat sesuatu, lihatlah secara utuh, secara komprehensif dalam dimensinya yang luas. Benar, seperti globalisasi, itu ada ancaman-ancamannya yang harus kita tangkap, kita cegah, kita hadapi. Tetapi di sisi lain, there is an opportunity, ada peluang, apakah know-how, apakah technology, apakah information, apakah partnership itu sendiri dengan negara-negara sahabat dan pihak-pihak yang lain, yang nyata-nyata membawa keuntungan bagi rakyat dan negara kita.
Cara pandang seperti itulah yang saya anjurkan kita miliki. Mungkin ya, memang lama kita dulu dijajah oleh penjajah, sehingga mindset kita, sikap mental kita melihat segala sesuatunya dari kacamata, “Wah ini ancaman, ini bahaya, ini, itu dan itu, tidak keliru seperti itu,” karena memang dunia juga sering tidak adil, kadang-kadang memang ada ancaman riil terhadap nilai, perilaku kehidupan bangsa kita terhadap kepentingan kita. Tapi di sisi yang lain, kita harus cerdas menangkap peluang dan mengalirkan sumber-sumber kemakmuran itu ke negeri kita. Itulah yang saya tangkap tadi pesan tayangan film yang berjudul “Feed The World” yang juga mengangkat, there is an opportunity dari krisis yang ada.
Tadi Saudara Ketua Panitia, Saudara Fransiscus Welirang mengatakan ada sejumlah pertemuan saya dengan KADIN di Jakarta. Ingat sebetulnya sebelum pertemuan itu, Saudara saya ajak bertemu di Yogyakarta, di Istana Yogyakarta itu pada bulan April tahun 2008, dengan judul “Bagaimana mengubah from crisis to opportunity. Temanya dua, ketahanan pangan dan ketahanan energi. Lagi-lagi saya ingin mengajak kita semua melihat sesuatu itu kita lihat dua-duanya. Dengan demikian, kita tidak merugi, kita selalu mendapatkan opportunity untuk kepentingan perekonomian dan kesejahteraan rakyat kita.
Dengan pengantar itu, Saudara-saudara, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada KADIN atas prakarsa untuk menggelar. Saya ulangi lagi, terima kasih atas prakarsanya untuk menggelar Seminar dan Pameran Ketahanan Pangan dengan judul “Feed The World” atau “Pasok Dunia. Tolong dibaca, feed Indonesia dan feed the world.
Waktu saya menghadiri pertemuan puncak ASEM (Asia-Europe Meeting Summit) di Beijing pada bulan Oktober 2008. Sekembalinya saya dari Beijing ke Jakarta, saya membaca buku yang saya beli di Beijing, yang berjudul “Can China Feed Herself?”. Ingat penduduk Tiongkok besar, 1,3 miliar penduduk. Pertanyaan itu begitu relevan. Jawabannya untuk komoditas tertentu, semangat negara Tiongkok bisa memenuhi kebutuhan dalam negerinya.
Hal yang sama bisa kita tanyakan untuk Indonesia, diri kita. Dapatkan kita memberi kebutuhan pangan kita mencukupi kebutuhan pangan untuk 230 juta manusia? Jawabannya, sudah ada di hati dan pikiran KADIN dan ada di hati dan pikiran kita, insya Allah kita bisa. Dan not only kita bisa membangun kecukupan dan ketahanan pangan di dalam negeri, untuk beberapa komoditas tertentu, kita bisa memasok dunia sebagai tanggung jawab dan komitmen Indonesia menjadi bagian dari menjaga food security, ketahanan pangan pada tingkat global.
Saudara-saudara,
Saya juga berterima kasih kepada KADIN. Ini baik kalau di awal tahun 2010, saya mengajak untuk kita melakukan refleksi, sambil saya mengucapkan terima kasih, penghargaan kepada pihak-pihak tertentu dan kali ini gilirannya KADIN atas banyak hal. Tapi yang ingin saya sampaikan dalam konteks ini, antara lain, tadi KADIN mengingatkan sebuah memori kolektif kita, apa yang terjadi di dunia dan di negeri kita 3 tahun berturut-turut, 2007, 2008, dan 2009 yang baru saja kita tinggalkan. Itu sejarah, history. Bangsa yang cerdas tidak mudah melupakan apa yang terjadi, apalagi baru saja berlangsung, 2007, 2008, 2009. Dengan jelas digambarkan oleh KADIN tadi, akhir 2007 dan 2008, dunia sesungguhnya mengalami krisis pangan dan krisis harga minyak. Itu sangat dirasakan oleh negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 2008 - 2009, dunia mengalami krisis, krisis keuangan yang kemudian menjadi resesi perekonomian global. Yang kedua ini, yang merasakan bukan hanya negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, tapi bahkan negara-negara maju, ekonominya berjatuhan, dari positive growth menjadi negative growth, belum unemployment, pengangguran yang meledak di banyak negara, disertai gonjang-ganjing pada perbankan mereka dan lengkaplah sudah kisah krisis yang terjadi pada tingkat global, yang orang menyamakan dengan the great depression sebelum perang dunia kedua yang lalu.
Saudara-saudara,
Mengapa itu penting diingatkan? Kalau ada yang lupa di antara kita. Ingat waktu itu, kita semua sangat sibuk, pemerintah, KADIN dan pihak-pihak yang lain untuk mengatasi masalah di dalam negeri, jangan sampai melebar akhirnya seperti 10 tahun yang lalu, baik itu masalah pangan, masalah energi maupun masalah keuangan dan ekonomi secara keseluruhan. Disamping di dalam negeri kita menghabiskan kita siang dan malam, waktu itu, KADIN bersama-sama pemerintah. Saya masih ingat, tahun 2008-2009, saya menghadiri banyak sekali pertemuan puncak, mulai dari G-20, 3 kali hingga saat ini, APEC, G-8 yang diperluas, ASEAN +, East Asian Summit, semua bekerja keras dalam satu sinergi untuk mengatasi masalah itu pada tingkat global dan fokusnya tetap pangan, energi, serta keuangan dunia.
Saudara mengikuti semua negara sebagai respon terhadap krisis global di bidang keuangan, melaksanakan stimulus, termasuk negara kita. Hampir negara-negara yang terkena krisis melakukan sejumlah bailout atau penyelamatan terhadap perbankan dan dunia usaha tertentu. Semua juga menjaga growth, meskipun banyak yang berguguran. Semua mencegah terjadinya pengangguran yang meningkat luar biasa, unemployement, meskipun tidak semuanya berhasil, juga menjaga daya beli rakyatnya karena terjadi pengangguran yang luar biasa di banyak negara. Sebagian berhasil meminimalkan dampak itu, sebagian gagal.
Kalau krisis tahun 1998 dulu, Indonesia termasuk yang gagal. Dan untuk recovery-nya yang paling panjang, karena collapse betul perekonomian kita. Maka untuk krisis 2008-2009, Indonesia dinilai sebagai salah satu negara yang cukup kompeten untuk meminimalkan dampak krisis itu. Mungkin rakyat tidak begitu merasa kalau kita ada krisis, karena berbeda dengan 1998 yang lalu. Bisa saja seperti itu. Mengapa? Memang krisis yang terjadi, yang saya jelaskan tadi di negeri kita tidak separah, tidak seberat sebagaimana yang terjadi pada tahun 1998 yang lalu. Yang kedua, reformasi yang kita jalankan sejak itu mulai membuahkan hasil. Fundamental perekonomian kita makin kuat. Yang ketiga adalah kebersamaan, sinergi kita, pemerintah, dunia usaha, pemerintah daerah, ekonom dan sebagainya nyata. Dan kemudian kecepatan dan ketepatan kebijakan, dan tindakan yang kita lakukan secara bersama. Semua itu bagian dari mengapa alhamdulillah, kita bisa mengurangi dampak krisis itu. Oleh karena itu, atas nama negara dan pemerintah, ini kesempatan yang baik awal tahun 2010, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak, termasuk KADIN.
Masih berkaitan dengan memori kolektif. Khusus upaya kita mengatasi krisis pangan, tayangan yang bagus tadi, rencana aksi KADIN, hasil dari National Summit yang kita laksanakan pada akhir oktober tahun lalu, itu merupakan aliran, merupakan proses dari antisipasi dan respon kita terhadap krisis yang sedang terjadi waktu itu pada tingkat global, kemudian kita matangkan beberapa kali di Jakarta.
KADIN masih ingat, waktu itu, kita tiga kali bertemu secara formal untuk stabilisasi harga pangan di Istana Negara, 4 sampai 5 kali pertemuan informal, masing-masing minyak goreng ketemu sendiri kita, demikian juga komoditas yang lain. Ingat. Kemudian kita membentuk tim terpadu, bahkan sebelum kita menghadiri G-20 Summit yang pertama kali yang dilaksanakan di Washington DC, kita membentuk tim terpadu, pemerintah, dunia usaha, ekonom dan bahkan sebagian dari Saudara ikut mendampingi saya menghadiri G-20 Summit yang pertama, di tengah-tengah berbagai kecemasan dan kepanikan waktu itu. Itu semua adalah sejarah Saudara-saudara. Kalau dibuka kembali rekaman tahun-tahun itu, bulan-bulan itu, statement di antara banyak pihak ya, baik di televisi maupun di media cetak, itu bisa kita angkat semua, bahwa kita dihadapkan pada keadaan untuk segera melakukan langkah-langkah yang cepat dan tepat, agar negara kita tidak terjatuh dalam krisis.
Saudara-saudara,
Keberhasilan itulah, dalam arti kebersamaan pemerintah, KADIN dan ekonom, khusus berkaitan dengan ekonomi ini, ingin kita jadikan pelajaran, karena itulah yang absen dulu pada saat kita kena krisis 1998. Karena itu tidak datang dari langit, tapi kerja keras kita, mari kita lanjutkan kebersamaan ini dan dalam waktu dekat, saya akan membentuk Komite Ekonomi Nasional, yang akan mendampingi pemerintah. Sehingga bukan ketika krisis datang, kita baru sibuk, tetapi dalam keadaan normal pun, kita bisa menjalin kemitraan dan manakala ada persoalan baru, discontinuities shocks ataupun krisis, respon kita tepat. Itu yang ingin saya sampaikan dan insya Allah dalam waktu dekat akan kita bentuk dan kita sahkan Komite Ekonomi Nasional yang diantaranya adalah para pimpinan dan anggota KADIN.
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Kembali kepada tema “Feed The World”, kita semua tahu bahwa dalam pikiran saya, salah satu isu kritis pada tingkat global adalah permasalahan dengan pangan, energi, dan air, yang saya sebut dengan FEW, Food, Energy and Water dan dikaitkan dengan climate change. Itu persoalan fundamental. Bisa jadi kalau dunia tidak arif dan cerdas, itu menjadi sumber konflik. Bisa jadi peperangan yang sama-sama kita cegah dan jauhi harus terjadi, karena perebutan atau benturan di dalam akses, baik pangan, energi maupun air. Oleh karena itu, marilah kita cegah konflik seperti itu dengan cara setiap bangsa ikut berkontribusi di dalam menjaga ketahanan pangan, energi, dan air sedunia.
Penduduk dunia sekarang 6,7 miliar. Konon mendekati 2050 bisa mencapai 9 miliar. Buminya tidak berubah, manusianya bertambah. Saya prihatin. Catatan saya pada tahun 2004, 2005, 2006, 2007, itu setiap malam ada 800 juta penduduk dunia yang tidak bisa tidur nyenyak, karena perutnya lapar. Mengapa lapar? Karena dalam keadaan kemiskinan yang ekstrim, absolute poverty. Saya mendengar katanya jumlahnya sekarang menjadi 900 juta. Ini adalah lampu kuning, bahkan lampu merah untuk kita semua, masyarakat dunia segera bersatu untuk mengatasi permasalahan pangan pada tingkat global ini. Saya dukung, tepat tema ini, “Feed The World”. Saya ingatkan baca, feed Indonesia and feed the world dalam satu pengertian yang utuh.
Saudara-saudara,
Lima tahun yang lalu, 2004-2009, kita telah melaksanakan revitalisasi pertanian, perkebunan dan perikanan, yang saya sebut dengan revitalisasi gelombang pertama, hasilnya, nyata, nyata. Harus jujur kita. Kalau yang berhasil, katakan berhasil, yang tidak berhasil, silakan katakan tidak berhasil, supaya pemerintah terbuka dan semua pihak untuk mengerjakan pekerjaan rumah-pekerjaan rumah itu. Tapi saya mengatakan juga belum cukup. Oleh karena itu, 5 tahun mendatang kita lanjutkan dengan revitalisasi pertanian, perkebunan dan perikanan gelombang kedua. Sasarannya sama dengan sasaran feed the world tadi, meningkatkan swasembada dan ketahanan yang berkelanjutan, sustainable, dan kemudian kita bisa ikut menjadi cadangan dan pemasok cadangan dalam bidang pangan. Dua-duannya penting.
Dan saya ingatkan kepada dunia usaha, dengan rasa hormat saya, jangan hanya berorientasi pada pasar global saja, tetapi pedulilah juga pada domestic market. Dengan demikian, pangan cukup di negeri ini, harganya terjangkau. Apa artinya kita bersemangat untuk memasok pangan pada tingkat global, tapi kita lalai menjaga kecukupan, distribusi dan price stability menimbulkan masalah. Oleh karena itu, dua-duanya penting dan saya ingatkan sejak dini, bahwa penglihatan saudara harus kembar, domestic as well as international.
Hadirin yang saya muliakan, khususnya jajaran KADIN dan juga pemerintah yang ada di sini dan pemangku kepentingan yang lain dari rencana yang sudah bagus, road map yang sudah bagus, tekad yang luar biasa tingginya, saya menitipkan ada sejumlah kunci keberhasilan, key to success. Kalau ini kita abaikan, kita tidak bisa mencapai hasil yang sungguh optimal, sebagaimana yang kita harapkan.
Pertama, kunci keberhasilan kita, apa yang kita lakukan 5 tahun mendatang tentu berlanjut, 5 tahun berikutnya lagi di bawah Presiden dan pemerintahan mendatang nanti dan seterusnya haruslah berangkat dari strategi dan kebijakan yang tepat dan benar. Sasarannya harus konkret. Pemerintah mesti merumuskan dibantu oleh dunia usaha. You are the players, you are the real actors. Oleh karena itu, bantu pemerintah untuk merumuskan kebijakan dan strategi yang tepat dan realistik. Tadi disebutkan 15 komoditas. Saya punya catatan tolong dikoreksi kalau salah, 15 komoditas yang dipilih itu ada 4 komoditas strategis sering saya ucapkan juga beras, jagung, gula atau tebu dan kedelai. Kemudian ada 6 komoditas unggulan untuk ekspor, yaitu kelapa sawit, teh, kopi, kakao, tuna dan udang yang ada di film tadi, enam. Ada 2 komoditas yang kita diperlukan untuk membikin sehatnya bangsa ini, menambah gizi, sapi dan ayam. Kemudian ada 3 buah terpopuler yang mesti kita galakan, yaitu mangga, pisang dan jeruk. 15 itu sangat penting, tapi saya titip terutama yang 5 yang menjadi PR besar kita, kita tingkatkan 5 tahun ini jaga swasembada dan surplus beras, jaga swsembada jagung, segera penuhi swasembada gula atau tebu, kurangi ketergantungan kita pada impor kedelai. Dan kelima, tingkatkan kecukupan supply sapi di dalam negeri. Tetap kembali kepada 5 komoditas strategis itu. Bisakah Saudara? Insya Allah bisa. Itu faktor yang pertama.
Faktor kedua, semua bisa kita capai kalau faktor produksinya oke, lahan oke, modal atau investasi atau segi-segi finansial oke. Pekerjaannya, workers-nya, ya petani, pekebun, peternak, nelayan, oke dan infrastructure. Infrastruktur ini jangan hanya menggantungkan kepada pemerintah, anggaran kami tidak cukup Saudara-saudara. Oleh karena itu, sebagian infrastructure harus kita bangun secara bersama dengan public private partnership yang sudah mulai kita galakkan. Itu kunci keberhasilan yang kedua.
Kunci keberhasilan yang ketiga, teknologi, inovasi, research and development. Saya tidak ingin kita berorientasi pada pembukaan lahan-lahan baru, jangan, nanti tidak seimbang tata ruang kita. Lebih bagus kita menjaga lahan yang ada, mendayagunakan lahan terlantar, sambil memperhatikan tata ruangnya, tapi kita tingkatkan productivity, produktivitas dari semua komoditas itu. Jalannya ya inovasi, ya penelitian, ya pengembangan, termasuk teknologi untuk lawan hama, disamping teknologi untuk meningkatkan produktivitas.
Di depan AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia) di Serpong beberapa saat yang lalu, saya menyampaikan kepada para peneliti, para ilmuwan, top scientist di Indonesia, Presiden ke-3, Bapak Habibie juga hadir waktu itu. Saya katakan Indonesia harus bisa menjadi major food producer, baik di kawasan Asia maupun di dunia. Dan salah satu road untuk menuju ke situ adalah innovation, research and development. Tolong disamping pemerintah, dunia usaha juga menggalakan penelitian, pengembangan dan inovasinya. Itu kuncinya nomor tiga.
Kunci nomor empat, kemitraan. Tidak mungkin berhasil kalau jalan sendiri-sendiri, menterinya jalan sendiri, gubernurnya jalan sendiri, KADIN-nya merdeka kesana, yang lain-lain tidak ikut, malahan ada yang mengganggu tidak sampai. Bareng-bareng, sinergis, berkolaborasi. Oleh karena itu, kemitraan, agar kita pelihara dan kita tingkatkan.
Yang kelima, kalau kita bicara pertanian, bicara lahan, selalu berkaitan dengan lingkungan, berkaitan dengan global warming, berkaitan dengan climate change. Oleh karena itu, mari kita pastikan, bahwa pertanian kita adalah pertanian yang sustainable dan ramah lingkungan. Caranya? Tata ruang harus kita bikin sebaik-baiknya, seluruh Indonesia. Dan yang kedua, semua dunia usaha menjalankan best practices, jangan lalai, jangan sembrono, jangan asal-asalan, jangan mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya. Dan saya minta hentikanlah kebiasaan bakar-membakar lahan mulai sekarang. Kita akan bantu masyarakat lokal untuk tidak mudah menggarap lahannya dengan cara membakar. Stop doing that from now on. Kita harus bisa, karena tidak ada cara lain untuk menjalankan pertanian dengan best practices tadi yang sekaligus ramah lingkungan. Itu yang kelima.
Yang keenam, adalah tolong ajak usaha kecil dan menengah, koperasi, usaha kecil menengah. Agar mereka berpartisipasi, berikan ruang, berikan ruang, dengan demikian sejak awal pembangunan kita inklusif, sejak awal kita mengajak, jangan hanya menggantungkan trickle down effect yang tidak pernah bisa berjalan mulus. Teorinya bisa, prakteknya susah. Oleh karena itu, libatkan communities, libatkan usaha kecil dan menengah, termasuk koperasi, please.
Yang ketujuh, ketika agrobisnis kita meningkat baik, prospek usaha di tempat ini, jangan lupa meningkatkan kesejahteraan petani. Scheme-nya banyak sekali, silakan dipilih mana yang paling baik, yang jelas saya ingin petani kita, pekebun kita, peternak kita, dan nelayan kita meningkat terus kesejahteraannya. Jangan pernah menjadikan mereka sebagai faktor produksi semata, bukan, mereka asset, mereka owner dari negara kita ini, dari perekonomian kita ini. Saya ingin melihat langsung nanti, apakah ada pertumbuhan di situ, mereka diajak atau tidak, ditingkatkan atau tidak tingkat kesejahteraannya.
Yang kedelapan atau yang terakhir kunci keberhasilan, yang insya Allah kalau ini bisa terjadi rakyat akan bersyukur, berterima kasih dan mendukung langkah kita. Pastikan bahwa pasokan pangan cukup dan juga harga tetap terjangkau dan stabil. Ada pesan saya, dalam menentukan “harga”, dalam tanda kutip tolonglah yang wajar, yang fair dan jangan lebih dari itu karena sangat membebani rakyat kecil. Bisa, insya Allah bisa, karena kita bisa melihat pantasnya berapa harga komoditas itu, terutama pangan, terutama bahan pokok yang sangat diperlukan oleh rakyat kita.
Saudara-saudara,
Dengan penjelasan 8 kunci sukses itu, dengan gambaran yang saya sampaikan tadi, termasuk refleksi yang kita lakukan, saya punya keyakinan bahwa insya Allah kita bisa mewujudkan feed the world yang dicanangkan, yang diprakarsai oleh KADIN dan yang disambut baik oleh pemerintah dan jajarannya. Tapi ada syaratnya. Syaratnya adalah kita semua bersatu, bekerja keras, dan pastikan tidak ada di negeri ini yang justru mengganggu atau menciptakan keadaan, sehingga kita tidak bisa bekerja dengan baik, pemerintah, kita semua, yang pekerjaan itu sangat menunjang kepentingan rakyat kita. Kita harus awas dan waspada terhadap apa yang dikatakan, apakah itu untuk kepentingan rakyat atau justru untuk menyusahkan rakyat, kita harus jelas di sini.
Tadi Pimpinan KADIN juga berbicara dengan saya, iklim investasi harus kita jaga, setuju 100%. Itulah pemerintah terus menyempurnakan, memperbaiki kebijakan-kebiajakanya, melengkapi infrastruktur, menegakkan hukum dengan benar, membangun birokrasi yang responsif, mencegah terjadinya kolusi, nepotisme dan korupsi. Saya hanya ingin meminta dukungan semua pihak, kita ciptakan stabiltas politik dan ketertiban keamanan di seluruh negeri ini, agar keseluruhan iklim investasi kita jaga. Kalau iklim investasi bagus, ekonomi tumbuh, pasti kesejahteraan rakyat dapat kita tingkatkan dan itu amanah kita semua yang kita pikirkan, yang kita laksanakan siang dan malam tiada lain untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang sama-sama kita cintai.
Hadirin sekalian,
Dengan pesan ajakan dan harapan itu, maka dengan terlebih dahulu atau dengan memohon ridho Allah SWT dan dengan mengucapkan Bismillahirahmanirahim, Seminar dan Pameran Pangan Nasional Pasok Dunia atau Feed The World dengan resmi saya nyatakan dibuka.
Sekian.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Diposting oleh The President di 19.52 0 komentar
Label: Pidato
Senin, 28 Desember 2009
Sambutan Pembukaan Bali Democracy Forum II
PIDATO PEMBUKAAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Dr. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
PERTEMUAN BALI DEMOCRACY FORUM
KE – 2 TAHUN 2009
BALI, 10 DESEMBER 2009
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Om swastyastu
Yang Mulia, Sultan Haji Hassanal Bolkiah, Sultan Brunei Darussalam;
Yang Mulia, Yukio Hatoyama, Perdana Menteri Jepang;
Yang Mulia, Kay Rala Xanana Gusmao, Perdana Menteri Timor Leste.
Hadirin yang saya hormati.
Pertama-tama, ijinkanlah saya, atas nama Pemerintah dan rakyat Indonesia, mengucapkan selamat datang kepada Yang Mulia dan para tamu terhormat di Pulau Bali yang indah dan damai ini, untuk menghadiri Pertemuan Bali Democracy Forum ke-2.
Satu tahun yang lalu, di Pulau Bali ini, kita mulai menyelenggarakan Pertemuan Bali Democracy Forum Pertama, sebuah pertemuan yang membahas demokrasi dari berbagai sisi dan sudut pandang. Dalam pertemuan yang bersejarah itu, tanpa memandang latar belakang sejarah masing-masing, kita bertekad untuk membangun dan meningkatkan kapasitas politik masing-masing, untuk diabdikan bagi kepentingan rakyat.
Saya sungguh berbesar hati, bahwa semangat dan optimisme kita tetap menyala pada pertemuan kedua ini. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah Negara peserta maupun pengamat, yang hadir dalam Bali Democracy Forum ini. Ini semua merupakan pertanda yang baik, bagi pengembangan dan masa depan demokrasi di Asia.
Forum ini tidak dirancang untuk mendebatkan sistem demokrasi mana yang terbaik, atau untuk mencari definisi yang baku mengenai demokrasi. Kita tahu, tidak ada demokrasi yang sempurna. Demokrasi di manapun, dan apapun coraknya, merupakan proses yang terus berkembang secara dinamis dan tidak pernah selesai.
Tujuan utama Bali Democracy Forum adalah, untuk membangun dialog dan kerjasama internasional dan regional di bidang demokrasi.
Kita membentuk forum ini untuk saling belajar dari pengalaman masing-masing, dalam menjalankan demokrasi. Dan Asia, sesungguhnya, kaya dengan pengalaman-pengalaman ini.
Karena itulah, saya ingin menyampaikan penghargaan kepada Institute for Peace and Democracy, yang sejak dibentuk tahun lalu telah aktif mengadakan berbagai kegiatan, antara lain berupa seminar, lokakarya dan pertemuan kelompok ahli, dialog antarpakar, serta kerja pengkajian. Let us give them a big hand of appreciation !!
Di Indonesia sendiri, tahun ini adalah tahun yang istimewa dalam kehidupan berdemokrasi, dengan adanya 2 dua peristiwa politik yang besar: yaitu Pemilihan Anggota Parlemen pada bulan April, dan Pemilihan Presiden pada bulan Juli.
Dalam kedua peristiwa akbar tersebut, rakyat Indonesia menunjukkan animo yang luar biasa untuk menentukan masa depan bangsanya. Pemilu tersebut diikuti oleh sekitar 128 juta pemilih, atau setara dengan 84 % dari total pemilih. Hal ini membuktikan bahwa setelah 3 kali melaksanakan pemilihan umum, kepercayaan rakyat terhadap sistim demokrasi semakin besar. Dalam suatu survei yang diadakan oleh lembaga survey Indonesia, LSI, tercatat sekitar 90 % percaya bahwa bangsa dan negara berada dalam arah yang benar. Ini merupakan bukti bahwa demokrasi telah secara sadar diterima, dan menjadi bagian penting dari kehidupan bangsa Indonesia.
Era demokrasi dan reformasi Indonesia kini telah berusia 11 tahun. Proses ini sama sekali tidak mudah, tetapi penuh dengan rintangan, dan pasang surut. Namun kami bersyukur karena dalam proses yang labil ini, para pemimpin bangsa memiliki kesadaran dan niat yang baik, dapat bekerja-sama, seraya mencari konsensus dan kompromi, berani mengambil keputusan-keputusan yang sulit, dan selalu berupaya mengajak masyarakat untuk berpartisipasi secara positif. Dalam perkembangan-nya, setelah mengalami masa yang penuh gejolak, demokrasi Indonesia kini mencapai suatu equilibrium yang baru – yang relatif stabil dan dinamis.
Kami, rakyat Indonesia belajar banyak dalam masa transisi, reformasi dan demokratisasi yang penuh dengan suka dan duka. Kami juga bersyukur bahwa dalam perkembangannya, kehidupan demokrasi yang makin mekar ini juga disertai dengan pembangunan ekonomi yang makin berhasil, politik yang makin stabil, serta good governance dan rule of law yang makin terwujud.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Tema Forum Demokrasi Bali tahun ini adalah Demokrasi dan Pembangunan. Saya ingin menyampaikan, bahwa meskipun Demokrasi dan Pembangunan adalah dua hal yang berbeda, namun kedua konsep ini saling terkait. Pembangunan tanpa demokrasi akan timpang, sebaliknya demokrasi tanpa pembangunan akan hampa. Dengan demikian, demokrasi dan pembangunan adalah dua proses yang dapat saling memperkuat.
Saya yakin, saudara-saudara, para peserta Forum ini, akan dapat membahas keterkaitan dan sinergi antara demokrasi dan pembangunan. Dan, saya yakin pula, saudara tentu memiliki cara pandang dan pengalaman yang berbeda-beda, sesuai dengan keunikan situasi dan kondisi yang dihadapi masing-masing.
Sehubungan dengan itu, perkenankanlah saya menyampaikan beberapa pemikiran mengenai demokrasi dan pembangunan, yang barangkali dapat dijadikan salah satu bahan pembahasan.
Pertama, baik demokrasi maupun pembangunan menuntut akuntabilitas para pemimpin dan pejabat pemerintahan. Setiap pemimpin yang mendapatkan mandat dari rakyat harus bekerja sangat keras untuk memberikan yang terbaik bagi rakyat, melalui wahana demokrasi dan pembangunan. Inilah esensi dari tata kelola pemerintahan yang baik.
Kedua, apapun sistem politiknya, pembangunan dan demokrasi harus memberikan ruang bagi partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan, yang berpengaruh pada kehidupan mereka. Setiap masyarakat di manapun, selalu mempunyai harapan, aspirasi dan pilihan. Tugas para pemimpin, baik di Pemerintahan maupun Parlemen, adalah mencari cara yang terbaik untuk menangkap aspirasi dan harapan rakyat, dan selanjutnya berjuang dan perupaya untuk memenuhi harapan-harapan itu.
Ketiga, kita juga harus menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dengan pembangunan politik. Jangan sampai yang satu tumbuh terlalu jauh melampaui yang lain, karena akan menimbulkan ketidakpuasan dan instabilitas. Di waktu yang lalu, Indonesia pernah mengalami situasi seperti itu. Dalam suatu keseimbangan, kita dapat mencapai sinergi. Melalui demokrasi, pembangunan menjadi inklusif dan adil. Melalui pembangunan, demokrasi menjadi lebih stabil dan berkesinambungan. Kita harus ingat, bahwa baik pembangunan maupun demokrasi mesti menghasilkan manfaat yang nyata bagi rakyat. Manfaat yang luas, adil dan merata.
Di sisi lain, demokrasi dan pembangunan pada intinya adalah proses pemberdayaan. Pemberdayaan untuk seluruh lapisan masyarakat. Terutama pemberdayaan bagi mereka yang lemah, yang kecil, yang terpinggirkan, dan yang terbelakang.
Saudara-saudara,
Dalam kaitan ini, saya melihat adanya hikmah dan pelajaran penting dari krisis finansial global dewasa ini, karena krisis itu memaksa dunia internasional untuk melakukan restrukturisasi ekonomi yang lebih demokratis. Salah satu manifestasinya adalah, semakin mengemukanya tuntutan terhadap konsep “inclusive growth” - yang bergulir sejak dilontarkan oleh Forum G-20, dan yang juga aktif didukung oleh Asian Development Bank. “Inclusive growth” memberi perhatian besar pada pembangunan yang merata, dan kepada kelompok-kelompok yang lemah dan kecil. Konsep ini telah menjiwai kerjasama ASEAN, dan juga telah diadopsi di Forum APEC.
Di Indonesia sendiri, sejak 5 tahun yang lalu, saya telah menetapkan sebuah strategi pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada “pertumbuhan disertai pemerataan”, atau “growth with equity”. Dalam penjabarannya, strategi ini memilik 3 jalur, yaitu pembangunan ekonomi yang pro-growth, pro-job, dan pro-poor. Saya yakin triple-track strategy inilah yang sesuai dengan situasi di negara berkembang, yang masih menghadapi permasalahan kemiskinan dan pengangguran.
Pada akhirnya, saudara-saudara, esensi dari demokrasi dan pembangunan adalah untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Baik sebagai hamba Tuhan, maupun sebagai insan sosial.
Manusia berasal dari Sang Pencipta yang membuatnya sejajar dengan sesamanya. Dengan demikian dia memiliki nilai yang tidak dapat diberi harga oleh pasar manapun. Dia memiliki hak yang tidak dapat dihilangkan oleh pemerintahan manapun. Dan dia juga memiliki tanggung jawab yang tidak dapat diganti oleh kekuasaan manapun.
Tentu saja, membahas demokrasi dan pembangunan, antara ekonomi dan politik, akan memiliki cakupan yang luas. Sebagaimana saya sampaikan sebelumnya, sejarah dan pengalaman pembangunan masing-masing bangsa juga berlain-lainan. Banyak yang berpendapat bahwa demokrasi itu bukanlah tujuan akhir. Yang menjadi tujuan akhir dari demokrasi, dan juga pembangunan adalah terwujudnya kesejahteraan rakyat, lahir dan batin. Kesejahteraan yang menghadirkan rasa keadilan yang sejati.
Saya sungguh berharap, di forum ini, Forum Demokrasi Bali, saudara-saudara saling dapat berbagi pandangan dan pengalaman tentang demokrasi, pembangunan dan kesejahteraan rakyat.
Akhirnya, saudara-saudara dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, serta dengan mengucapkan `Bismillahirrahmanir-rahim`, Forum Demokrasi Bali ke-2, saya nyatakan dengan resmi dibuka.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Diposting oleh The President di 01.28 0 komentar
Label: Pidato