Silahkan Di Baca

Senin, 28 Desember 2009

Sambutan Pembukaan Bali Democracy Forum II

PIDATO PEMBUKAAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Dr. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

PERTEMUAN BALI DEMOCRACY FORUM
KE – 2 TAHUN 2009

BALI, 10 DESEMBER 2009



Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Om swastyastu

Yang Mulia, Sultan Haji Hassanal Bolkiah, Sultan Brunei Darussalam;
Yang Mulia, Yukio Hatoyama, Perdana Menteri Jepang;
Yang Mulia, Kay Rala Xanana Gusmao, Perdana Menteri Timor Leste.

Hadirin yang saya hormati.
Pertama-tama, ijinkanlah saya, atas nama Pemerintah dan rakyat Indonesia, mengucapkan selamat datang kepada Yang Mulia dan para tamu terhormat di Pulau Bali yang indah dan damai ini, untuk menghadiri Pertemuan Bali Democracy Forum ke-2.

Satu tahun yang lalu, di Pulau Bali ini, kita mulai menyelenggarakan Pertemuan Bali Democracy Forum Pertama, sebuah pertemuan yang membahas demokrasi dari berbagai sisi dan sudut pandang. Dalam pertemuan yang bersejarah itu, tanpa memandang latar belakang sejarah masing-masing, kita bertekad untuk membangun dan meningkatkan kapasitas politik masing-masing, untuk diabdikan bagi kepentingan rakyat.

Saya sungguh berbesar hati, bahwa semangat dan optimisme kita tetap menyala pada pertemuan kedua ini. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah Negara peserta maupun pengamat, yang hadir dalam Bali Democracy Forum ini. Ini semua merupakan pertanda yang baik, bagi pengembangan dan masa depan demokrasi di Asia.

Forum ini tidak dirancang untuk mendebatkan sistem demokrasi mana yang terbaik, atau untuk mencari definisi yang baku mengenai demokrasi. Kita tahu, tidak ada demokrasi yang sempurna. Demokrasi di manapun, dan apapun coraknya, merupakan proses yang terus berkembang secara dinamis dan tidak pernah selesai.

Tujuan utama Bali Democracy Forum adalah, untuk membangun dialog dan kerjasama internasional dan regional di bidang demokrasi.

Kita membentuk forum ini untuk saling belajar dari pengalaman masing-masing, dalam menjalankan demokrasi. Dan Asia, sesungguhnya, kaya dengan pengalaman-pengalaman ini.

Karena itulah, saya ingin menyampaikan penghargaan kepada Institute for Peace and Democracy, yang sejak dibentuk tahun lalu telah aktif mengadakan berbagai kegiatan, antara lain berupa seminar, lokakarya dan pertemuan kelompok ahli, dialog antarpakar, serta kerja pengkajian. Let us give them a big hand of appreciation !!

Di Indonesia sendiri, tahun ini adalah tahun yang istimewa dalam kehidupan berdemokrasi, dengan adanya 2 dua peristiwa politik yang besar: yaitu Pemilihan Anggota Parlemen pada bulan April, dan Pemilihan Presiden pada bulan Juli.

Dalam kedua peristiwa akbar tersebut, rakyat Indonesia menunjukkan animo yang luar biasa untuk menentukan masa depan bangsanya. Pemilu tersebut diikuti oleh sekitar 128 juta pemilih, atau setara dengan 84 % dari total pemilih. Hal ini membuktikan bahwa setelah 3 kali melaksanakan pemilihan umum, kepercayaan rakyat terhadap sistim demokrasi semakin besar. Dalam suatu survei yang diadakan oleh lembaga survey Indonesia, LSI, tercatat sekitar 90 % percaya bahwa bangsa dan negara berada dalam arah yang benar. Ini merupakan bukti bahwa demokrasi telah secara sadar diterima, dan menjadi bagian penting dari kehidupan bangsa Indonesia.

Era demokrasi dan reformasi Indonesia kini telah berusia 11 tahun. Proses ini sama sekali tidak mudah, tetapi penuh dengan rintangan, dan pasang surut. Namun kami bersyukur karena dalam proses yang labil ini, para pemimpin bangsa memiliki kesadaran dan niat yang baik, dapat bekerja-sama, seraya mencari konsensus dan kompromi, berani mengambil keputusan-keputusan yang sulit, dan selalu berupaya mengajak masyarakat untuk berpartisipasi secara positif. Dalam perkembangan-nya, setelah mengalami masa yang penuh gejolak, demokrasi Indonesia kini mencapai suatu equilibrium yang baru – yang relatif stabil dan dinamis.

Kami, rakyat Indonesia belajar banyak dalam masa transisi, reformasi dan demokratisasi yang penuh dengan suka dan duka. Kami juga bersyukur bahwa dalam perkembangannya, kehidupan demokrasi yang makin mekar ini juga disertai dengan pembangunan ekonomi yang makin berhasil, politik yang makin stabil, serta good governance dan rule of law yang makin terwujud.

Hadirin sekalian yang saya hormati,
Tema Forum Demokrasi Bali tahun ini adalah Demokrasi dan Pembangunan. Saya ingin menyampaikan, bahwa meskipun Demokrasi dan Pembangunan adalah dua hal yang berbeda, namun kedua konsep ini saling terkait. Pembangunan tanpa demokrasi akan timpang, sebaliknya demokrasi tanpa pembangunan akan hampa. Dengan demikian, demokrasi dan pembangunan adalah dua proses yang dapat saling memperkuat.

Saya yakin, saudara-saudara, para peserta Forum ini, akan dapat membahas keterkaitan dan sinergi antara demokrasi dan pembangunan. Dan, saya yakin pula, saudara tentu memiliki cara pandang dan pengalaman yang berbeda-beda, sesuai dengan keunikan situasi dan kondisi yang dihadapi masing-masing.

Sehubungan dengan itu, perkenankanlah saya menyampaikan beberapa pemikiran mengenai demokrasi dan pembangunan, yang barangkali dapat dijadikan salah satu bahan pembahasan.

Pertama, baik demokrasi maupun pembangunan menuntut akuntabilitas para pemimpin dan pejabat pemerintahan. Setiap pemimpin yang mendapatkan mandat dari rakyat harus bekerja sangat keras untuk memberikan yang terbaik bagi rakyat, melalui wahana demokrasi dan pembangunan. Inilah esensi dari tata kelola pemerintahan yang baik.

Kedua, apapun sistem politiknya, pembangunan dan demokrasi harus memberikan ruang bagi partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan, yang berpengaruh pada kehidupan mereka. Setiap masyarakat di manapun, selalu mempunyai harapan, aspirasi dan pilihan. Tugas para pemimpin, baik di Pemerintahan maupun Parlemen, adalah mencari cara yang terbaik untuk menangkap aspirasi dan harapan rakyat, dan selanjutnya berjuang dan perupaya untuk memenuhi harapan-harapan itu.

Ketiga, kita juga harus menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dengan pembangunan politik. Jangan sampai yang satu tumbuh terlalu jauh melampaui yang lain, karena akan menimbulkan ketidakpuasan dan instabilitas. Di waktu yang lalu, Indonesia pernah mengalami situasi seperti itu. Dalam suatu keseimbangan, kita dapat mencapai sinergi. Melalui demokrasi, pembangunan menjadi inklusif dan adil. Melalui pembangunan, demokrasi menjadi lebih stabil dan berkesinambungan. Kita harus ingat, bahwa baik pembangunan maupun demokrasi mesti menghasilkan manfaat yang nyata bagi rakyat. Manfaat yang luas, adil dan merata.

Di sisi lain, demokrasi dan pembangunan pada intinya adalah proses pemberdayaan. Pemberdayaan untuk seluruh lapisan masyarakat. Terutama pemberdayaan bagi mereka yang lemah, yang kecil, yang terpinggirkan, dan yang terbelakang.

Saudara-saudara,
Dalam kaitan ini, saya melihat adanya hikmah dan pelajaran penting dari krisis finansial global dewasa ini, karena krisis itu memaksa dunia internasional untuk melakukan restrukturisasi ekonomi yang lebih demokratis. Salah satu manifestasinya adalah, semakin mengemukanya tuntutan terhadap konsep “inclusive growth” - yang bergulir sejak dilontarkan oleh Forum G-20, dan yang juga aktif didukung oleh Asian Development Bank. “Inclusive growth” memberi perhatian besar pada pembangunan yang merata, dan kepada kelompok-kelompok yang lemah dan kecil. Konsep ini telah menjiwai kerjasama ASEAN, dan juga telah diadopsi di Forum APEC.

Di Indonesia sendiri, sejak 5 tahun yang lalu, saya telah menetapkan sebuah strategi pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada “pertumbuhan disertai pemerataan”, atau “growth with equity”. Dalam penjabarannya, strategi ini memilik 3 jalur, yaitu pembangunan ekonomi yang pro-growth, pro-job, dan pro-poor. Saya yakin triple-track strategy inilah yang sesuai dengan situasi di negara berkembang, yang masih menghadapi permasalahan kemiskinan dan pengangguran.

Pada akhirnya, saudara-saudara, esensi dari demokrasi dan pembangunan adalah untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Baik sebagai hamba Tuhan, maupun sebagai insan sosial.

Manusia berasal dari Sang Pencipta yang membuatnya sejajar dengan sesamanya. Dengan demikian dia memiliki nilai yang tidak dapat diberi harga oleh pasar manapun. Dia memiliki hak yang tidak dapat dihilangkan oleh pemerintahan manapun. Dan dia juga memiliki tanggung jawab yang tidak dapat diganti oleh kekuasaan manapun.

Tentu saja, membahas demokrasi dan pembangunan, antara ekonomi dan politik, akan memiliki cakupan yang luas. Sebagaimana saya sampaikan sebelumnya, sejarah dan pengalaman pembangunan masing-masing bangsa juga berlain-lainan. Banyak yang berpendapat bahwa demokrasi itu bukanlah tujuan akhir. Yang menjadi tujuan akhir dari demokrasi, dan juga pembangunan adalah terwujudnya kesejahteraan rakyat, lahir dan batin. Kesejahteraan yang menghadirkan rasa keadilan yang sejati.

Saya sungguh berharap, di forum ini, Forum Demokrasi Bali, saudara-saudara saling dapat berbagi pandangan dan pengalaman tentang demokrasi, pembangunan dan kesejahteraan rakyat.

Akhirnya, saudara-saudara dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, serta dengan mengucapkan `Bismillahirrahmanir-rahim`, Forum Demokrasi Bali ke-2, saya nyatakan dengan resmi dibuka.

Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

[+/-] Selengkapnya...

Senin, 07 Desember 2009

Sambutan Puncak Peringatan Hari Perdamaian Dunia


TRANSKRIPSI
SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PERESMIAN MONUMEN GONG PERDAMAIAN
DALAM RANGKA
PUNCAK PERINGATAN HARI PERDAMAIAN DUNIA TAHUN 2009
AMBON, 25 NOVEMBER 2009



Bismilahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Shalom,

Para Tamu Undangan dan hadirin yang saya muliakan,
Saudara-saudara se-bangsa dan se-tanah air yang saya cintai dan saya banggakan,
Pada hari yang bersejarah dan insya Allah penuh berkah ini, marilah sekali lagi, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas perkenan dan ridho-Nya, kita semua dapat menghadiri Peringatan Hari Perdamaian Dunia Tahun 2009, International Day of Peace of 2009.

Kita juga patut bersyukur, karena sebentar lagi akan kita resmikan pendirian Monumen Gong Perdamaian yang kita pilih, kita bangun di Kota Ambon yang kita cintai bersama ini. Masyarakat Maluku pastilah bersyukur, karena konflik komunal yang merebak 10 tahun yang lalu telah berakhir, karena kuasa Tuhan, karena ijin Allah SWT dan karena tekad yang membaja dari Saudara semua. Masyarakat Maluku tentu juga bangga, karena Gong Perdamaian Dunia kini terpasang di tanah Maluku bersama-sama dengan 34 tempat di seluruh dunia.

Saya masih ingat Saudara-saudara, sekitar 6 sampai 7 tahun yang lalu, beberapa bulan setelah kita bertemu di Malino, karena masih ada ekor dari kekerasan waktu itu, saya memimpin sendiri upacara pemusnahan senjata di sekitar tempat ini, kita buldozer, kita hancurkan. Dalam sambutan saya waktu itu, selaku Menko Polkam adalah, masa depan Maluku bukanlah konflik senjata dan kekerasan, tetapi adalah perdamaian, persaudaraan dan pembangunan. Alhamdulillah, Tuhan Maha Besar, kita melihat gerak pembangunan yang makin menghasilkan sesuatu yang didambakan oleh masyarakat kita. Oleh karena itu, tepatlah kiranya kalau tema Hari Perdamaian Dunia yang dipilih adalah ”Damai Berkelanjutan” (Sustain and Sustainable Peace).

Hadirin yang saya muliakan,
Mengapa setiap tahun kita peringati Hari Perdamaian Dunia? Ada beberapa alasan. Pertama, hadirnya dunia yang aman dan damai adalah merupakan cita-cita semua bangsa, yang tentunya juga merupakan misi besar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Alasan yang kedua, dunia yang aman dan damai itu belum terwujud. Di seluruh dunia, di berbagai kawasan masih berkecamuk konflik bersenjata, kekerasan, terorisme dan perang.

Dan yang ketiga alasan kita adalah hadirnya dunia yang aman dan damai itu tidak datang dari langit, bukan sesuatu yang taken for granted, semua harus diperjuangkan, semua harus diikhtiarkan. Dan manakala perdamaian itu terwujud, harus tetap kita jaga dan pelihara. Maluku memiliki pelajaran yang amat berharga di dalam mengakhiri konflik itu dan kini di bawah kepemimpinan Saudara Gubernur, berusaha untuk memelihara suasana damai ini, merajut kembali persaudaraan dan membangun Maluku untuk menuju masa depan yang lebih baik.

Hadirin sekalian,
Bertepatan dengan Peringatan Hari Perdamaian Dunia 2009 ini, Indonesia mengajak bangsa-bangsa lain di seluruh dunia. Pertama, marilah kita terus berikhtiar, bekerja sama, dan berupaya untuk mengakhiri berbagai konflik kekerasan dan peperangan. Ciri-ciri bangsa yang beradab, dunia yang beradab, civilized world adalah mereka yang tidak menyukai kekerasan, mereka yang mencintai perdamaian dan menyelesaikan konflik dengan cara-cara yang damai dan bermartabat. Indonesia juga mengajak, marilah kita menyelesaikan berbagai perbedaan, pertentangan dan konflik secara damai. Mari kita jalankan diplomasi dan negosiasi untuk mencegah perang. Mari lebih kita gunakan soft power dan bukan hard power yang lebih menjurus kepada perang dan tindakan-tindakan kekerasan. Dan di atas segalanya, manakala secara internal kita juga menghadapi persoalan keamanan, mari kita carikan resolusinya secara damai, peaceful conflict resolution.

Indonesia juga mengajak kepada bangsa-bangsa lain di dunia untuk terus membangun tatanan dunia yang semakin adil, termasuk perekonomian dunia. Kita berjuang bersama negara-negara dalam forum G-20 misalnya, untuk menghadirkan arsitektur dan tatanan perekonomian dunia yang lebih adil. Kita juga berjuang bersama-sama bangsa lain untuk mewujudkan tujuan Millenium Devolopment Goals, untuk mengurangi kemiskinan sejagad. Kemiskinan, keterbelakangan, ketidakadilan kerap pula memunculkan konflik, kekerasan dan peperangan. Oleh karena itu, sepatutnya kita juga mengatasi akar penyebab dari konflik dan peperangan itu.

Indonesia juga mengajak marilah terus kita bangun dialog antar peradaban, dialogue among civilization, dialog antar agama, dialog antar media, dialog antar generasi muda. Dengan demikian, maka satu sama lain makin mengenal, semakin dekat dan akhirnya bersatu untuk memelihara perdamaian dan keamanan dunia.

Dan yang terakhir, Indonesia mengajak bangsa-bangsa lain untuk terus memerankan Perserikatan Bangsa-Bangsa, The United Nation dan juga perhimpunan atau asosiasi regional, organisasi kawasan yang semuanya itu bertujuan untuk menciptakan keamanan dan perdamaian dunia, termasuk di dalamnya keamanan dan perdamaian kawasan.

Saudara-saudara,
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Dalam konteks itu semua, Indonesia akan terus menjalankan kewajibannya, sumbangan atau kontribusinya sebagai berikut:
Pertama Indonesia akan terus berperan secara aktif untuk memelihara perdamaian dunia, termasuk kita akan terus mengambil bagian dalam peace keeping mission. Tugas-tugas pemeliharaan perdamaian di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tiga tahun yang lalu kita mengirimkan kontingen Indonesia untuk mengemban tugas misi perdamaian PBB di Libanon. Prakarsa kita yang kita sampaikan kepada Sekjen PBB waktu itu dan sekarang pasukan kita masih terus mengemban tugas di perbatasan Israel dengan Libanon untuk menjaga perdamaian di wilayah itu. Dan banyak lagi daerah-daerah konflik yang Indonesia juga menyumbangkan putra-putri terbaiknya menjadi bagian dari peace keeping mission of United Nation.

Yang kedua, Indonesia akan terus aktif menyelenggarakan atau memfasilitasi berbagai dialog, baik sebagaimana yang saya sampaikan tadi, dialog antara agama, antar media, antar identitas, maupun antar peradaban. Sejak 3 tahun yang lalu, atas prakarsa Indonesia dan Norwegia, kita menyelenggarakan Global Inter-media Dialogue, dialog antar media secara global. Saya sampaikan prakarsa itu bersama sahabat saya Perdana Menteri Norwegia, karena banyak sekali permasalahan, karena apa yang diliput dan disuarakan oleh media. Kalau itu tidak ada jalinan komunikasi di antara mereka kadang-kadang persoalan menjadi lebih rumit.

Kita juga dalam rangka membangun jembatan atau dialog ini, sejak 2 tahun yang lalu membentuk yang disebut Eminent Persons Group apa yang saya bangun bersama Perdana Menteri Malaysia waktu itu, Bapak Abdullah Badawi, agar perselisihan kadang-kadang di antara bangsa Indonesia dan bangsa Malaysia bisa kita kelola dengan baik, sehingga tidak mengganggu persahabatan di antara kedua bangsa.

Kita juga membangun dialog antar pemimpin Islam, Islamic leaders, yang disponsori oleh Indonesia dan Kerajaan Inggris dengan tujuan agar juga ada dialog yang terus dilakukan untuk membangun pemahaman dan persepsi yang positif. Dalam kaitan konflik ataupun residu dari masa lalu antara Indonesia dengan Timor Leste, kita juga berprakarsa bersama-sama Timor Leste untuk membangun yang saya sebut dengan Commission of Truth and Friendship untuk ke melihat depan dan tidak melihat ke belakang dalam rangka menciptakan perdamaian di antara Indonesia dengan Timor Leste.

Yang keempat, Indonesia ingin terus membangun kebijakan dan strategi untuk menyelesaikan berbagai konflik internal, konflik di dalam negeri kita sendiri secara damai dan bermartabat. Tidak harus mengedepankan solusi militer. Militer adalah cara terakhir, apabila tidak tersedia cara yang lain. Saya punya keyakinan, masih banyak cara lain, yang bisa kita pilih untuk menyelesaikan kemelut di dalam negeri, sekali lagi secara damai dan bermartabat. Itulah kebijakan yang kita jalankan di Aceh dan Papua. Itulah yang kita dorong di berbagai masyarakat di tanah air, di Maluku, di Poso, di Sampit dan di berbagai tempat-tempata yang lain.

Ini sekaligus pada kesempatan yang baik ini, saya menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, marilah kita jadikan budaya untuk menyelesaikan konflik secara damai seperti ini, dan yang lebih penting adalah mencegah konflik. Oleh karena itu, dialog di antara kita semua, wajiblah kita bangun sebelum kita membangun dialog dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Yang keempat Saudara-saudara, Indonesia akan tetap menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif. Politik luar negeri dan kerjasama dengan negara-negara lain ke segala arah, all directions foreign policy. Dan kita memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk bisa membangun persahabatan dengan semua bangsa, semua pihak di dunia dan kita tidak ingin memiliki musuh satu pun, thousand friends and zero enemy. Itulah prinsip-prinsip dasar, itulah haluan, itulah kebijakan politik luar negeri kita yang akan kita jalankan di masa kini dan masa depan.

Dan yang kelima atau yang terakhir, Indonesia akan terus aktif berperan dalam mengatasi berbagai tantangan global, isu-isu global, global challanges, seperti perubahan iklim dan pemanasan global. Sebab ini kalau tidak dapat kita atasi secara bersama, kerusakannya barangkali lebih besar dibandingkan peperangan atau konflik bersenjata yang lain, karena akan memusnahkan kehidupan dengan iklim yang berubah dan tidak terkendali. Oleh karena itu, Indonesia menjadi pelopor. Kita pernah mengukir sejarah dalam konferensi di Bali, dalam United Nation Conference on Climate Change. Kita akan berperan di Copenhagen pada bulan depan, dengan harapan sekali lagi, Indonesia ikut memberikan sumbangan terbaiknya bagi penyelamatan bumi kita.

Indonesia juga akan terus aktif untuk mencapai tujuan Millenium Development Goals, baik secara domestik maupun dengan kerjasama dengan negara-negara lain. Itu adalah tantangan-tantangan global yang harus kita jawab, dengan tujuan betul-betul membangun tatanan dunia yang aman dan damai, yang adil dan sejahtera, jauh dari kekerasan dan gangguan keamanan, serta perdamaian.

Hadirin yang saya muliakan,
Masyarakat Maluku yang saya cintai,
Sebagai penutup dari sambutan saya ini, saya ingin secara khusus menyampaikan terima kasih dan penghargaan saya. Pertama, kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa atas upaya gigih di dalam memelihara keamanan dan perdamaian dunia. Saya menyambut baik apa yang disampaikan oleh yang mewakili Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Saudara Peter Van Rooij tadi, yang menyampaikan pesan-pesan Sekjen PBB, sahabat saya Ban Ki-Moon. Dan Indonesia juga mendukung terhadap perlucutan senjata-senjata nuklir, termasuk upaya untuk tidak mengembangbiakan senjata nuklir itu, yaitu yang kita sebut dengan disarmament and non-proliferation of nuclear weapons. Indonesia sangat mendukung dan semoga itu bisa terwujud di waktu yang akan datang.

Saya juga ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan saya kepada Maluku, Pimpinan Daerah dan segenap masyarakat Maluku yang telah berhasil memelihara dan memperkuat suasana damai. Dulu, ketika kegelapan masih menyelimuti tanah Maluku, tragedi masih sangat mengemuka, saya pernah berbicara di bandar udara dalam perjalanan menuju ke Kota Ambon ini, alangkah indahnya suatu saat, manakala konflik telah berakhir, kita bisa menikmati keindahan tanah Maluku, lautnya, tanahnya, keindahan alamnya, bahkan kita bisa membangun lebih baik lagi kelautanya, perikananya, pertanianya, kepariwisataanya, bahkan energinya yang insya Allah semuanya itu bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Maluku. Sekali lagi, Tuhan mendengarkannya niat baik itu.

Apa yang saya lihat kemarin dalam perjalanan, dari bandara ke tempat ini suasananya sudah jauh berbeda, jalan-jalan makin lebar, gedung-gedung yang rusak telah dibangun kembali, bahkan dibangun gedung-gedung baru. Saya melihat saudara-saudara kita di pinggir jalan tersenyum, tertawa dengan wajah ceria, alangkah indahnya pemandangan seperti itu. Sekali lagi, terima kasih saya kepada Maluku.

Dan yang terakhir, terima kasih dan penghargaan saya kepada Komite Perdamaian Dunia The World Peace Committee, Pimpinan Saudara Djuyoto Suntani yang tadi telah bicara di depan kita. Saya ingat betul prakarsa Saudara untuk menciptakan ini semua. Saudara sudah mengatakan dulu, apakah bisa. Saya katakan harus bisa. Dalam hati insya Allah dengan ridho Tuhan, dan ternyata Saudara dengan teman-teman, utamanya generasi muda waktu itu bisa mewujudkan. Dan kemudian telah menyebar ke berbagai penjuru dunia. Saya ikut bangga, semoga kontribusi Indonesia di-ridho-i Allah dan semoga pula pusat bumi yang akan dibangun nanti di Jawa tengah, di pusatnya Indonesia dari segi geografi itu juga diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, tekad anak bangsa untuk membangun perdamaian dunia yang abadi, sebagaimana tadi disampaikan oleh Suadara Agung Laksono, Menko Kesra maupun Saudara Djuyoto Suntani sendiri.

Saudara-sauadara,
Itulah yang dapat saya sampaikan. Dan akhirnya pada kesempatan yang membahagiakan ini, dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, seraya mengucapkan `Bismillahirahmanirahim`, Monumen Gong Perdamaian Dunia di Kota Ambon, hari ini, tanggal 25 November 2009, saya resmikan penggunaanya.

Sekian.
Wassalamu’alikum warahmatullahi wabarakatuh.

[+/-] Selengkapnya...

Minggu, 29 November 2009

Penjelasan Presiden dalam Masalah KPK dan Bank Century

PIDATO PENJELASAN
PRESIDEN rEPUBLIK iNDONESIA
DR H SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
DALAM MASALAH KPK DAN BANK CENTURY

“Mencari Solusi yang Adil Demi Kepentingan Bangsa
yang Lebih Besar"

Istana Negara, Jakarta
23 November 2009




Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,

Saudara-saudara se-bangsa dan se-tanah air yang saya cintai dan saya banggakan.
Dengan terlebih dahulu memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, serta dengan memohon ridho-Nya, pada malam hari ini saya ingin menyampaikan penjelasan kepada seluruh rakyat Indonesia, menyangkut dua isu penting, yang berkaitan dengan penegakan hukum dan keadilan di negeri kita. Isu penting yang saya maksud adalah, pertama, kasus Bank Century, dan, kedua, kasus Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Riyanto, yang keduanya telah menjadi perhatian masyarakat yang amat mengemuka. Kedua isu ini juga telah mendominasi pemberitaan di hampir semua media massa, disertai dengan percakapan publik yang menyertainya, bahkan disertai pula dengan berbagai desas-desus atau rumor yang tidak mengandungi kebenaran. Oleh karena itu, selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, malam ini, saya pandang perlu untuk menjelaskan duduk persoalan, serta sikap, pandangan dan solusi yang perlu ditempuh terhadap kedua permasalahan tersebut.

Dalam waktu 2 minggu terakhir ini, saya sengaja menahan diri, untuk tidak mengeluarkan pernyataan menyangkut Bank Century dan kasus Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Riyanto, dengan alasan:

Kesatu, menyangkut kasus Bank Century selama ini saya masih menunggu hasil Pemeriksaan Investigasi yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang dilakukan atas permintaan DPR RI. Saya sungguh menghormati proses itu, dan saya tidak ingin mengeluarkan pernyataan yang mendahului, apalagi ditafsirkan sebagai upaya mempengaruhi proses audit investigatif yang dilakukan BPK. Tadi sore, saya telah bertemu dengan Ketua dan anggota BPK, yang menyampaikan laporan hasil pemeriksaan investigasi atas Bank Century. Dengan demikian, malam ini tepat bagi saya untuk menyampaikan sikap dan pandangan saya berkaitan dengan kasus Bank Century tersebut.

Kedua, menyangkut kasus hukum Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Riyanto. Malam ini saya pandang tepat pula untuk menyampaikan sikap, pandangan dan solusi paling tepat terhadap permasalahan itu. Mengapa? Saudara-saudara masih ingat, pada tanggal 2 November 2009 yang lalu, dengan mencermati dinamika di lingkungan masyarakat luas, yang antara lain berupa silang pendapat kecurigaan dan ketidak-percayaan atas proses penegakan hukum yang dilakukan oleh Polri dan Kejaksaan Agung, saya telah membentuk sebuah Tim Independen, yaitu Tim Independen Verifikasi Fakta dan Proses Hukum Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Riyanto. Tim Independen ini, yang sering disebut Tim-8, bekerja selama 2 minggu, siang dan malam, dan akhirnya pada tanggal 17 November 2009 yang lalu secara resmi telah menyerahkan hasil kerja dan rekomendasinya kepada saya. Setelah selama 5 hari ini jajaran pemerintah, termasuk pihak Polri dan Kejaksaan Agung saya instruksikan untuk merespons hasil kerja dan rekomendasi Tim-8, maka malam hari ini secara resmi saya akan menyampaikan kepada rakyat Indonesia, apa yang sepatutnya kita laksanakan ke depan.

Saudara-saudara,
Sebelum saya masuk ke dalam inti permasalahan tentang bagaimana sebaiknya kasus Bank Century dan kasus Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Riyanto ini kita selesaikan dengan baik, saya ingin menyampaikan kepada segenap masyarakat luas, bahwa cara-cara penyelesaian terhadap kasus hukum yang memiliki perhatian publik luas seperti ini mestilah tetap berada dalam koridor konstitusi, hukum dan perundang-undangan yang berlaku, seraya dengan sungguh-sungguh memperhatikan dan mendengarkan aspirasi dan pendapat umum. Solusi dan opsi yang kita tempuh juga harus bebas dari kepentingan pribadi, kelompok maupun golongan, tetap jernih dan rasional, serta bebas dari tekanan pihak manapun yang tidak semestinya. Dan, di atas segalanya, kita harus tetap bertumpu kepada dan menegakkan kebenaran dan keadilan.

Rakyat Indonesia yang saya cintai,
Sekarang saya akan menjelaskan yang pertama dulu, yaitu sikap dan pandangan saya tentang kasus Bank Century.

Yang pertama-tama harus kita pahami adalah, pada saat dilakukan tindakan terhadap Bank Century tersebut, situasi perekonomian global dan nasional berada dalam keadaan krisis. Hampir di seluruh dunia terjadi goncangan keuangan, dan tidak sedikit pula krisis di dunia perbankan. Banyak negara melakukan tindakan untuk menyelamatkan perbankan dan perekonomian mereka.

Pada bulan November 2008 yang lalu, apa yang dilakukan oleh pemerintah dan BI, mestilah dikaitkan dengan situasi dan konteks demikian, sehingga tidak dianggap keadaannya normal-normal saja. Kita punya pengalaman sangat pahit dan buruk 10-11 tahun lalu, ketika Indonesia mengalami rangkaian krisis yang menghancurkan perekonomian kita. Dengan demikian kebijakan yang ditempuh untuk melakukan tindakan terhadap Bank Century, yang di antaranya adalah tindakan hukum terhadap para pengelola Bank Century serta penyaluran dana penyertaan modal sementara, sesungguhnya bertujuan untuk mencegah terjadinya krisis perbankan bahkan perekonomian. Meskipun ketika berlangsungnya proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kewenangan dan tugas untuk itu saya sedang mengemban tugas di luar negeri, tetapi saya memahami situasi yang ada di tanah air, beserta rangkaian upaya untuk menyelamatkan perbankan dan perekonomian kita.

Tetapi, kini, yang menjadi perhatian DPR RI dan berbagai kalangan masyarakat adalah :

Pertama, sejauh mana proses pengambilan keputusan dan tindakan penyaluran dana penyertaan modal sementara kepada Bank Century yang berjumlah Rp 6,7 triliun itu dinilai tepat atau proper?

Kedua, apakah ada pihak-pihak tertentu dengan kepentingannya sendiri, dan bukan kepentingan negara, meminta atau mengarahkan pihak pengambil keputusan dalam hal ini Menkeu dengan jajarannya dan BI, yang memang keduanya memiliki kewenangan untuk itu?

Ketiga, apakah penyertaan modal sementara yang berjumlah Rp 6,7 triliun itu ada yang “bocor”, atau tidak sesuai dengan peruntukannya? Bahkan berkembang pula desas-desus, rumor, atau tegasnya fitnah, yang mengatakan bahwa sebagian dana itu dirancang untuk dialirkan ke dana kampanye Partai Demokrat dan Capres SBY, fitnah yang sungguh kejam dan sangat menyakitkan.

Keempat, sejauh mana para pengelola Bank Century yang melakukan tindakan pidana diproses secara hukum, termasuk bagaimana akhirnya dana penyertaan modal sementara dapat kembali ke negara?

Saudara-saudara,
Saya sungguh memahami munculnya sejumlah pertanyaan kritis itu, yang tentunya memerlukan penjelasan dan klarifikasi dari pihak-pihak terkait. Saya pun memiliki kepedulian dan rasa ingin tahu sebagaimana yang dialami oleh masyarakat kita. Saya juga ingin, keempat pertanyaan kritis menyangkut kasus Bank Century yang saya sebutkan tadi, juga mendapatkan jawaban yang tegas dan benar.

Dengan telah saya terimanya hasil pemeriksaan investigasi BPK atas kasus Bank Century sore tadi, pemerintah akan segera mempelajari, dan pada saatnya nanti saya akan meminta Sdri. Menteri Keuangan dengan jajarannya, bersama-sama dengan pihak BI, untuk memberikan penjelasan dan klarifikasinya. Saya sungguh ingin keterbukaan dan akuntabilitas dapat kita tegakkan bersama. Saya juga ingin semua desas-desus, kebohongan dan fitnah dapat disingkirkan, dengan cara menghadirkan fakta dan kebenaran yang sesungguhnya.

Terhadap pemikiran dan usulan sejumlah anggota DPR RI untuk menggunakan Hak Angket terhadap Bank Century, saya menyambut dengan baik, agar perkara ini mendapatkan kejelasan, serta sekaligus untuk mengetahui apakah ada tindakan-tindakan yang keliru dan tidak tepat. Bersamaan dengan penggunaan Hak Angket oleh DPR RI tersebut, saya juga akan melakukan sejumlah langkah tindakan internal pemerintah, berangkat dari hasil dan temuan Pemeriksaan Investigasi BPK tersebut.

Dan, yang tidak kalah pentingnya adalah percepatan proses hukum bagi para pengelola Bank Century, dan segera dapat dikembalikannya dana penyertaan modal yang berjumlah Rp 6,7 triliun itu kepada negara. Saya telah menginstruksikan Jaksa Agung dan Kapolri untuk melaksanakan tugas penting ini.

Saudara-saudara,
Pada bagian kedua ini saya akan menyampaikan sikap, pendapat dan langkah tindakan apa yang perlu dilakukan menyangkut kasus hukum Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Riyanto.

Sejak awal, proses hukum terhadap 2 pimpinan KPK non-aktif ini telah menimbulkan kontroversi, pro dan kontra, di kalangan masyarakat. Kecurigaan terhadap kemungkinan direkayasanya kasus ini oleh para penegak hukum juga tinggi. Dua hari yang lalu saya juga mempelajari hasil survey oleh Lembaga Survey yang kredibel yang baru saja dilakukan, yang menunjukkan bahwa masyarakat kita memang benar-benar terbelah.

Di samping saya telah mengkaji laporan dan rekomendasi Tim-8, saya juga melakukan komunikasi dengan 2 pimpinan Lembaga Tinggi Negara di wilayah justice system, yaitu Sdr. Ketua Mahkamah Agung dan Sdr. Ketua Mahkamah Konstitusi. Saya juga melakukan komunikasi dengan segenap pimpinan KPK, dan tentu saja sayapun telah mengundang Kapolri dan Jaksa Agung untuk mencari solusi terbaik atas kasus ini. Di luar itu, saya juga patut berterima kasih kepada para pakar hukum yang 5 hari terakhir ini, sejak Tim-8 menyampaikan rekomendasinya, juga memberikan sumbangan pemikiran kepada saya.

Dalam kaitan ini, sesungguhnya jika kita ingin mengakhiri silang pendapat mengenai apakah Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Riyanto salah atau tidak salah, maka forum atau majelis yang tepat adalah pengadilan. Semula saya memiliki pendirian seperti ini. Dengan catatan, proses penyidikan dan penuntutan mendapatkan kepercayaan publik yang kuat. Dan tentu saja proses penyidikan dan penuntutan itu fair, objektif dan disertai bukti-bukti yang kuat.

Dalam perkembangannya, justru yang muncul adalah ketidakpercayaan yang besar kepada pihak Polri dan Kejaksaan Agung, sehingga telah masuk ke ranah sosial, dan bahkan ranah kehidupan masyarakat yang lebih besar. Oleh karena itu, faktor yang saya pertimbangkan bukan hanya proses penegakan hukum itu sendiri, tapi juga faktor-faktor lain seperti pendapat umum, keutuhan masyarakat kita, azas manfaat, serta kemungkinan berbedanya secara hakiki antara hukum dengan keadilan.

Sebelum memilih opsi atau konstruksi penyelesaian kasus ini, di luar pertimbangan faktor-faktor non-hukum tadi, saya juga menilai ada sejumlah permasalahan di ketiga Lembaga Penegak Hukum itu, yaitu di Polri, Kejaksaan Agung dan KPK. Permasalahan seperti ini tentu tidak boleh kita biarkan, dan harus kita koreksi, kita tertibkan dan kita perbaiki.

Oleh karena itu, solusi dan opsi lain yang lebih baik yang dapat ditempuh adalah, pihak kepolisian dan kejaksaan tidak membawa kasus ini ke pengadilan, dengan tetap mempertimbangkan azas keadilan, namun perlu segera dilakukan tindakan-tindakan korektif dan perbaikan terhadap ketiga lembaga penting itu, yaitu Polri, Kejaksaan Agung dan KPK.

Solusi seperti ini, saya nilai, lebih banyak manfaatnya dibanding mudharatnya. Tentu saja, cara yang ditempuh tetaplah mengacu kepada ketentuan perundang-undangan dan tatanan hukum yang berlaku. Saya tidak boleh, dan tidak akan memasuki wilayah ini, karena penghentian penyidikan berada di wilayah Lembaga Penyidik (Polri), penghentian tuntutan merupakan kewenangan Lembaga Penuntut (Kejaksaan), serta pengenyampingan perkara melalui pelaksanaan asas oportunitas merupakan kewenangan Jaksa Agung. Tetapi sesuai dengan kewenangan saya, saya menginstruksikan kepada Kapolri dan Jaksa Agung untuk melakukan penertiban, pembenahan dan perbaikan di institusinya masing-masing berkaitan dengan kasus ini. Demikian pula, saya sungguh berharap KPK juga melakukan hal yang sama di institusinya.

Rakyat Indonesia yang saya cintai dan saya banggakan,
Jika pada akhirnya, insya Allah, kasus Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Riyanto ini dapat kita selesaikan, tugas kita masih belum rampung. Justru kejadian ini membawa hikmah dan juga pelajaran sejarah, bahwa reformasi nasional kita memang belum selesai, utamanya reformasi di bidang hukum. Kita semua, para pencari keadilan, juga merasakannya. Bahkan kalangan internasional, yang sering fair dan objektif dalam memberikan penilaian terhadap negeri kita, juga menilai bahwa sektor-sektor hukum kita masih memiliki banyak kekurangan dan permasalahan. Sementara itu, prestasi Indonesia di bidang demokrasi, peng-hormatan kepada HAM dan kebebasan pers mulai diakui oleh dunia. Demikian juga pembangunan kembali perekonomian pasca krisis 1998 juga dinilai cukup berhasil. Sementara itu, dunia juga menyambut baik peran internasional Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini yang dinilai positif dan konstruktif.

Oleh karena itu, sebagaimana yang telah saya sampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia, bahwa 5 tahun mendatang penegakan hukum dan pemberantasan korupsi tetap menjadi prioritas pemerintah. Bahkan dalam program 100 hari, saya telah menetapkan gerakan Pemberantasan Mafia Hukum sebagai prioritas utama. Kita sungguh serius. Agar masyarakat bisa hidup lebih tentram, agar keadaan menjadi lebih aman dan tertib, agar perekonomian kita terus berkembang, dan agar citra Indonesia di mata dunia bertambah baik, maka reformasi di bidang hukum harus benar-benar sukses, dan korupsi harus berhasil kita berantas.

Khusus untuk menyukseskan gerakan Pemberantasan Mafia Hukum, saya sedang mempersiapkan untuk membentuk Satuan Tugas, di bawah Unit Kerja Presiden, yang selama 2 tahun ke depan akan saya tugasi untuk melakukan upaya Pemberantasan Mafia Hukum. Saya sungguh mengharapkan dukungan dan kerja sama dari semua Lembaga Penegak Hukum, dari LSM dan Media Massa, serta dari masyarakat luas. Laporkan kepada Satgas Pemberantasan Mafia Hukum jika ada yang menjadi korban dari praktik-praktik Mafia Hukum itu, seperti pemerasan, jual-beli kasus, intimidasi dan sejenisnya.

Dalam kaitan ini, saya menyambut baik rekomendasi Tim-8 dan juga suara-suara dari masyarakat luas agar tidak ada kasus-kasus hukum, utamanya pemberantasan korupsi, yang dipetieskan di KPK, atau juga di Polri dan Kejaksaan Agung. Kalau tidak cukup bukti hentikan, tetapi kalau cukup bukti mesti dilanjutkan. Hal ini untuk menghindari kesan adanya diskriminasi dan tebang pilih dalam pemberantasan korupsi. Apalagi kalau pemeti-esan ini berkaitan dengan praktik-praktik Mafia Hukum tadi.

Akhirnya, saudara-saudara, marilah kita terus melangkah ke depan, dan bekerja lebih gigih lagi untuk menyukseskan pembangunan bangsa.

Kepada jajaran Polri, Kejaksaan Agung, KPK dan Lembaga-Lembaga penegak hukum dan pemberantas korupsi lainnya, teruslah berbenah diri untuk meningkatkan integritas dan kinerjanya. Bangun kerja sama dan sinergi yang lebih baik, dan hentikan disharmoni yang tidak semestinya terjadi.

Kepada masyarakat luas di seluruh tanah air marilah kita lebih bersatu lagi, dan cegah perpecahan di antara kita. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa membimbing perjalanan bangsa kita ke arah yang benar.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

[+/-] Selengkapnya...

Sambutan Pembukaan Sidang Kabinet Paripurna

TRANSKRIPSI
SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PEMBUKAAN SIDANG KABINET PARIPURNA
KANTOR PRESIDEN, 19 NOVEMBER 2009



Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati para Menteri Koordinator, Pelaksana Tugas Gubernur Bank Indonesia, Kepala Unit Kerja Presiden untuk Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan, para Menteri, Panglima TNI, Kapolri, Jaksa Agung dan para Pejabat Teras,

Hadirin Peserta Sidang Kabinet Paripurna yang saya muliakan,
Marilah kita awali pertemuan kita hari ini dengan terlebih dahulu memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan ridho-Nya, kita semua masih diberikan kesempatan, kekuatan dan kesehatan untuk melanjutkan tugas dan pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta.

Saudara-saudara,
Dalam Sidang Kabinet Paripurna hari ini, ada tiga agenda utama, yang akan kita bahas dan seperti biasanya di akhir sidang nanti akan saya simpulkan, saya putuskan hal-hal yang harus saya putuskan dan saya berikan directions atau instruksi kepada Saudara untuk dilaksanakan oleh Saudara semua.

Pertama, Saya ingin dalam 100 hari ini, langkah-langkah pemberantasan mafia dikaitkan dengan reformasi bidang hukum secara keseluruhan dapat kita jalankan dengan efektif sehingga pada gilirannya nanti rakyat akan merasakan bahwa, kehidupan di bidang hukum dan keadilan, benar-benar makin baik di negeri kita ini. Dan mereka-mereka yang menjalankan sebutlah bisnis mafia itu tidak lagi punya kemewahan, kebebasan, atau tindakan-tindakan apapun yang sungguh mengusik rasa keadilan dan juga mendatangkan kerugian bagi masyarakat luas.

Dan nanti akan kita rumuskan langkah-langkah konkretnya seperti apa. Siapa penyelenggara dan penanggungjawabnya, bagaimana pengawasannya, termasuk apa yang harus saya kendalikan langsung sebagai Presiden dalam pelaksanaan tugas itu. Saya mendengarkan feedback dari masyarakat luas dan mereka menyambut baik kegiatan untuk pemberantasan mafia di bidang hukum ini.

Yang kedua adalah, saya ingin menyampaikan tentang perkembangan keadaan dunia secara global maupun regional. Regional dalam arti perkembangan kawasan Asia-Pasifik, khususnya Asia Tenggara, serta kepentingan apa, kepentingan nasional apa yang harus kita perjuangkan dan kita capai dalam dunia yang tengah berubah ini.

Sebagaimana Saudara ketahui, saya baru saja menghadiri Pertemuan Puncak APEC dan Pertemuan Puncak ASEAN-Amerika Serikat, yang saya dahului dengan kunjungan bilateral ke Malaysia dan Singapura. Oleh karena itu, sebagai awal pekerjaan kita di kabinet ini, saya akan jelaskan perkembangan dan dinamika pada tingkat global, bukan hanya di bidang perekonomian, tapi juga di bidang lain agar kita paham betul dunia kita dengan segala tantangan dan pekerjaan rumah yang harus kita laksanakan, baik masyarakat global maupun kita sendiri. Dengan demikian, akan membawa manfaat yang nyata untuk rakyat kita utamanya, dan bahkan untuk masyarakat dunia. Itu agenda yang kedua.

Tentu saja setelah saya jelaskan nanti, saya berharap semua kebijakan kita, program kita, dijalankan dengan seksama, dan manakala itu berkaitan dengan kerjasama internasional, Saudara paham, seperti apa konteksnya, seperti apa dinamikanya. Dengan demikian, kita harus menjadi pemenang, the winner dan bukan the loser, yang kalah dalam globalisasi, dalam perkembangan di kawasan kita ataupun sekali lagi pada tingkat dunia.

Kemudian yang ketiga, agenda Sidang Kabinet kita ini, saya akan mendengarkan nanti presentasi tentang posisi dan rekomendasi Indonesia yang akan kita bawa dalam Konferensi PBB tentang perubahan iklim. Saudara tahu, 3 tahun terakhir ini utamanya, isu perubahan iklim atau climate change menjadi isu yang sangat sentral, yang meniscayakan semua negara, semua pemimpin dunia untuk sungguh menjadi bagian dalam penyelamatan bumi kita untuk memiliki instrumen baru, protokol baru, kerjasama baru, menggantikan Kyoto Protokol yang akan habis masa berlakunya pada tahun 2012 mendatang.

Dalam rangkaian Pertemuan G-20 misalnya, G-20 Summit sejak di Washington DC, di London, di Pittsburgh maupun pertemuan G-8, ASEAN Summit, East Asia Summit, APEC Summit yang baru lalu, isu ini betul-betul menjadi tema bahasan yang utama. Dan bukan hanya itu mengapa kita harus sangat peduli. Kita juga ingin negara kita, tanah air kita makin ke depan tidak makin rusak, justru makin baik dari aspek lingkungan. Kita punya kepentingan. Jadi jangan dikira kita tidak punya kepentingan, seolah-olah hanya kepentingan global, meskipun kita menjadi bagian dari masyarakat global. Sebagai masyarakt dunia, kita juga harus bisa mencapai kepentingan masyarakat dunia, tetapi di atas segalanya kita sendiri memiliki kepentingan untuk menjaga lingkungan negeri kita.

Oleh karena itu, saya mewajibkan semua pemimpin pemerintahan harus betul-betul sungguh memperhatikan aspek lingkungan ini dalam menjalankan pembangunannya. Kalau tidak menjadi bom waktu untuk generasi yang akan datang.

Saudara-saudara,
Itulah pengantar umum saya, yang perlu saya sampaikan. Dan setelah ini, nanti saya akan masuk pada bagian yang pertama dan yang kedua. Dan setelah itu, barangkali kita break sebentar untuk persiapan presentasi perubahan iklim yang akan kita dengarkan bersama-sama nantinya.

Terima kasih.

*****




Biro Pers dan Media
Rumah Tangga Kepresidenan

[+/-] Selengkapnya...

Kamis, 19 November 2009

Tim Independen Verifikasi Fakta


Presiden SBY hari Selasa (17/11) siang menerima Tim Independen Verifikasi Fakta di kantor presiden. Menurut Menko Polhukam Djoko Suyanto, Presiden menghargai kerja keras selama dua mingngu yang telah dilakukan tim ini. Diharapkan paling lambat Senin, Presiden entah pagi atau siang, akan menyampaikan secara langsung kepada seluruh rakyat Indonesia tentang langkah-langkah demi baiknya negara kita, tambah Djoko Suyanto. (foto: anung/presidensby.info)

[+/-] Selengkapnya...

Presiden Prihatin dengan Rumor yang Cenderung Mengarah pada Pembunuhan Karakter

Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono prihatin atas beredarnya rumor, desas-desus, serta berita-berita menyangkut diri dan keluarganya. Rumor itu tidak jelas sumbernya dan mengarah pada pembuniuhan karakter atau character assasination.

Hal ini diungkapkan Presiden SBY, Rabu (18/11) siang, saat memimpin rapat terbatas menjelaskan laporan dan rekomendasi Tim Independen Verifikasi Fakta dan Proses Hukum Chandra Hamzah dan dan Bibit S. Riyanto.

”Saudara-saudara, saya sebenarnya juga prihatin, saya mengikuti terus pembicaraan di sudut-sudut kehidupan rakyat kita, sms, blackberry, facebook, di banyak media satu bulan terakhir ini. Bukan masalah kemelut Kepolisian dan KPK ini. Kalau itu, oke. Saya paham memang ada gelombang pro dan kontra, ada kecurigaan, ada ketidakpercayaan. Tetapi saya prihatin, beredar pula rumor, desas-desus, berita-berita yang tidak jelas darimana sumbernya, yang juga menyangkut nama saya, bahkan juga keluarga saya, yang sama sekali tidak ada kebenarannya. Tidak ada menjadi ada,” ujar SBY.

”Tapi kita fokus dulu ke sini (kasus KPK dan Kepolisian). hHrus kita selesaikan dengan benar, dengan rambu-rambu kebenaran dan keadilan, sambil menghentikan budaya buruk seperti ini. Lima tahun yang lalu, selama saya memimpin, begini ini juga luar biasa. Saya pikir berangsur-angsur sudah susut, tapi masih juga ada. Ada fitnah, ada character asasination, sebahagian besar saya abaikan,” Presiden menjelaskan.


Dulu, lanjut SBY, ada tiga hal yang harus dihadapi, dua diantaranya diteruskan dalam koridor legal based, karena dinilai sudah keterlaluan. Kalau itu tidak saya hadapi, ujar SBY, bisa menimbulkan persepsi yang keliru pada tingkat masyarakat luas.

Inilah prinsip yang dipegang SBY. "Kalau itu masih begitu dan apalagi secara formal di depan publik ada yang mengangkat berita yang sama sekali tidak ada kebenarannya itu, cara yang lalu juga akan saya tempuh demi keadilan dan kebenaran dan juga demi kehormatan saya sebagai kepala negara. Sekaligus tidak boleh kita memberikan toleransi kepada pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab,” Presiden SBY menegaskan.

[+/-] Selengkapnya...

Sambutan Saat Menerima Laporan Tim 8

TRANSKRIPSI
SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KETIKA MENERIMA LAPORAN VERIFIKASI DARI TIM 8
KANTOR PRESIDEN, 17 NOVEMBER 2009



Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Para Menteri,
Saudara Ketua dan Anggota Tim Independen Verifikasi Fakta dan Hukum Saudara Chandra Hamzah dan Bibit Samad Rianto yang saya hormati,

Alhamdulillah di tengah-tengah kepadatan tugas kita untuk bangsa dan negara pada sore hari ini, kita dapat bertemu kembali dan semoga kita masih terus diberi kesempatan untuk melanjutkan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa dan negara tercinta.

Sebentar lagi, Saudara, Tim 8 yang mengemban tugas yang mulia, menjalankan mandat yang saya berikan selaku Kepala Negara, akan sekali lagi merampungkan tugasnya. Dan oleh karena itu, acara hari ini menjadi sangat penting, karena secara resmi, Saudara akan menyampaikan laporan kepada saya selaku pemberi mandat, dan insya Allah tentu akan menjadi masukan serta bahan pertimbangan penting bagi pencarian solusi terbaik atas permasalahan yang kita hadapi ini tetap dalam kerangka untuk kebaikan bagi bangsa dan negara kita.

Saya memantau, tim telah bekerja keras, siang dan malam ya. Dan oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi. Saudara Menko Polhukkam juga terus memberikan update kepada saya, apa saja yang dilakukan oleh tim, karena Menko Polhukkam adalah pejabat yang sering berkomunikasi dengan Saudara dan juga yang saya berikan tugas untuk itu.

Informasi yang saya terima, juga disamping ingin menyampaikan hasil dari verifikasi serta rekomendasi yang akan diberikan kepada saya, tim juga menyampaikan sejumlah pikiran dan rekomendasi bagi peningkatan kualitas kinerja dan apapun yang berkaitan dengan lembaga-lembaga penegak hukum di negeri kita. Karena saya belum mendengar, kalau itu betul-betul disampaikan, saya memberikan apresiasi, karena itu ibaratnya hukumnya sunnah, tetapi menjadi sangat penting bagi upaya untuk reformasi di bidang hukum yang tentu menjadi prioritas bagi kita semua.

Tentu saja setelah laporan ini saya terima, meskipun saya ingin bergerak cepat untuk meresponnya, ada proses internal pada jajaran pemerintah untuk apa yang harus kita lakukan menyusul laporan yang akan Saudara sampaikan nanti.

Tentu sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, yang akan saya lakukan adalah sesuatu yang mengalir dari tatanan konstitusi, undang-undang, peraturan pemerintah dan semua yang berlaku. Dengan demikian di satu sisi kita mengambil langkah langkah yang cepat dan tepat, di sisi lain, dalam kerangka itu semua, sehingga akan menjadikan pembelajaran yang baik, akan menjadi satu preseden yang baik dalam sejarah di negeri ini, dan yang penting untuk kebaikan kita di masa depan.

Demikian pengantar saya, dan nanti selesai acara ini akan ada penjelasan pers kepada Saudara dan masih ada kegiatan lain, para wartawan untuk dikomunikasikan kepada rakyat melalui Saudara. Demikian.



[+/-] Selengkapnya...

Kamis, 12 November 2009

SBY Undang Lebih Banyak Lagi Investasi Singapura

Jakarta: Sesaat setelah mendarat di Singapura, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong di Istana, Kamis (12/11) petang. “Dalam pertemuan dengan PM Lee Hsien Loong, kedua pemimpin sepakat untuk mengadakan suatu pertemuan retreat dalam enam bulan dari sekarang, di Singapura. Tujuannnya adalah untuk mengkaji hubungan Indonesia - Singapura dewasa ini dan mencoba melihat pandangan jangka panjang kedepan,” kata Juru Bicara Presiden, Dino Patti Djalal dalam keterangan persnya, Kamis (12/11) malam di Hotel Marina Mandarin.

Pertemuan bilateral antara kedua pemimpin kali ini menurut Dino, bukan ditujukan untuk pertemuan perundingan apapun dan lebih merupakan kunjungan bilateral setelah Presiden SBY dilantik pada 20 Oktober 2009lalu. “Ini adalah kunjungan bilateral Presiden SBY yang kedua setelah kemarin mengunjungi Malaysia,” ujar Dino.

“Salah satu yang dibahas adalah mengenai investasi. Presiden mengundang lebih banyak lagi investasi Singapura di Indonesia. Singapura adalah salah satu investor terbesar di Indonesia. Tahun 2008 misalnya, realisasi investasi Singapura sebesar 1.5 miliar dollar dalam 184 proyek. Jadi Singapura memang salah satu investor yang terbesar. Kita tahu juga Singapura banyak membantu Indonesia dalam pengembangan kawasan Batam, Bintan dan Karimun,” Dino menerangkan.

Pemerintah Singapura menyatakan kesediannya untuk terus membantu meningkatkan, baik investasi Singapura maupun investasi internasional yang akan masuk ke Indonesia. Selain itu dibahas juga mengenai persiapan KTT APEC. “Memang tujuan Presiden SBY ke sini terutama adalah untuk menghadiri KTT APEC dan mengenai perkembangan di kawasan. Kedua pemimpin juga sepakat bahwa menghadapi situasi ekonomi yang masih tidak menentu dan masih mengalami perubahan pesar, terutama dengan tampilnya emerging power baru seperti India dan Cina, serta rebalancing dari ekonomi global,” jelas Dino.

“ Mereka sepakat bahwa memang integrasi ASEAN harus terus didorong dan kerjasama internal antara ASEAN. Jadi ASEAN jangan sampai ketinggalan arus perubahan yang ada di kawasan dan harus menjadi bagian dari bangkitnya ASEAN dalam ekonomi global,” Dino mengungkapkan. Pembahasan hubungan bilateral kedua negara yang lebih konprehensif akan dilakukan enam bulan dari sekarang di Singapura.

Indonesia dan Singapura memang memiliki kebiasaan mengadakan pertemuan tahunan. “Mekanismenya sudah ada. Indonesia dan Singapura juga banyak mempunyai mekanisme yang sudah baku, misalnya join consultation meeting dan sebagainya. Jadi ini adalah hubungan yang paling kaya strukturnya. Tapi khusus enam bulan kedepan dimaksudkan sebagai pertemuan pada tingkat tertinggi antara Presiden dan PM Singapura untuk melihat sekarang kita berada di mana dan kedepannya jalan panjang seperti apa,” ujar Dino.

Indonesia dan Singapura juga memiliki kedekatan geopolitik dan geoekonomi. Singapura adalah mitra perdagangan Indonesia yang nomor tiga terbesar, sementara Indonesia adalah mitra perdagangan Singapura yang kelima terbesar. “Tahun 2008, perdagangan keduabelah pihak mencapai 35 miliar dollar. Potensi ekonomi dalam hubungan Indonesia Singapura sangat besar. Untuk mengkaji hubungan strategis ini akan dibawa ke mana untuk kedepan,” jelas Dino.

Indonesia prihatin dengan apa yang sedang terjadi mengenai ketegangan antara Kamboja dan Thailand. Dalam hal ini telah ada komunikasi antara Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dengan Menteri Luar Negeri Thailand mengenai hal ini. Kita berharap agar ketegangan ini dapat diselesaikan dengan baik, karena ini penting bagi kekompakan ASEAN secara menyeluruh.

“Indonesia dan Singapura juga berharap ada kerjasama yang efektif dalam menyukseskan Copenhagen. Ini tinggal empat minggu lagi. Singapura adalah salah satu negara yang sangat aktif dalam masalah perundingan perubahan iklim. Sewaktu konfrensi perubahan iklim di Bali, PM Lee Hsien Loong datang. Jadi akan ada kerjasama yang cukup erat antara Indonesia dan Singapura menuju Copenhagen nanti. Ini akan ditindaklanjuti pada tingkat pejabat-pejabat tinggi kita,” Dino menjelaskan kepada wartawan.


[+/-] Selengkapnya...

Sabtu, 31 Oktober 2009

Saya Akan Berdiri di Depan untuk Melawan Kalau Ada Upaya Membubarkan KPK"


Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak akan menjelaskan mengapa kedua pimpinan non aktif KPK Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamsah ditahan, karena itu bukan wilayah dan kewenangan Presiden untuk menjelaskan. “Saya bisa keliru. Yang harus menjelaskan adalah pimpinan kepolisian, karena yang menahan adalah kepolisian sebagai penyidik,” jelas Presiden SBY dalam keterangan persnya di Kantor Presiden, Jumat (30/10) sore.

“Tapi kalau ada pertanyaan, saya juga tidak tahu. Yang menentukan apakah kedua beliau itu bersalah atau tidak salah adalah proses hukum yang sedang berjalan itu. Dengan memegang azas praduga tidak bersalah, kalau kedua beliau itu ternyata nantinya tidak dapat dibuktikan melanggar hukum, maka keduanya harus dibebaskan. Itu keadilan. Kalau dalam proses hukum ternyata dapat dibuktikan kedua beliau itu bersalah, ya tentu mendapat sangsi,” kata Presiden SBY kepada wartawan.

“Tahunya dari mana? Ya kita hormati proses hukum yang sedang berjalan ini. Dengan catatan, karena ini masih dalam penyidikan kepolisian dan andaikata nanti masuk ke penuntutan, kita tidak tahu, ya kejaksaan dan saya juga tidak tahu apakah berhenti di situ atau kedua beliau masuk pada proses pengadilan. Tetapi seruan saya sekarang ini kepada Kapolri dan Jaksa Agung, kalau misalkan berlanjut nantinya, ya kepada hakim dan para pembela, bertindaklah secara profesional, yang adil, yang objektif, yang transparan supaya rakyat bisa mengikuti prosesnya. Apa dakwaannya? Apa sangkaannya kalau sekarang tersangka? Dan semuanya mesti dipertanggungjawabkan, akuntabel. Itu yang mesti kita tegakkan di negeri ini demi keadilan bagi semua,” SBY menegaskan.

Kemudian ada lagi isu yang disebut-sebut dengan kriminalisasi KPK. Presiden SBY mengatakan, andaikata ada anggota atau pimpinan KPK melakukan kesalahan melanggar hukum, lembaganya tidak salah. “Sama kalau ada oknum polisi melanggar hukum, apakah lembaganya salah? Yang namanya kriminalisasi itu, tiba-tiba KPK dinyatakan bersalah, kemudian ada yang minta dibubarkan. Ini sudah keterlaluan, itu namanya kriminalisasi KPK. Tolong dicatat, kalau ada upaya-upaya di negeri ini yang berupaya membubarkan KPK, saya akan berdiri di depan untuk melawan upaya itu. Justru lima tahun ke depan pemberantasan korupsi harus lebih gigih. KPK mempunyai peran yang sangat penting, meskipun kepolisian, kejaksaan dan lembaga-lembaga lain juga tidak boleh dianggap tidak penting dan tidak berperan,” seru SBY.

“Saya sampaikan dengan bahasa terang, kalau ada yang mengkhawatirkan kepala negara atau negara tidak lagi meletakkan pemberantasan korupsi sebagai prioritas, pemberantasan korupsi tetap sebagai prioritas. Dari semuanya, saya mengajak kepada semua pihak untuk menghormati undang-undang, menghormati sistem, menghormati proses hukum di negeri ini, termasuk proses hukum yang menyangkut saudara Bibit Samad dan Chandra Hamzah, agar keadilan tegak dan tidak ada istilah tebang pilih. Saya juga mengajak, marilah kita semua penegak hukum maupun pihak-pihak lain untuk adil. Jangan karena kawan, saudara, satu kelompok, lantas kita membeda-bedakan satu kasus dengan kasus lainnya. Adillah kita kepada semua hal,” SBY menerangkan.

Jika ada yang keberatan dengan cara-cara kepolisian misalnya menangani kasus Pak Bibit dan Pak Chandra Hamzsah, atau barangkali dengan kasus yang lain, misalnya keberatan terhadap KPK dalam menangani kasus korupsi, gunakan aturan dan cara-cara yang telah ditetapkan undang undang kita, maupun aturan hukum yang lain. Ada caranya. Ada aturannya. Ada mekanismenya. Inilah cici-ciri tegakknya supremasi hukum di negeri tercinta ini, sehingga tidak dicampur adukkan antara emosi dengan rasio, politik dengan hukum. Saya mengajak, menyeru, karena saya juga ingin melakukan seperti itu,” kata SBY.

[+/-] Selengkapnya...

Sambutan Pembukaan Temu Nasional (National Summit) 2009

TRANSKRIPSI
SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PERESMIAN PEMBUKAAN TEMU NASIONAL TAHUN 2009
“NATIONAL SUMMIT 2009”
BIRAWA ASSEMBLY HALL, HOTEL BUMI KARSA BIDAKARA
29 OKTOBER 2009



Bismilahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati Saudara Wakil Presiden Republik Indonesia,
Yang saya cintai hadirin sekalian dan rakyat Indonesia dimanapun Saudara berada yang mengikuti acara ini melalui tayangan televisi yang saya cintai dan saya banggakan,

Pada kesempatan yang baik dan Insya Allah penuh berkah ini, saya mengajak Saudara semua untuk sekali lagi, memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, karena kepada kita semua masih diberikan kesempatan sejarah, masih diberikan kekuatan dan semoga juga kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa dan negara tercinta.

Kita juga bersyukur ke hadirat yang Maha Kuasa, karena hari ini Saudara-saudara berkenan memenuhi undangan panitia penyelenggaraan untuk mengikuti acara Temu Nasional yang akan berlangsung selama 2 hari, hari ini dan esok.

Saudara-saudara,
Saya amat senang, bersyukur bisa bertemu kembali dengan Saudara-saudara sekalian, dari yang hadir di ruangan ini, banyak yang sering bertemu dengan saya, memecahkan masalah yang dihadapi oleh bangsa ini bersama-sama di seluruh Indonesia, ada yang sekali-sekali bertemu, mungkin juga ada yang baru sekali ini berada dalam satu forum bersama saya. Yang jelas, Saudara mewakili rakyat Indonesia. Sebenarnya temu nasional seperti ini mesti dihadiri oleh seluruh rakyat Indonesia, tapi karena tidak memungkinkan secara teknis, Saudaralah yang kami undang untuk mewakili mereka semua. Tentu saja disamping yang ada dalam ruangan ini, masih banyak tokoh-tokoh yang kompeten yang sesungguhnya juga dapat mewakili rakyat kita untuk menyuarakan kepentingan mereka, untuk mencapai tujuan pembangunan, yaitu Indonesia yang lebih baik di masa depan, utamanya 5 tahun mendatang.

Saudara-saudara,
Lima tahun mendatang adalah periode kedua bagi saya untuk memimpin negeri ini, dengan didampingi oleh Saudara Boediono dan itu periode terakhir saya. Tentu saya sungguh ingin memiliki komitmen yang tinggi, dan saya memohon bantuan Saudara semua, kerjasama kita semua, agar 2014 lebih banyak lagi yang kita yang capai, yang kita hasilkan. Mengapa? Itu merupakan tanggung jawab moral saya selaku pemimpin, agar 2014 nanti pemimpin-pemimpin baru kita menerima keadaan negara yang lebih baik untuk 5 tahun berikutnya lagi mencapai hasil yang lebih baik lagi, demikian seterusnya, sehingga makin ke depan, negara kita makin maju, makin bermartabat dan makin sejahtera.

Saya yakin bahwa telah menanti pemimpin-pemimpin baru pada 2014 nanti, di ruangan ini saja saya kira cukup banyak yang Insya Allah pada saatnya nanti bisa melanjutkan kepemimpinan bangsa untuk mewujudkan cita-cita kita bersama.

Saudara-saudara,
Saya harus memulai sambutan dan direktif saya ini dengan yang sangat penting harus saya sampaikan, ucapan terima kasih dan penghargaan saya kepada kolega-kolega pimpinan dan anggota lembaga-lembaga negara. Yang kedua, para gubernur, para bupati, para walikota, sampai camat dan kepala desa yang saya tahu 5 tahun yang lalu dan tentunya ke depan telah dan akan bekerja sangat keras. Saya harus berempati pada Saudara, keadaannya sering sulit, tidak semudah yang dibayangkan, keadaan di daerah juga penuh dengan kendala, tetapi Saudara saya nilai telah menjalankan tugas dengan baik dan saya catat banyak sekali hasil dan capaian yang Saudara lakukan. Harapan saya, harapan rakyat Indonesia, 5 tahun mendatang lebih banyak lagi yang dapat Saudara lakukan,

Saya juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada dunia usaha, bukan hanya KADIN dan KADINDA, tapi semua unsur dunia usaha, yang dalam masa-masa sulit kemarin, ketika kita menghadapi krisis pangan tahun lalu krisis minyak 3 kali dalam 5 tahun dan krisis keuangan atau resesi perekonomian global dewasa ini, Saudara juga bekerja sangat keras bersama-sama dengan kami, pemerintah, termasuk pemerintah daerah untuk menjaga, agar perekonomian kita tidak runtuh. Semua telah dicatat oleh Yang Maha Kuasa, dan alhamdulillah meskipun perekonomian dunia buruk, sekarang memang sudah mulai ada tanda-tanda untuk pemulihan, tetapi ekonomi kita tidak collapse, sebagaimana yang terjadi 10, 11 tahun yang lalu. Semua yang Saudara lakukan menjadi bagian dari solusi.

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada lembaga-lembaga pendidikan, lembaga penelitian, lembaga kajian dan berbagai organisasi yang juga menjadi pilar penting dalam pembangunan bangsa yang juga tidak berhenti bekerja untuk membikin negeri kita ini lebih baik.

Saya juga berutang budi dan berterima kasih kepada para petani, para buruh, para guru, anggota TNI, POLRI dan semua cabang profesi di negeri ini di seluruh pelosok tanah air yang juga tanpa banyak mengeluh, tanpa gemar menyalahkan pihak lain, mereka juga bekerja dan bekerja. Untuk mereka semua, kita patut mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus.

Kita juga berterima kasih, saya pribadi berterima kasih kepada lembaga-lembaga swadaya masyarakat, NGO, LSM apapun, LSM lingkungan, corruption watch, pengentasan kemiskinan, hak azasi manusia, semua lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang juga terus mengontrol negaranya, mengontrol pemerintahnya, mendampingi pemerintahnya untuk menyelamatkan negeri ini dari hal-hal yang tidak benar, yang semuanya tentu juga untuk kepentingan rakyat kita.

Tidak kalah pentingnya, saya juga mengucapkan terima kasih kepada insan pers, media massa di seluruh Indonesia, pusat dan daerah. Mereka kadang-kadang kritis kepada mereka, mereka sering sinis kepada saya, kepada pemerintah, kepada gubernur, kepada menteri, tapi jasa mereka besar, agar negara kita ini terkelola dengan baik dan kemudian kehidupan demokrasi mekar dan suara rakyat sungguh didengar oleh siapa pun yang mengemban amanah dan tentu kepada seluruh rakyat Indonesia.

Sepuluh tahun bukan masa yang indah, karena kita mengalami krisis yang luar biasa, 1998-1999, goncangan demi goncangan terjadi, politik, keamanan, hukum dan sebagainya. Tetapi rakyat kita patut menjadi contoh, kita patut berguru, mereka tetap memiliki ketahanan yang tinggi, tidak pernah menyerah, dan mereka sesungguhnya menjadikan semangat kita, motivasi kita untuk berbuat lebih baik lagi.

Itulah ucapan terima kasih dan penghargaan saya yang sangat penting harus saya sampaikan kepada mereka semua, karena tanpa mereka tidak mungkin seindah apapun, sebaik apapun, kebijakan, strategi dan program kita, termasuk program para gubernur, bupati, dan walikota tanpa dukungan mereka, tanpa kontribusi mereka dan tanpa kebersamaan mereka semua.

Saudara-saudara,
Tanggal 20 Oktober yang lalu, sebagian besar Saudara juga hadir dalam acara Sidang Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia dengan agenda tunggal Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, saya dan Pak Boediono. Dalam pidato singkat saya, saya mengingatkan kepada kita semua, yang saya sebut dengan kunci sukses, agar pembangunan 5 tahun mendatang atau 10 tahun mendatang, atau masa yang lebih jauh ke depan itu betul-betul berhasil, ada 3 kunci sukses. Yang pertama adalah semangat pantang menyerah harus tetap kita miliki. Saya mengistilahkan, kita harus punya semangat bisa, semangat harus bisa, can do spirit. Kalau Tiongkok bisa, kita juga bisa, kalau India bisa, kita juga bisa. Kalau Malaysia, Singapura bisa, dikira kita tidak bisa, kita bisa.

Yang kedua, kunci suksesnya persatuan dan kebersamaan. Andaikata ada 100 SBY pun, 200, siapa yang saya beri contoh di sini? Pak Syamsul Arifin pun tanpa persatuan dan kebersamaan tidak mungkin berhasil. Istilah Pak Syamsul, ”Medan luar biasa, Sumatera Utara luar biasa,” istilah beliau. Tetapi kalau hanya gubernur saja, hanya wakil gubernur saja, bupati, walikota, sampai kapan pun Sumatera Utara tidak cepat berkembang dengan baik. Intinya kebersamaan dan persatuan.

Dan yang ketiga, saya ingatkan jati diri kita, ke-Indonesia-an kita. Jangan silau melihat bangsa lain. ”Wah kita ini payah, kita ini begini, begini saja.” Malah menjelek-jeleknya bangsa sendiri, ”Wah itu bangsa lain hebat, hebat, hebat.” Boleh memuji bangsa lain, tanpa harus menghina, menjelek-jelekan bangsa sendiri. Oleh karena itu, saya tidak suka kalau saya datang berkunjung ke luar negeri, ketemu dengan mahasiswa kita, tanya-jawab, dialog dengan saya, bicara seperempat jam, ulangi betul 15 menit, yang 14 menit itu menjelek-jelekan bangsa sendiri, itu ya saya tidak suka. Boleh kita belajar dari bangsa lain, boleh kita menimba pengalaman negara lain, keberhasilan dan kegagalannya tanpa harus merendahkan kita sendiri. Jadi saya harap forum ini untuk mengingatkan kita, punya way of life, kita punya nilai, kita punya budaya, kita punya sejarah yang panjang, kita dianggap dulu bangsa yang tidak akan berhasil, nyatanya masih tegak berdiri dan makin maju ke depan. Itu yang ingin saya ingatkan dari pidato saya kemarin pada saat pelantikan.

Tadi Ketua Panitia, Saudara Wisnu Wardhana menyampaikan tujuan atau hajat dari Temu Nasional ini, tidak perlu saya ulangi. Oleh karena itu, berbeda dengan sambutan atau direktif saya di waktu yang lalu, yang lebih rinci, lebih operasional, saya tidak memasuki wilayah itu. Nanti Wakil Presiden yang memimpin selama 2 hari ini, para Menteri Senior dan Menteri terkait akan menjelaskan apa saja yang menjadi agenda dari Temu Nasional. Dan insya Allah pada hari senin akan diserahkan kepada saya rekomendasi Temu Nasional ini, pikiran Saudara semua untuk memastikan program 100 hari kita, program 5 tahun kita itu lebih lengkap, lebih tepat, lebih sesuai dengan keadaan di daerah dan kemudian bisa mencapai hasil yang lebih baik.

Saudara-saudara,
Oleh karena itu, sambutan saya kali ini, saya beri judul, ini bukan judul lagi ini, "Siapa Bilang Indonesia Tidak Bisa”. Yah, ”Siapa Bilang Indonesia Tidak Bisa”. Mengapa? Kita ini sering dicemooh, kita suka diramal oleh banyak pihak hal-hal yang buruk, mungkin tetangga-tetangga kita, mungkin negara lain, mungkin organisasi di tingkat dunia, mungkin dalam tubuh kita sendiri, di negeri kita ini. Misalnya, ingat 10-11 tahun yang lalu, kita diramalkan bubar, collapse, terjadi balkanisasi, seperti di bekas negara Yugoslavia, pecah, menjadi negara-negara kecil, dianggap negara gagal, failed state, luar biasa. Tuhan Maha Besar, bangsa kita tidak seperti itu, mudah menyerah dan kita masih seperti ini.

Ada yang sinis, ketika mengatakan ingat, awal reformasi dulu, Indonesia ingin membangun demokrasi dan membangun sistem politik yang baik dicemooh, ”Ah, mana bisa”. Ketika kita bersepakat untuk memajukan hak-hak azasi manusia, lagi-lagi diejek mana mungkin. Alhamdulillah 5 tahun terakhir ini tidak terjadi kasus pelanggaran HAM berat, berarti kita bisa makin menghormati, makin meletakkan hak azasi manusia dalam tempatnya yang mulia di negeri ini.

Dulu ada gagasan, pemilihan presiden dan wakil presiden langsung, pemilihan gubernur dan wakil gubernur langsung, pemilihan bupati dan wakil bupati, walikota dan wakil walikota diejek lagi, mimpi kali. Sekarang tidak ada yang hadir di ruangan ini yang tidak dipilih secara langsung oleh rakyat.

Aceh setelah 32 tahun terus terjadi konflik berdarah, kita bertekad Aceh selesai secara bermartabat dengan catatan NKRI tetap tegak, Sang Merah Putih tetap berkibar dan dianggap, ”Ah itu hanya wacana.” Bisa.

Berantas korupsi. Tak mungkin Indonesia itu berantas korupsi, pokoknya lautan korupsilah, dianggap hanya teori. Sekarang makin efektif, memang belum selesai, masih panjang, tapi tidakkah makin efektif. Dan bagi saya yang paling penting mencegah korupsi, jangan menjebak seseorang kurang upaya untuk mencegah akhirnya korupsi terjadi, negara rugi, belum tentu yang sudah dikorupsi bisa kembali, kemudian proses hukumnya panjang. Maka pemberantasan korupsi ke depan harus lebih mengutamakan pencegahan korupsi.

Yang terakhir, mulai tahun lalu dunia terguncang, krisis terbesar sejak yang disebut dengan the great depression, lagi-lagi Indonesia diramalkan, kapok Indonesia, mesti hancur lagi. Dan ketika kita bersepakat tahun lalu. Masih ingat? Bulan Ramadhan tahun 2008, kita bekerja siang dan malam dengan bertujuan, mari kita kurangi dampak dari krisis perekonomian global. Kita lagi-lagi diejek, ”Ah itu hanya isapan jempol.”

Saudara-saudara,
Saya kira saatnya kita sungguh mempertahankan harga diri kita, kehormatan kita, jangan diam saja kalau kita diejek. Tetapi caranya tidak usah ngamuk, cabuk, ya mari kita buktikan bahwa Indonesia tidak seperti itu, dianggap serba tidak bisa, tidak mungkin, wacana, teori, mari kita buktikan. Saya punya keyakinan kita bisa. Bahkan yang sering mengejek, sekarang-sekarang ini juga repot. Oleh karena itu, hentikanlah pikiran-pikiran yang negatif, suka mengejek, suka mencerca, suka menyalahkan, marilah kita bangun jiwa, evolusi jiwa yang terang, berpikir positif, yang optimis dan sebagainya.

Saudara-saudara,
Saya ingin bercerita sedikit sebelum saya lanjutkan. Pada akhir September yang lalu, saya menghadiri pertemuan G-20, tempatnya di sini, di Pittsburgh. Saudara tahu bahwa G-20 ini dianggap forum yang paling representatif sekarang ini. G-7, G-8 tidak lagi dianggap bisa mewakili masyarakat global. Dewan Keamanan PBB pun sudah mulai dikritik, apa iya sungguh mewakili masyarakat dunia. Mengapa yang punya pemegang hak veto hanya 5 negara, Inggris, Amerika, Perancis, Rusia dan Tiongkok? Perang Dunia II ketika baru selesai barangkali cocok, sekarang tidak cocok. Oleh karena itu, G-20 menjadi sangat-sangat penting. Indonesia adalah salah satu anggota tetap G-20.

Ada salah pengertian beberapa teman ASEAN tentang keberadaan Indonesia di G-20, barangkali selama ini Indonesia dianggap gagal, kurang ini, kurang itu, kok tiba-tiba masuk G-20. Tapi saya katakan, rumah Indonesia tetap ASEAN. Tapi tidak elok kalau kita dilarang untuk hadir juga dalam G-20. Dan dalam statement saya di Pittsburgh bulan lalu, secara eksplisit saya menyampaikan agar setiap pertemuan puncak G-20, G-20 Summit, itu chairman dari ASEAN dihadirkan, tentu didampingi Sekjen ASEAN disamping Indonesia sebagai anggota tetap. Indonesia tidak mungkin egois, Indonesia juga tidak bermaksud ingin mewakili ASEAN, ada aturannya, ada Ketua ASEAN yang tiap tahun itu berganti-ganti.

Yang ingin saya sampaikan adalah di G-20 Summit kemarin, ada 2, banyak yang kita bicarakan, tapi 2 hal yang ini berkait terhadap pembangunan kita ke depan. Yang pertama, koreksi besar telah dilakukan, ekonomi dunia yang tidak seimbang, tidak balance, misalnya Tiongkok dan Asia Timur memproduksi barang besar-besaran dijual ke Amerika, begitu. Ekonomi Asia Timur lebih banyak export oriented economy, barangnya, produknya dijual ke Amerika. Ketika ekonomi Amerika runtuh, ada masalah, maka runtuh pula, terganggu pula, rusak pula arus perdagangan dunia, menimbulkan pertumbuhan negatif di banyak negara di dunia, karena ekonomi dunia saling berkait-mengait. Makanya konsep pertumbuhan ekonomi ke depan mesti ditata kembali, antara lain kalau ada istilah supply, demand, maka negara-negara dalam membangun pertumbuhan ekonominya tolong dilihat seberapa besar demand, permintaan pasar di seluruh dunia dan harus diutamakan.

Indonesia misalnya, kita selamat, karena ekspor kita tidak sangat tinggi. Justru ke depan kita harus membikin demand, permintaan di dalam negeri terus berkembang, daerah-daerah. Dengan demikian, kalau masing-masing negara yang diproduksi itu pertama-tama berorientasi pada keperluan di dalam negerinya, pasar domestiknya, maka tidak perlu terjadi situasi tahun-tahun terakhir sebelum krisis yang dahsyat tahun lalu. Ini juga menjadi koreksi. Belum keseimbangan dalam arti yang lain, minyak, pangan, aliran modal, investasi dan sebagainya. Pendek kata, harus ada pengurangan global imbalances. Ini oleh-oleh dari Pittsburgh.

Yang kedua, minggu lalu, saya hadir dalam pertemuan puncak ASEAN, itu pertemuan puncak ASEAN dan pertemuan puncak Asia Timur, disamping dihadiri 10 negara ASEAN, juga ada negara, ada 6 negara yang lain, Jepang, Korea, Tiongkok, Australia, Selandia Baru dan India. Apa yang dibahas kemarin? Kita sudah punya yang disebut ASEAN Charter, Piagam ASEAN. Piagam ASEAN menuju tahun 2015, ASEAN ini, 10 negara ASEAN ini harus membangun yang disebut dengan masyarakat ekonomi, masyarakat politik dan keamanan dan masyarakat sosial budaya. Hampir pasti terjadi interaksi, integrasi perekonomian, investasi dan perdagangan. Ingat 2015. Oleh karena itu, kalau kita tidak siap, kita tidak bangun negeri kita dulu, bisa-bisa tidak dapat apa-apa, tapi itu Piagam ASEAN yang telah disepakati, yang telah dibangun, dirintis, dikembangkan puluhan tahun lamanya sejak ASEAN berdiri.

Yang kedua adalah pertemuan Hua Hin kemarin juga dibahas yang disebut keterhubungan, connectivity, antara Indonesia dengan Malaysia, Indonesia dengan Filipina, Indonesia dengan Brunai, Indonesia dengan Singapura dan sebagainya. Connectivity yang dimaksud antara lain transportasi, saling keterhubungan antara negara ASEAN melalui transportasi laut, transportasi udara, transportasi darat, juga connectivity, keterhubungan dari segi information and communication technology. Bicara itu, kalau kita belum siap dulu connectivity di antara pulau-pulau kita, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi. Baik, kalau antara Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua semua, itu masih seperti sekarang ini, belum terhubung penuh, ya connectivity nanti hanya menguntungkan negara-negara tertentu. Saya tidak ingin seperti itu, mesti kita juga bangun connectivity di dalam negeri sendiri.

Kemudian dibahas di Hua Hin kemarin, yang disebut dengan new architecture, seperti apa sih masyarakat Asia nanti, Asia Timur nanti, peran Jepang, peran Tiongkok, peran India, peran ASEAN, peran Indonesia, yang kira-kira yang akan lebih interaktif, lebih terhubung satu sama lain. Lagi-lagi kalau kita belum siap, jangan berharap kita menjadi winner. Bisa-bisa kita menjadi loser, yang kalah, bukan yang menang.

Melengkapi cerita saya, di Hua Hin juga saya bertemu dengan 3 Gubernur, yaitu Gubernur Kalbar, Pak Cornalis, Gubernur Kaltim, Pak Awang Faroek, Gubernur Sulsel, Pak Syahrul Yasin Limpo. Beliau kita hadirkan dalam rangka pertemuan BIMP-EAGA. Saya ingin nanti pertemuan sub kawasan, misalkan IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle), pertemuan Sijori (Singapura, Johor, Riau), pertemuan BIMP-EAGA (Brunai, Indonesia, Malaysia, Philippines East Asia Growth Area), para gubernur secara berganti-ganti dihadirkan. Mengapa? Kerjasama itu konkret. Misalkan di antara Brunai, Malaysia, Filipina dengan provinsi-provinsi di bagian Timur, IMT-GT juga di sini. Kita ngobrol dengan beliau bertiga, saya dengarkan, beliau bertiga cerita pada saya tentang keadaan di daerah yang masih banyak kendalanya, listrik misalnya. Semua gayung bersambut cerita listrik, tumpang tindih atau tata ruang yang masih, masih mengganjal semua investasi. Undang-undang, peraturan yang katanya masih bertabrakan, kemudian infrastruktur yang memang belum lengkap benar, pemodal atau investor yang juga kadang-kadang enggak jadi, mau datang enggak jadi dan sebagainya. Saya dengarkan.

Saya ingin ceritakan semua itu, ceritakan semua itu. Semua sudah bicara tatanan ekonomi dunia, bicara Asia Timur Raya. Kalau di dalam negeri kita masih belum siap, kita tidak happy. Oleh karena itu sekali lagi, mari 5 tahun kita berbuat sebaik mungkin, sebanyak mungkin, sedikit mungkin untuk mengubah keadaan. Tentu belum selesai, dilanjutkan 5 tahun berikutnya, 5 tahun berikutnya lagi, sehingga kalau dunia tumbuh, Asia Timur tumbuh, Indonesia juga tumbuh. Tumbuhnya barangkali lebih baik, karena potensi Indonesia masih banyak yang belum digunakan secara penuh, kita masih punya opportunity, peluang. Kita masih punya hope, harapan, karena kalau yang lain sudah berkembang lebih dulu dibandingkan lebih dulu dibandingkan kita, kita justru belum. Jadi mestinya peluangnya lebih besar lagi.

Saudara-saudara,
Dari cerita itu, mari sejenak kita lihat potret negeri kita 5 tahun berselang. Saya tidak ingin menjelaskan satu per satu, semua merasakan. Kalau ada yang bilang, “Ah, Indonesia 5 tahun enggak ada yang dihasilkan.” Ya tidak jujur, mosok tidak ada yang dihasilkan oleh para gubernur, bupati, walikota. Mesti ada. Tapi kalau dikatakan semuanya serba baik, ya bohong. Masih banyak yang belum baik, masih banyak pekerjaan rumah. Oleh karena itu, fair-fair saja, objektif saja, politik dan demokrasi, politik makin stabil, bandingkan dulu 10, 9, 8, 7, 6 tahun yang lalu. Demokrasi makin mekar, tapi belum rampung, harus betul-betul lebih bagus lagi. Keamanan dan ketertiban di seluruh Indonesia tentu lebih baik, tapi mesti kita jaga setiap saat bisa terganggu lagi. Lantas hukum dan HAM makin kita tegakkan, tapi belum rampung, masih banyak masalah-masalah di bidang hukum. Lantas ekonomi, alhamdulillah tumbuh, fundamentalnya makin kuat, stabilitas makronya makin oke, tapi belum cukup, mesti kita tingkatkan lagi. Kesejahteraan rakyat, banyak sekali ambillah pendidikan dan kesehatan banyak yang kita lakukan, tapi masih banyak pula pekerjaan rumah kita. Kerjasama internasional, makin berperan kita.

Tadi malam saya dapat telepon dari Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown meminta Indonesia berperan betul dalam Konferensi Kopenhagen supaya tidak gagal. Siangnya Sekjen PBB melalui Menlu kita, Saudara Marty Natalegawa, menyampaikan harapan kepada Indonesia untuk disampaikan kepada saya, tolong Indonesia juga berperan di kawasan dan juga berperan dalam climate change. Kemarin saya ketemu teman-teman di Hua Hin, mereka juga ingin Indonesia terus masuk orbit, terus berperan, berperan yang lebih baik lagi.

Kerjasama internasional makin berkembang, tetapi masih harus terus kita lakukan, agar dalam era globalisasi kita tidak tertinggal, kita tidak dijadikan objek saja, tapi kita menjadi pelaku aktif, supaya kita juga dapat banyak dari globalisasi ini. Ya supply-nya Saudaranya sudah merasakan sendiri, bisa mengevaluasi sendiri, bisa menyimpulkan sendiri potret kita 5 tahun terakhir ini.

Saudara-saudara,
Kalau sudah tahu apa yang kita capai dan apa yang belum kita capai 5 tahun yang lalu, maka apa tugas kita? Misi kita adalah, nanti akan diuraikan dalam summit ini apa saja ekonomi A, B, C, D, E, F. Kesejahteraan rakyat apa saja, hukum dan keamanan juga apa saja. Tetapi kalau saya gampangnya begini saja, yang baik-baik ya kita lanjutkan, yang klop, yang cocok. Kebijakan Saudara para gubernur, bupati, walikota, yang rakyat senang, yang membawa kemajuan, enggak usah diubah-ubah, lanjutkan. Yang belum baik, yang ternyata keliru, yang ternyata, wah ini kok malah menimbulkan masalah baru, ya perbaiki, benahi, ubah, tidak dilarang mengubah, memperbaiki.

Nah yang ketiga, tidak cukup hanya yang satu dan dua, tapi tolong 5 tahun mendatang kondisi kita makin baik, mari kita bikin target atau sasaran yang lebih tinggi lagi. Harus begitu. Kalau sasarannya hanya biasa-biasa ya semua bisa, tapi kalau lebih tinggi, nah kita diuji oleh sejarah apakah kita bisa mencapainya.

Biasanya ada strategi, strateginya itu suka muluk-muluk itu, tapi kalau saya gampangnya begini sajalah stategi itu. Kita punya potensi, kita punya sumber daya, ada sumber daya alam, ada hasil pembangunan, ada sumber daya manusia, ada letak geografi Saudara, macam-macam di seluruh Indonesia, ada pertaniannya, ada pertambangannya, ada perdagangannya. Mari kita kerahkan, kita mobilisasikan dan kita satukan semuanya, agar betul-betul menjadi capital, menjadi modal untuk mencapai sasaran 5 tahun mendatang. Jangan ada yang dilewatkan, jangan ada yang ditinggalkan, jangan ada yang disia-siakan.

Nah yang kedua, ya kita punya pengalaman 5 tahun, terutama saya, para gubernur mesti ada yang lebih, ada yang kurang, para menteri ada yang sudah 5 tahun, ada yang baru, saudara-saudara yang lain juga begitu. Mari kita berpikir lebih baik lagi, lebih cerdas lagi. Dan mari kita berikhtiar, mari kita bekerja lebih keras lagi, lebih gigih lagi.

Ini penyakit, saya mengenali, I am identifyng, banyak capaian yang meleset, para gubernur juga merasakan. Karena ada kemacetan, bottlenecking, ijin pabalieut, tanah tumpang tindih, tata ruang tidak beres, Departemen Kehutanan tabrakan sama Lingkungan Hidup, tabrakan sama Energi Sumber Daya Mineral, tabrakan sama Pertanian dan lain-lain. Kemudian undang-undangnya ada yang enggak klop, banyak sekali, listrik kagak ada, mau ijin ke PLN sulit sekali dan sebagainya. Maka 5 tahun, kita harus melaksankaan debottlenecking. Ada bottleneck, sumbatan, supaya kita hilangkan sumbatan dan nanti akan ada alat saya yang memantau 24 jam, unit kerja Presiden, mana yang enggak kunjung bisa dipecahkan, undang-undangnyakah, peraturannyakah atau orangnya. Kalau undang-undangnya, kita tata, peraturannya kita perbaiki, kalau orangnya ya lebih baik minggir, karena enggak akan bergerak-bergerak, kasihan.

Ini saya kalau ke daerah, ”Pak, ini ada nikel, ada emas, ada ini, tapi enggak bisa diapa-apakan, Pak.” ”Kenapa?” ”Lah ini, Pak.” Nanti 6 bulan lagi saya ke situ, itu lagi yang disampaikan oleh para gubernur. Gubernurnya juga jengkel, gimana ini. Okelah kita share saja ya. Saya sudah bilang berkali-kali, kalau saya jalan ini, sebelah sini adalah para menteri pembangunan sektoral, di sebelah sini adalah para gubernur pembangunan regional. Enggak mungkin kalau satu pincang, mesti dua-duanya bersinergi, seia sekata.

Setelah debottlenecking, ya kita percepatlah. Saya itu tidak suka 6 bulan masalah itu enggak kemana-mana, enggak bergerak. Bayangkan berapa banyak ruginya. Kemudian sasarannya hanya sekedar... ya yang penting lebih baik, Pak. Kok lebih baik, ya harus jauh lebih baik. Enough is not good enough, enggak cukup, enggak cukup. Strateginya itu saja sebetulnya. Ingat saja itu mesti ketemu nanti.

Nah kalau semua kita jalankan Saudara-saudara, insya Allah saya yakin ya, kalau semua itu, kita jalankan maka pertumbuhan ekonomi kita akan meningkat. Pertumbuhan ekonomi mesti naiklah. Kemiskinan mesti turun lagi. Pengangguran mesti turun lagi. Pendidikan lebih baik lagi. Kesehatan lebih baik lagi. Pangan lebih baik lagi. Energi demikian juga. Korupsi makin kita cegah. Pembangunan daerah makin meningkat. Resepnya hanya itu.

Saudara-saudara,
Saya ingin memberi contoh caranya bagaimana. Sasaran 2014 antara lain pertumbuhan ekonomi 7% atau lebih or more. Yang kedua, pengangguran bisa kita turunkan sekarang 8,1%, kita mentargetkan, kita merencanakan, kita berikhtiar untuk bisa turun menjadi 5-6%. Kemiskinan, sekarang angkanya berapa 12 berapa? Berapa sekarang kemiskinan? 14, kita mentargetkan, bekerja keras untuk menuju ke 8% sampai 10 %.

Dari ini saja, ini tidak datang dari langit, antara lain ekonomi harus bergerak. Agar ekonomi bergerak perlu modal, perlu investasi. Darimana investasinya? Ya kita utamakan dalam negeri sendiri, bisa pemerintah melalui pembelanjaan pemerintah, belanja modal, government spending, government expenditure, tapi tidak banyak. Rp 1.000 triliun APBN kita, paling-paling 10-15% saja yang itu komponen belanja modal. Padahal untuk mencapai 7%, rata-rata selama 5 tahun kita perlu investasi Rp 2.100-an triliun. Darimana? Ya non pemerintah. Non pemerintah siapa? Ya swasta. Swasta mana? Swasta dalam negeri, tapi kira enggak cukup, baru kita ber-partner dengan sahabat-sahabat kita dari negara lain.

Tapi mari kita dorong dulu para investor dalam negeri. Kalau ini terjadi mencapai Rp 2.000-an triliun per tahun selama 5 tahun, maka ini akan tercapai dengan policy yang baik, pengangguran akan bisa dikurangi, demikian juga kemiskinan. Investasi ini bagaimana, apa sebegitu mudah Saudara menanamkan modalnya? Ini para pengusaha di sini semua, sahabat-sahabat kita dari Timur Tengah misalnya, apa begitu saja mau menanamkan modalnya. Sahabat-sahabat kita dari Tiongkok, darimana pun. Ya lihat Indonesia, apakah politiknya stabil, atau geger terus, gaduh terus, apakah keamanannya masih gonjang-ganjing, bolak-balik ada teror atau makin susut, makin susut, makin hilang. Infrastruktur, apa listrik masih begini terus. Pupuk masih menjadi masalah. Jalan, pelabuhan, bandara dan sebagainya. Kepastian hukum, apakah hukum menjadi panglima dan bukan politik. Kebijakan ekonomi, kebijakan pajaknya, kebijakan bea cukainya, insentifnya, yang lain-lain apakah cocok, peraturan daerah, apa justru malah menghambat atau welcome sepanjang untuk rakyat kami, begitu suara gubernur. Perijinan, apakah harus lewat adiknya, kakaknya, saudaranya malam hari rembukannya, atau terang-benderang. Ini semua menentukan apakah investasi 5 tahun mendatang betul-betul tumbuh dengan baik. Enggak usah teori-teorian, mereka akan investasi, manakala ini makin baik, investasi terjadi, dapet kita. Itu kalau saya ditanya caranya bagaimana tadi.

Baik, saya kembali lagi masalah cita-cita ASEAN dan ini. Ya judulnya tadikan pertumbuhan. Saya ingin tentunya dengan penataan yang baik 5 tahun ini, masing-masing provinsi tumbuh. Saudara yang menetapkan pertumbuhan berapa persen, Saudara sendiri yang tahu. Perdagangan dalam negeri makin hidup. Ada gagasan misalkan dulu Gubernur Riau, bicara sama saya, Malaysia juga punya gagasan mau menyambungkan Dumai dengan Malaka. Saya katakan nanti pada saatnya kita lakukan, setelah kita menyambung-nyambungkan dulu Sumatera dengan Jawa, kemudian angkutan laut makin banyak, pesawat terbang itu enggak bisa ngangkut komoditas logistik itu, terbatas sekali. Jadi masa depan Indonesia harus armada laut yang lebih banyak lagi, disamping jalan-jalan di sini, jalan kereta api, ataupun jalan darat biasa, pelabuhan dermaga.

Pendek kata, inter-state trade, perdagangan dalam negeri antar pulau 5 tahun mendatang harus kita tingkatkan. Belum cukup, mesti baru berapa nanti, 5 tahun berikutnya lagi, 5 tahun berikutnya lagi. Dengan demikian, sekali lagi, ekonomi kita, ekonomi domestik menjadi lebih kuat lagi, sebelum kita mengintergrasikan dengan dunia.

Nah yang ketiga connectivity tadi, transportasi. Singapur sudah siap, Malaysia sudah siap. Malaysia mungkin punya ide untuk downstream kelapa sawit di wilayahnya. Tidak keliru cara berpikir mereka, karena ingin ada connectivity di ASEAN. Yang keliru kalau kita tidak memikirkan connectivity di dalam negeri sendiri. Mari planning kita, BAPPENAS kita, BAPPEDA, dunia usaha, perguruan tinggi, civil society, mari bekerja untuk itu. Kita bikin lebih hidup, lebih tumbuh, lebih dinamis kita punya perekonomian domestik. (Jumlah penduduk) 230 juta, ini luasnya 8 juta km2. Ini potensi, ini peluang. Jadi kalau kita berkutat apa yang ada sekarang ini, tidak datang itu peluang.

Saudara-saudara,
Saya ingin mengingatkan, agak panjang saya bicara, tapi hampir selesai. Saudara pernah kenal yang disebut dengan triple track strategy, ini tetap berlaku. Mengapa? Saya tidak ingin Indonesia sekedar tumbuh. Kalau yang kita kejar hanya yang penting 7%, Pak, siapa tahu 8%, siapa tahu 9%, mungkin bisa dengan segala cara. Tapi apa artinya pertumbuhan itu, kalau menimbulkan kesenjangan yang lebih tinggi. Kalau yang tumbuh itu-itu saja, yang lain tidak tumbuh, yang menikmati itu-itu saja, rakyat yang lain gigit jari. Oleh karena itu, pilihan kita, strategi kita ya tumbuh perekonomian, tapi jangan sampai lapangan kerja tidak tercipta, jangan sampai kemiskinan tidak dapat kita turun kan secara lebih signifikan. Mari kita pegang Saudara-saudara, bahwa yang kita pilih, ya tumbuh, tapi juga yang nganggur-nganggur berkurang, dapat kerjaan, kemudian dengan dapat kerjaan, pendapatannya naik, kemiskinan berkurang.

Saya ingin menyampaikan rahasia, untuk mencapai ketiga sasaran tadi sekaligus, pertumbuhan, lapangan kerja, pengurangan kemiskinan. Yang pertama, pemberdayaan. Saudara-saudara, sekarang ada program pro rakyat, banyak sekali, nilainya juga tinggi, lebih dari Rp 70 triliun per tahun. Tapi ingat itu sifatnya sementara. Program prorakyat bantuan langsung semacam subsidi, itu hanya membantu mereka-mereka yang sangat memerlukan, yang benar-benar belum berdaya. Nantinya makin berdaya dia, maka tidak kita kasih ikannya lagi, kita kasih kailnya, bahkan kita kasih perahunya. Oleh karena itu, 5 tahun mendatang tolong disukseskan, di sini banyak sekali pimpinan bank yang berjasa. Kemarin misalkan BRI, Mandiri, BNI, Bukopin, Bank Syariah Mandiri, BTN yang mengalirkan Kredit Usaha Rakyat. Saya dengar bank-bank swasta juga siap untuk masuk ke scheme itu. Kita rencanakan, sekali lagi kita rencanakan tiap tahun itu ada Rp 20 triliun yang kita alirkan untuk Kredit Usaha Rakyat dengan government guarantee, sehingga disisihkan Rp 2 triliun dari APBN, sehingga 5 tahun akan ketemu Rp 100 triliun untuk membantu permodalan dengan scheme Kredit Usaha Rakyat, yaitu usaha mikro dan usaha kecil. Kalau usaha menengah ke atas, gunakan scheme yang biasa. Usaha mikro, usaha kecil. Kalau itu kita aliri dana, modal pinjaman itu, maka bisa dibayangkan rakyat kita akan bisa mencari apa namanya keberdayaannya sendiri, berusaha kecil-kecilan dapat pendapatan yang lebih baik dan akhirnya tidak nganggur, kemiskinan berkurang.

Nah ini memerlukan pasangan, yaitu kewirausahaan, entrepreneurship. Tadi malam saya dapat surat dari Pak Jacob Oetama dan Pak Ciputra. Ada beliau di sini? Tidak hadir saya kira. Beliau berdua menyarankan kepada saya, yang mesti digalakkan di Indonesia ini jiwa kewirausahaan, entrepreneurship. Saya setuju seratus persen. Mengapa? Meskipun kita alirkan Rp 100 triliun 5 tahun untuk usaha mikro dan usaha kecil, tapi kalau ini tidak tumbuh, orang tidak kreatif, untuk menciptakan lapangan pekerjaan, apakah dagang bakso, apakah bikin kerajinan tangan, apakah ngembangkan batik kecil-kecilan, apakah makanan olahan, dendeng lele dan sebagainya. Kalau tidak punya entrepreneurship, ini juga tidak akan bergerak terlalu jauh.

Saya mengkritik metodologi pendidikan kita. Ya kalau salah, salah kita semua. Saya ingatkan Menteri Pendidikan Nasional, Pak Nuh. Mana Pak Nuh? Ya. Coba sejak TK, SD, SMP, SMA, itu metodologinya jangan guru aktif, siswa pasif, sekedar mengejar nanti ujian, raport, kertas. Kalau itu yang dipilih sebagai metodologi belajar-mengajar, maka anak-anak kita selama 12 tahun bersekolah tidak berkembang itu jiwa inovasinya, kreativitasnya, kewirausahaannya. Tolong bikin seaktif mungkin, banyak studi kasus dengan cara-cara yang klop, sesuai dengan tingkatan kalau TK, SD sederhana sekali, SMP mulai ningkat, SMA mulai meningkat. Didorong mereka, maka yang akan terjadi adalah bukan job seekers semata-mata, pencari lapangan pekerjaan, tapi pencipta lapangan pekerjaan, job creators. Ini sepertinya gampang-gampang saja, tapi memerlukan reformasi di bidang pendidikan nasional, reformasi bagi metodologi. Para dosen, para guru diajak semua untuk mengubah metodologi yang lebih mengembangkan entrepreneurship, mengembangkan jiwa inovasi, mengembangkan kreativitas.

Indonesia dinilai masih sedikit, Amerika 15% dari penduduknya, Singapura 7% dari penduduknya, Indonesia kurang dari 1% yang dikategorikan sebagai entrepreneurs. Mari kita tingkatkan habis-habisan ke depan, supaya klop tadi dengan titik yang pertama.

Nah yang ketiga, 5 tahun mendatang, bahkan kita punya konsep 10 tahun mendatang akan kita bangun, ya boleh program, boleh campaign tentang inovasi teknologi secara nasional. Banyak ketertinggalan kita karena pengusaan teknologi sampai tingkat bawah, bagaimana pangan kita makin produktif dan dengan produktivitas yang tinggi, energi kita, transportasi kita, dunia kesehatan kita, apalagi, semua yang memerlukan inovasi teknologi. Ini akan kita dorong dengan program yang nyata. Dengan demikian, kalau ini terjadi, maka hampir pasti upaya besar kita untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian, menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi kemiskinan akan berjalan lebih efektif lagi.

Saudara-saudara,
Tidak ada jalan yang lunak untuk mencapai tujuan yang mulia, berkali-kali saya katakan, enggak ada. Kalau kita kerjanya ya begini-begini saja, hasilnya juga begitu-begitu saja. Oleh karena itu, tidak berkelebihan kalau saya ingatkan ada 5 kunci sukses, tidak perlu saya jelaskan, pasti sudah mengerti maksudnya. Stabilitas politik, kerukunan sosial jangan gaduh terus di antara komponen masyarakat. Manajemen, manajemen semua, bukan hanya Presiden, semua, sampai ke tingkat yang paling bawah, sampai tingkat camat pun masih diperlukan manajemen itu. Kepemimpinan sampai kepala desa masih diperlukan kepemimpinan. Kemitraan. Pemerintah tidak mungkin sendiri, dunia usaha juga tidak bisa jalan sendiri, demikian juga komponen yang lain, mesti bersinergi, mesti kita bangun sinkronisasi yang sebaik-baiknya.

Dan akhirnya menutup sambutan dan direktif saya ini, tidak berkelebihan kiranya kalau saya harus mengatakan tidak usah melihat ke belakang, mari kita melihat ke depan, karena saya yakin bahwa sekaranglah saat kita benar-benar besatu, bangkit dan maju. Ketika kita jatuh dalam krisis 10 tahun yang lalu, siapa yang menolong kita? Ya kita sendiri. Ada kerjasama negara lain, ada bantuan, tapi tidak bisa mengubah keadaan not much. Kita sendiri. Siapa yang bikin Indonesia maju? Ada ASEAN, ada APEC, ada G-20, tetapi tidak bisa membikin Indonesia maju, kecuali kita sendiri. Dan di tengah-tengah kita masih muncul kalau kita ikuti dan itu ndak apa-apa di demokrasi begitu, indah demokrasi kita, tapi jangan hiraukan mereka yang begitu pesimisnya, skeptisnya, mengejek, ah apalagi itu, apalagi, paling-paling gitu, senyum saja, hormati mereka, karena memiliki hak untuk bicara dalam demokrasi. Tetapi selebihnya bulatkan tekad kita untuk mencapai hasil yang lebih baik. Saya tidak mungkin mengemban tugas sendiri, demi masa depan kita 5 tahun mendatang nantinya, saya memohon bantuan, kerjasama, kemitraan kita untuk membangun negeri kita yang lebih baik lagi di masa mendatang.

Dengan pesan, harapan dan ajakan itu Saudara-saudara, maka dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah SWT dan dengan mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim", Temu Nasional Tahun 2009 dengan resmi saya nyatakan dibuka.

Sekian.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


*****



Biro Pers dan Media
Rumah Tangga Kepresidenan

[+/-] Selengkapnya...

Template by : Kendhin x-template.blogspot.com