Makassar, 23 Maret 2010
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu''alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Yang saya muliakan para alim ulama, para sesepuh dan para tokoh Nahdlatul Ulama,
Para Tamu Undangan dari Negara-negara sahabat,
Para muktamirin, hadirin dan hadirat sekalian yang berbahagia.
Marilah kita bersama-sama, sekali lagi, memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kepada kita masih diberikan nikmat kesempatan, nikmat kekuatan, dan insya Allah nikmat kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.
Shalawat dan salam, semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta para pengikut beliau dan insya Allah termasuk kita semua hingga akhir zaman.
Kita juga bersyukur, pada hari yang membahagiakan ini, kita dapat menghadiri Pembukaan Muktamar ke-32 Nahdlatul Ulama. Saya ingin pula menggunakan kesempatan yang baik ini, untuk menyampaikan ucapan selamat bermuktamar, kepada seluruh muktamirin yang datang dari seluruh tanah air. Saya berharap, muktamar kali ini dapat meneguhkan khittah Nahdlatul Ulama sebagai organisasi pendidikan, dakwah, dan sosial kemasyarakatan yang berhaluan ahlus sunnah wal jamaah. Semoga pula para muktamirin senantiasa berada di bawah lindungan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dalam menunaikan amanat jam’iyyah yang kita cintai ini.
Para muktamirin yang berbahagia,
Hadirin dan hadirat yang saya muliakan.
Tema yang diangkat pada Muktamar Nahdlatul Ulama kali ini adalah: “Khidmah Nahdliyah untuk Indonesia Bermartabat”. Tema ini tidak hanya mengajak kaum nahdliyin, tetapi juga segenap warga bangsa untuk meningkatkan semangat pengabdian dalam membangun bangsa dan negara yang kita cintai. Tema ini juga mendorong kita semua untuk terus berupaya mewujudkan Indonesia yang adil, sejahtera, dan bermartabat.
Sejak zaman kolonial, Nahdlatul Ulama telah menjadi pelopor dalam membangun peradaban yang berbasis pada nilai-nilai ke-Islaman, sekaligus ke-Indonesia-an. Aktivitas pendidikan, dakwah, dan sosial kemasyarakatan tetap berpijak pada nilai-nilai kearifan lokal sekaligus nilai-nilai ke-Indonesia-an yang mulia, serta nilai-nilai Islam universal yang luhur. NU senantiasa menjunjung tinggi keberagaman dan toleransi beragama. Inilah khittah dan perjuangan Nahdlatul Ulama yang tidak lekang oleh zaman.
Atas nama negara dan Pemerintah, saya juga ingin menggunakan kesempatan yang baik ini, untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Nahdatul Ulama atas peran, jasa, dan pengabdiannya kepada bangsa dan negara, sejak kelahirannya tahun 1926 sampai sekarang ini. Sebelum kemerdekaan, Keluarga Besar NU ikut aktif membangun wawasan kebangsaan, seraya membangun kehidupan bangsa yang relijius.
Pada masa kemerdekaan, Keluarga Besar Nahdatul Ulama ikut terlibat dalam membangun konsensus dasar kebangsaan dan kerangka bernegara, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, NKRI, dan prinsip-prinsip kemajemukan. Di masa-masa pasca kemerdekaan dan pembangunan nasional dewasa ini, NU terus aktif memberikan sumbangsihnya yang besar kepada masyarakat, bangsa dan negara.
Bahkan, Nahdlatul Ulama ikut dalam dinamika dan pasang surutnya kehidupan bangsa kita, termasuk berbagai krisis nasional yang terjadi sejak awal kemerdekaan, sambil ikut mencari solusi dan jalan keluar. Oleh karena itu, sekali lagi, terimalah ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus dari bangsa dan negara.
Hadirin-hadirat yang saya muliakan,
NU dikenal oleh bangsa Indonesia, bahkan oleh dunia sebagai organisasi yang memiliki prinsip dasar, nilai dan jati diri yang kokoh, yang mencerminkan pertama, organisasi sosial keumatan yang menganut jalan tengah dan lurus yang kita kenal dengan sikap moderat, yang menolak kekerasan dan ekstrimitas, yang menghormati kemerdekaan dan kemajemukan, yang menjalin ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathoniah, dan yang benar-benar menjadikan Islam sebagai rahmatan lilalamin.
Yang kedua, NU adalah organisasi yang membangun kemitraan dengan Pemerintah untuk menyukseskan program-program peningkatan kesejahteraan rakyat, seperti ekonomi kerakyatan, pendidikan, baik pesantren maupun pendidikan umum, kesehatan masyarakat, gerakan melawan kejahatan, seperti narkoba dan korupsi, pemeliharaan lingkungan dan lain-lain.
Saya berharap Saudara-saudara, agar dengan prinsip dasar, nilai dan jati diri yang baik ini, NU terus meningkatkan pengabdian dan perannya dalam membangun bangsa dewasa ini. Semua yang dilakukan oleh NU di waktu yang lalu masih tetap relevan dan masih tetap diperlukan, sekarang dan ke depan.
Pada kesempatan yang baik ini, saya juga ingin menghaturkan penghargaan yang tulus atas peran aktif NU beserta para alim-ulamanya yang tidak kenal lelah dalam mengembangkan syiar Islam. NU terus berperan aktif dalam mencerahkan dan mencerdaskan ummat. Sebagai guru sekaligus tauladan ummat, para tokoh Nahdlatul Ulama senantiasa mengajarkan kepada kita semua untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Sungguh ini merupakan ibadah dan pengabdian tak berkesudahan untuk masyarakat, bangsa, dan negara.
Sebagai Kepala Negara, saya sungguh ingin Warga Nahdliyyin dan Nahdliyat tetap tampil di depan menjadi pelopor dan memberikan teladan, sebagaimana yang dilakukan di waktu yang lalu. Agar kita menjadi bangsa yang pandai bersyukur, sabar, tegar dan terus berihktiar, dan tidak menjadi bangsa yang cepat putus asa, gemar mengeluh dan hanya pandai menyalahkan pihak lain. Menjadi bangsa yang mestinya ikut memecahkan masalah, dan bukan hanya menonton saudara-saudaranya yang tengah bekerja keras.
Hadirin dan hadirat yang saya hormati,
Sebagai organisasi Islam yang berpengaruh, kehadiran Nahdlatul Ulama di tanah air bukan saja telah memberikan warna bagi gerakan pencerahan dan pencerdasan umat, akan tetapi juga telah melampaui batas-batas perbedaan agama. Masyarakat diajak dan dibimbing ke dalam kehidupan yang lebih bermoral, lebih berakhlak, lebih berbudi, lebih maju dan lebih bermartabat. Dasar dari ajakan dan bimbingan itu bersumber dari ajaran Islam sendiri, yang diyakini bersama, sebagai tuntunan kehidupan yang luhur dan sebagai ajaran yang membawa rahmat bagi seru sekalian alam.
Sebagai rahmat bagi semesta alam, Islam membawa nilai-nilai universal yang menembus batas-batas negara, budaya dan peradaban. Ajaran Islam tetap relevan di semua tempat dan di segala zaman, termasuk pula di negeri kita di zaman kita hidup sekarang ini. Saat ini, umat Islam se dunia mengemban tugas sejarah yang berat sekaligus mulia, untuk terus membangun nilai-nilai universal ajaran Islam yang ramah, toleran, dan penuh kedamaian. Islam yang membawa solusi bagi berbagai krisis dan tantangan kehidupan, baik pada tingkat lokal, nasional maupun global.
Saat ini dan ke depan, sekali lagi saya berharap Nahdlatul Ulama dapat tetap istiqomah, menjaga komitmen dalam menebarkan syiar Islam yang penuh kedamaian, kearifan dan keteladanan, sehingga benar-benar membuktikan bahwa Islam adalah rahmat bagi semesta alam. NU memiliki budaya dan tradisi yang mulia, untuk tidak mudah tergoda dan larut dalam politik praktis. Politik NU adalah politik yang berada pada tatanan nilai-nilai luhur, mengedepankan kepentingan umat, dan menjunjung tinggi moralitas akhlakul karimah. Dalam perjalanan sejarahnya, NU dapat membuktikan bahwa Islam, demokrasi, dan modernitas dapat berjalan seiring dan sejalan, bahkan saling melengkapi.
Dalam rentang sejarah yang panjang, NU telah berhasil mendorong terciptanya budaya demokrasi yang menjunjung tinggi etika dan akhlakul karimah. NU, terlibat aktif dalam perjuangan mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sekaligus mengawalnya hingga saat ini. Sangat tepat kiranya, jika saat ini dan ke depan, NU dapat menjadi jembatan dan perekat berbagai komponen bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang aman, rukun dan bersatu, serta Indonesia yang baldatun thayibatun wa robbun ghafur.
Di sisi lain, diharapkan NU tetap dapat menjadi garda terdepan, dalam mengembangkan nilai-nilai ajaran Islam yang bersifat universal, dan jembatan ke arah kemajuan peradaban. Kemajuan peradaban yang akan membawa kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. Semuanya itu, menjadi tugas sejarah yang diemban oleh Nahdlatul Ulama sejak didirikannya hingga saat ini dan ke depan.
Hadirin dan hadirat yang saya hormati,
Sebagai organisasi Islam yang berpijak dan berwatak ahlus sunnah waljamaah, dengan sikap kemasyarakatan yang toleran, Nahdlatul Ulama dapat menjalin hubungan yang baik tidak hanya dengan segenap komponen bangsa, tetapi juga dengan kalangan umara atau pemerintah. Kalangan nahdliyin saat ini, tersebar luas di berbagai medan pengabdian.
Banyak kaum nahdliyin, yang aktif di bidang dakwah dan sosial kemasyarakatan. Banyak pula yang berkiprah di kalangan pemerintahan. Di jajaran legislatif, kaum nahdliyin tidak hanya berada dalam satu partai politik, tetapi tersebar hampir di seluruh partai politik di tanah air. Inilah warna kemajemukan dari kiprah Nahdlatul Ulama. Dengan itu pula, Nahdlatul ulama dapat terus meningkatkan khidmat dalam politik keumatan dan politik kebangsaan.
Di awal abad ke 21 ini, kita mengharapkan kembali hadirnya Kebangkitan Ulama atau Nahdlatul Ulama sebagaimana kebangkitannya di awal abad ke 20, hampir seratus tahun yang lalu. Kita berharap, NU dapat kembali ke khittah-nya yang mulia dan ke pundak para ulama, kita menggantungkan harapan agar rakyat dan bangsa kita menjadi rakyat dan bangsa yang bermartabat. Para ulama dapat menjadi penjuru dan pembimbing dalam membangun masyarakat Indonesia yang berkarakter, berakhlak mulia, berbudi luhur, dan berdaya saing.
Transformasi dan reformasi yang tengah berlangsung di negeri kita dewasa ini, tidak boleh membuat bangsa Indonesia kehilangan nilai-nilai luhur, jati diri dan kearifan peradabannya. Kebebasan dan keterbukaan yang makin mengemuka dewasa ini, tidak boleh meninggalkan kesantunan dan kepatuhan kepada pranata agama, hukum dan sosial. Demokrasi di samping memekarkan hak dan kebebasan, tetaplah dalam relung keteduhan dan ketenteraman.
Hadirin dan hadirat yang berbahagia,
Para Muktamirin yang saya muliakan.
Sebelum mengakhiri sambutan ini, saya mengajak segenap warga nahdliyin di seluruh tanah air untuk memperkuat fondasi, strategi, dan metodologi dakwah, agar kaum nahdliyin dan umat Islam tidak kehilangan jati dirinya di tengah-tengah arus zaman yang terus berubah. Ke hadapan para ulama, saya sungguh berharap untuk terus meningkatkan kualitas dakwah Islam, utamanya dengan memberikan perhatian besar pada visi ke-Islam-an, kebangsaan dan kesejahteraan.
Tegakkanlah amar ma’ruf nahi munkar. Bimbinglah umat dengan ajaran Islam yang bebas dari penyimpangan. Ajaklah mereka untuk memperbanyak do’a dan dzikir, agar kehidupan ummat senantiasa dalam bimbingan Allah SWT. Dan, di atas segalanya berikanlah ummat keteladanan para ulama sekalian.
Berkaitan dengan Muktamar ke-32 Nahdlatul Ulama yang insya Allah akan segera kita buka ini, saya sungguh berharap di bawah kepemimpinan dan kepengurusan mendatang, NU tetap berperan sebagai organisasi keagamaan yang mandiri dan independen. Ke depan, keluarga besar NU diharapkan tetap melakukan politik Adi Luhung, politik bermartabat di jalan Allah SWT, dan terbebas dari perilaku politik yang jauh dari etika dan tata krama.
Ke depan, selaku Kepala Negara, saya berharap NU tetap dan makin meningkatkan tiga peran penting, yaitu, yang pertama, menjaga harmoni antara ke-Islaman dan ke-Indonesia-an; kedua, menjaga kemitraan dengan pemerintah untuk terus meningkatkan kesejahteraan ummat; dan ketiga, mengambil bagian dalam menjembatani dan membangun dialog antar peradaban sejagad, termasuk antara peradaban Islam dan peradaban Barat.
Dan, kepada unsur pimpinan Nahdlatul Ulama tetaplah menebarkan keteduhan, kedamaian dan keteladanan. Pemerintah akan menghormati hasil Muktamar ini, yang diharapkan dapat benar-benar mencerminkan kehendak dan aspirasi Keluarga Besar Nahdlatul Ulama.
Akhirnya, dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah SWT, dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, Muktamar ke-32 Nahdlatul Ulama, saya nyatakan dengan resmi dibuka.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Silahkan Di Baca
Minggu, 28 Maret 2010
Pidato pembukaan Muktamar ke-32 NU oleh Presiden sby
Diposting oleh The President di 06.45 0 komentar
Label: Pidato
Langganan:
Postingan (Atom)