TRANSKRIPSI
SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PELUNCURAN PENERAPAN SISTEM NATIONAL SINGLE WINDOW (NSW)
DERMAGA UTARA PT JICT, PELABUHAN TANJUNG PRIOK
29 JANUARI 2010
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Yang saya hormati Saudara Wakil Presiden Republik Indonesia, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II,
Yang Mulia para Duta Besar Negara-negara Sahabat dan para Pimpinan Organisasi-organisasi Internasional, Saudara Gubernur DKI Jakarta, para Pimpinan Badan-badan Usaha Milik Negara, Lembaga Pemerintah Non Departemen dan para Pimpinan serta manajamen dari institusi kepelabuhanan, kepabeanan, baik yang ada di Tanjung Priok Jakarta, di Tanjung Perak, Surabaya, maupun di Pelabuhan Belawan, Medan,
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, saya mengajak Saudara semua untuk sekali lagi, memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan ridho-Nya, kita semua masih diberikan kesempatan, kekuatan, dan semoga kesehatan untuk bersama-sama meningkatkan pembangunan di negeri ini, utamanya pembangunan ekonomi dan lebih khusus dalam upaya membuat perekonomian kita lebih efisien, lebih produktif dan lebih kompetitif.
Hari Selasa yang lalu, saya meresmikan proyek-proyek infrastruktur seluruh Indonesia yang bertempat di Cirebon, Jawa Barat. Kemudian kemarin, saya meresmikan untuk yang pertama kali dimulainya penggunaan PLTU Labuan sebagai bagian dari program peningkatan listrik 10.000 MW, bersama-sama dengan PLTU yang ada di Labuhan Angin, tentunya penting untuk meningkatkan pasokan listrik yang sangat diperlukan oleh dunia industri. Dan alhamdulillah, hari ini saya bersama saudara hadir untuk meluncurkan penerapan Sistem National Single Window, yang tentu akan meningkatkan daya saing perekonomian kita, utamanya di bidang perdagangan.
Kesemuanya itu adalah salah satu bagian dan sekaligus kegiatan dari program 100 hari pemerintah. Program 100 hari itu adalah awal dan bukan akhir dari tugas pemerintahan ini selama 5 tahun mendatang. Dan tentu saja tidak semua kegiatan program 100 hari harus diluncurkan oleh Presiden, tetapi telah dijalankan dan manfaat nyatanya telah dirasakan oleh rakyat kita. Semua itu menjadi bagian utuh dari upaya kita untuk terus meningkatkan perekonomian nasional yang pada gilirannya akan terus bisa meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Saudara-saudara,
Tadi Menteri Keuangan, Menko Perekonomian ditambah dengan tayangan film tadi menjelaskan tentang apa itu National Single Window, tujuannya, sasarannya, sistemnya, konsepnya, termasuk segi-segi operasional dan teknis dari sistem ini. Oleh karena itu, saya tidak perlu mengulangi kembali tentang hal-hal itu, yang penting mari kita jalankan bersama, setelah saya resmikan hari ini.
Yang ingin saya sampaikan tentu pertama-tama atas nama negara dan pemerintah, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah menyusun, mempersiapkan, menguji coba dan akhirnya hari ini siap untuk diluncurkan satu sistem yang sangat penting, yaitu Sistem National Single Window.
Saudara-saudara,
Yang ingin saya sampaikan tiada lain adalah bagaimana kita meletakan sistem ini dalam konteks yang lebih besar, dalam perspektif yang lebih makro, baik nasional, regional, dalam arti kawasan dan kemudian global. Agar kita paham bahwa sistem ini menjadi mata rantai untuk kepentingan yang lebih besar lagi, kerjasama perekonomian regional dan global yang dengan kerjasama itu akan membawa manfaat langsung bagi perekonomian Indonesia dan setelah itu pada gilirannya akan membawa manfaat langsung pula untuk peningkatan kesejahteraan rakyat kita.
Saudara-saudara,
Kita semua tahu, bahwa sejak akhir tahun 2008 dan puncaknya tahun 2009 yang lalu, dunia mengalami krisis perekonomian, sebelumnya, sebagaimana yang saya sampaikan tadi pagi, ketika saya membuka Seminar Feed The World, saya juga mengatakan, bahkan akhir tahun 2007 dan 2008 dunia juga mengalami krisis pangan dan krisis harga minyak. Saya perlu sampaikan sebagai salah satu refleksi di awal tahun 2010 ini, karena kita sering lupa, apa yang baru saja terjadi di dunia ini, di negara kita padahal baru 3, 2, 1 tahun yang lalu.
Akibat krisis global yang cukup dalam, orang mempersamakan dengan the great depression yang terjadi di dunia sebelum perang dunia kedua dulu, maka kita bisa memetik pelajaran yang sangat berharga. Bukan hanya kita semua berupaya dengan sungguh-sungguh lintas negara dalam berbagai forum, terutama dalam 2 tahun terakhir ini, untuk bisa keluar dari krisis, tetapi kita sepakat akhirnya melalui pertemuan-pertemuan puncak pada tingkat global, yang Indonesia sendiri hadir dalam forum yang terhormat itu, seperti G-20 Summit, APEC Summit, G-8 Summit yang diperluas maupun pertemuan-pertemuan ASEAN, ASEAN Summit dan ASEAN+ Summit.
Tiga hal yang kita, dunia sepakat. Pertama, ke depan kita harus memiliki konsep yang sustainable dari pertumbuhan perekonomian global. Global growth ke depan itu harus tetap kuat, strong, harus inklusif, mengajak semua, bermanfaat bagi semua, harus balance pada tingkat global, dan tentunya harus sustainable, ramah lingkungan. Sehingga dengan konsep pertumbuhan yang baru ini diharapkan tidak lagi terjadi global imbalances, yang setiap saat bisa mengancam, mengintip perekonomian global sehingga kita bisa mengalami shocks atau krisis lagi. Secara nasional kita pun bisa mengaplikasikan konsep pertumbuhan seperti ini, inklusif, merata, makin kuat dan tentunya berkelanjutan. Itu adalah yang saya sebut dengan new order, new architecture dari global economy, yang kita bangun pasca krisis yang lalu.
Yang kedua, pilar yang kedua, adalah kita sepakat bahwa kerjasama ekonomi antar bangsa, global economy cooperation, baca sesungguhnya itu ekonomi internasional dalam teori dan textbook kita, utamanya diwujudkan dalam kerjasama di bidang trade and investment, perdagangan dan investasi. Kita ingin kerjasama ini berlangsung dengan baik, kaidah-kaidah WTO harus bisa diterapkan, fair trade, disamping free trade yang membawa manfaat bagi semua, tidak boleh hanya membawa manfaat bagi 1, 2 negara saja. Oleh karena itu, kita harus membangun berbagai sistem, architecture, mechanism di dalam trade and investment ini. Dengan demikian, benar-benar bisa mendatangkan manfaat yang riil. Apa yang kita lakukan hari ini membikin transaksi perdagangan kita makin efisien, salah satu bagian membuat kerjasama investasi dan perdagangan bukan hanya sesama negara ASEAN, tetapi secara regional, secara global bisa berjalan lebih baik lagi di masa depan. Itu pilar yang kedua.
Sedangkan pilar yang ketiga, adalah the global institutions itu harus betul-betul cocok dengan semangat dan tantangan jaman. Institusi yang lama, peninggalan Brighton Wood seperti WTO, IMF, dan World Bank harus betul-betul direformasi, agar dia bisa memberikan sumbangan dan kontribusi yang positif bagi perekonomian global.
Tiga pilar itulah yang sedang dilaksanakan oleh dunia sekarang ini. Indonesia tidak hanya menjadi penonton, Indonesia tidak pasif, tapi sebagai bagian dari komunitas yang lebih luas, termasuk anggota dari G-20, Indonesia menjadi pelaku aktif di dalam membangun new global economic order dan new global economic architecture yang mudah-mudahan bisa membawa kebaikan bagi masyarakat sedunia, termasuk negeri kita.
Saudara-saudara,
Kalau saya sempitkan lagi, sesuatu yang serba global, menjadi yang bersifat regional, kawasan, maka kita sudah terintegrasi, terikat, paling tidak dalam hubungan kerjasama dan kemitraan, pertama antar anggota ASEAN, ASEAN Economic Integration. Setelah itu, dalam konteks yang lebih besar sesungguhnya kita sudah memiliki kerjasama baru East-Asia Economic Cooperation, ASEAN 10, masuk semuanya ditambah dengan, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, dan Selandia Baru. Itu adalah yang berikutnya lagi.
Yang lebih luas dari itu tiada lain, APEC (Asia-Pacific Economic Communities) yang juga mengintroduksi berbagai kegiatan kerjasama di antara angota-anggotanya. Dan ini bukan muncul tahun ini saja, bukan muncul pada saat saya memimpin negeri ini, ini proses panjang. Sebagai contoh free trade and investment, itu sesungguhnya sudah dicanangkan pada tingkat APEC, Asia-Pasifik semenjak pertemuan APEC di Bogor, Indonesia pada tahun 1994, yang kita kenal dengan Bogor Goals. Proses berlanjut, pertemuan-pertemuan puncak ASEAN dan ASEAN dengan mitranya, ASEAN+ yang akhirnya menghasilkan berbagai kerjasama, termasuk free trade agreement, termasuk apa yang akan kita luncurkan hari ini, yaitu diintegrasikannya single window dari negara-negara ASEAN menjadi ASEAN sebetulnya single window.
Saudara-Saudara,
Saya ingin mengangkat masalah ini supaya kita paham betul sejarah, konteks dan prosesnya. Saudara-Saudara, ASEAN di bawah piagam baru, new charter of ASEAN telah menjadi asosiasi yang makin structured, yang rule based, tidak lagi asosiasi yang longgar. Meskipun kita mempertahangkan tradisi ASEAN way of doing business, yang ternyata dalam sejarah terbukti efektif, kita jaga kultur itu, nilai itu, style itu, dan kita tidak perlu mengadopsi penuh, seperti masyarakat ekonomi Eropa, European Union, karena ada perbedaan-perbedaan diantara Eropa dengan Asia Tenggara. Tetapi satu hal, kita telah menjadi yang saya sebut economic community. Deklarasi ASEAN Concord, atau Bali Concord itu dilaksanakan di Denpasar pada tahun 2003. ASEAN telah menjadi satu, political, security community, dua, economic community, tiga, socio-cultural community. Ada ikatan, ada kesepakatan, ada kewajiban kita dalam membangun tiga pilar community itu sebagai bagian dari ASEAN community, diantaranya free trade di antara ASEAN. Kemudian economic integration, agar lebih efisien sebagaimana yang akan kita luncurkan hari ini, yaitu National Single Window kita sebagai bagian dari single window pada tingkat ASEAN.
Saudara-Saudara,
Dengan big picture itu, dengan konteks yang lebih makro itu, tadi sudah dijelaskan oleh kedua beliau. Kita, lantas apa, National Single Window ini? Pada tingkat ASEAN, sebenarnya ini satu environment, satu lingkungan, satu praktek dalam kerjasama, ekspor impor yang menggunakan sistem ini, dengan eletronik dengan IT, agar ya lebih cepat, lebih praktis, lebih efisien dan sebagainya, itu. Tetapi secara lebih teknis, ya sudah kita ketahui tadi, harapan kita dengan digunakannya sistem ini seperti tayangan tadi. Siapa ya Pak Rachmat yang nanya ya, bukan ya? Yang tadi itu, ya itulah, kira-kira ya jawabannya National Single Window, kan begitu kesimpulan dari film tadi itu, bikin badan kita sehat dan kuat kalau kita gunakan National Single Window, kalau obat begitu.
Saudara-saudara,
Sistem ini bukan hanya penting dalam konteks ASEAN, Menteri Keuangan sudah menjelaskan, Menko Perekonomian juga, demikian tadi. Kita ingin ekonomi domestik kita pun, ekonomi antar pulau, ekonomi antar provinsi, ya intra trade mechanism di negeri kita ini, itu betul-betul bisa berjalan lebih efisien. Pelayanan publik lebih baik, muncul kepastian, certainty, tidak berubah-ubah. Kalau itu bisa kita terapkan betul, salah satunya National Single Window ini, maka apa yang kita cita-citakan bersama ekonomi yang makin efisien, makin produktif, itu akan bisa kita wujudkan, dan dengan demikian daya saing kita akan makin meningkat.
Saudara-Saudara,
Saya cukup sering mengingatkan pada kita semua, menghadapi globalisasi, menghadapi free trade, kita tidak perlu takut, tidak perlu gamang, benar globalisasi itu ada ancamannya, ada sesuatu yang kalau kita tidak waspada membawa yang ketidakbaikan di negeri kita, ya kita tangkal, kita cegah, kita lawan, kita hadapi. Tetapi globalisasi juga menyediakan opportunity, peluang, kalau kita cerdas, kita arif, kita cekatan, mengalirkannya, itu membawa kebaikan bagi kita. Yang penting dalam era kompetisi global sekarang ini, dalam era globalisasi sekarang ini, dalam era perdagangan dan investasi bebas sekarang ini, negeri kita harus memiliki daya saing yang makin kuat, daya saing, competitiveness.
Saya tidak ingin memberikan kuliah tentang daya saing, karena kita semua dari hari ke hari terus ingin meningkatkan daya saing kita. Ya singkatnya kalau, ada dua kata kunci dari daya saing itu ya efisien dan produktif. Dua itu sebetulnya pilarnya, efisien dan produktif itu kalau ngurus semuanya ini, proses, sebagaimana tadi skema yang ada di layar kita, adalah sesuatu yang lebih cepat, faster (cepat), cheaper (lebih murah), easier (lebih mudah). Kemudian di atas segalanya accountable. Dengan bantuan eletronik, bantuan IT, maka yang manual bisa tidak menjadi tumpuan dan kita bisa cegah kekeliruan-kekeliruan yang bisa terjadi dalam proses transaksi itu. Itulah yang menjadi tujuan dari semuanya itu.
Pertanyaannya sekarang adalah, sisi lain dari globalisasi dan kerjasama perekonomian global ini, bagaimana kalau kita merasa tidak siap dengan kerjasama ini, dengan free trade misalnya intra ASEAN, ASEAN dengan mitra-mitranya, meskipun Saudara harus tahu, negosiasi, keputusan, proses ini dan berjalan sangat lama. Free trade kita, tugas kita dalam arti ASEAN dengan Tiongkok, itu negosiasinya sudah rampung pada bulan Juni 2004, pemerintahan sebelum saya. Kemudian sudah dimulai sebetulnya pada tahun 2002, kesepakatan-kesepakatan yang mengarah ke situ dan kalau mundur lagi, telah mulai pula sejak ada deklarasi perdagangan dan investasi bebas. Ini proses sehingga kalau ada yang mengatakan tidak siap, mestinya perhitungan dulu siap. Tetapi kalau kenyataannya tidak siap, ada solusinya, ada jalan keluarnya, ada upaya kita yang bisa kita tempuh secara baik, karena kesepakatan bersama ASEAN dengan mitranya, ada jalan ke arah itu.
Dengan demikian, pemerintah tentu peduli pada masalah-masalah tertentu, elemen-elemen tertentu, yang nyata-nyata belum siap benar, kita lakukan pembicaraan-pembicaraan yang baik. Tidak baik kalau kita dianggap ingkar kesepakatan, atau begitu saja tidak memenuhi apa yang sudah disepakati apalagi melalui proses yang panjang. Jadi tidak perlu cemas, tidak perlu khawatir, ada solusi, ada jalan keluar, yang akan kita tempuh untuk mengatasi masalah-masalah itu. Tetapi tidak boleh selamanya kita merasa tidak siap, sementara yang lain siap, berarti ada sesuatu yang harus kita perbaiki, kembali daya saing, kembali efisiensi, kembali produktivitas dan hal-hal yang berkaitan dengan itu.
Yang kedua, bagaimana setelah free trade agreement, ini kita berlakukan, kerjasama di tingkat kawasan atau tingkat global, kita berlakukan nyata-nyata ada satu, dua cabang perekonomian kita yang mengalami masalah yang serius. Serious injury, begitu istilahnya. Itupun ada solusinya, itupun ada jalan keluarnya, kita bisa meminta untuk moratorium, untuk menghentikan untuk ini dan itu, dan itu dibenarkan dalam WTO sebagai satu safeguard measures. Ada solusinya, ada jalan keluarnya. Dengan demikian, saya minta tidak menafsirkan sendiri dan apalagi terlalu jauh, pemerintah mengetahui pemerintah menyadari, kalau ada masalah-masalah menjadi tanggung jawab pemerintah untuk mencarikan jalan keluarnya dengan baik, memproteksi elemen-elemen di negeri sendiri yang perlu diproteksi, selebihnya kita harus menangkap peluang juga dari kerjasama ini.
Berpikirnya itu, ya ada threat, ada opportunity, ada impor, ada ekspor, begitu. Kalau kita dibalas oleh negara-negara lain karena kita sepihak saja melakukan sesuatu akan terpukul berbagai cabang perekonomian di negeri kita, entah pertanian, entah industri, memukul juga lapangan pekerjaan, dan sebagainya. Kita harus cegah, semuanya kita harus cegah, yang penting kita melindungi kepentingan saudara-saudara kita yang perlu dilindungi, selebihnya mari kita cerdas untuk menangkap peluang dan mendapatkan sesuatu untuk kepentingan perekonomian kita.
Saudara-saudara,
Itulah yang ingin saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini, saya sengaja meletakan sistem ini, National Single Window dalam konteksnya yang lebih luas, untuk masa kini dan masa depan dan sekaligus kira-kira opportunity atau advantage ya, peluang atau keuntungan atau manfaat apa yang bisa kita ambil secara nasional dan tentunya yang akan dirasakan oleh rakyat kita. Kita berharap marilah terus kita tingkatkan kerjasama sesama ASEAN dan dengan mitra-mitra, agar pengalaman yang pahit dari krisis perekonomian global tahun 2008-2009 tidak terulang kembali, sehingga semua bangsa di dunia bisa membangun, termasuk bangsa Indonesia karena kita wajib meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Itulah Saudara-saudara, yang dapat saya sampaikan. Dan akhirnya dengan pesan, ajakan, dan harapan itu, maka dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah SWT dan dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Sistem National Single Window dengan resmi saya nyatakan dimulai penggunaannya.
Sekian.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Silahkan Di Baca
Selasa, 02 Februari 2010
Sambutan Peluncuran Penerapan Sistem National Single Window (NSW)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar