Silahkan Di Baca

Selasa, 02 Februari 2010

Sambutan Pembukaan Seminar dan Pameran Pangan Nasional Pasok Dunial


TRANSKRIPSI
SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PEMBUKAAN SEMINAR DAN
PAMERAN PANGAN NASIONAL PASOK DUNIA
J C C, 29 JANUARI 2010



Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II,
Yang Mulia para Duta Besar Negara-negara Sahabat dan Pimpinan Organisasi-organisasi International, Saudara Gubernur DKI Jakarta, Pimpinan KADIN dan para Pengurus KADIN, baik pusat maupun daerah, para Pimpinan Badan-badan Usaha Milik Negara dan Pimpinan Usaha Swasta,

Hadirin Peserta Seminar dan Pameran Pangan Nasional yang saya hormati,
Marilah sekali lagi, pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan ridho-Nya, kita semua masih diberi kesempatan dan kekuatan untuk ikut membangun negeri ini, utamanya pembangunan di bidang perekonomian, khususnya pembangunan ketahanan pangan, baik untuk kepentingan dalam negeri maupun dalam kontribusi kita bagi ketahanan pangan sedunia.

Sebelum saya melanjutkan sambutan saya ini, saya ingin memberi catatan dan komentar terhadap tayangan film KADIN tadi yang berjudul "Feed The World", yang menurut saya sangat penting untuk kita pahami, karena begitu fundamental, begitu mendasar. Apa itu? Biasanya kita melihat sesuatu itu dari kacamata yang, “Wah ini masalah, ini krisis, ini ancaman,” begitu. Kita jarang melihat sesuatu dari kacamata yang lain, bahwa ya di satu sisi ada masalah, ada kendala, ada threat, ada crisis. Tapi tidakkah kita juga menangkap ada opportunity, ada peluang, ada kebaikan yang bisa kita ambil dalam tentunya menunjang kepentingan bangsa dan negara kita.

Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia, segenap komponen bangsa, melihat sesuatu, lihatlah secara utuh, secara komprehensif dalam dimensinya yang luas. Benar, seperti globalisasi, itu ada ancaman-ancamannya yang harus kita tangkap, kita cegah, kita hadapi. Tetapi di sisi lain, there is an opportunity, ada peluang, apakah know-how, apakah technology, apakah information, apakah partnership itu sendiri dengan negara-negara sahabat dan pihak-pihak yang lain, yang nyata-nyata membawa keuntungan bagi rakyat dan negara kita.

Cara pandang seperti itulah yang saya anjurkan kita miliki. Mungkin ya, memang lama kita dulu dijajah oleh penjajah, sehingga mindset kita, sikap mental kita melihat segala sesuatunya dari kacamata, “Wah ini ancaman, ini bahaya, ini, itu dan itu, tidak keliru seperti itu,” karena memang dunia juga sering tidak adil, kadang-kadang memang ada ancaman riil terhadap nilai, perilaku kehidupan bangsa kita terhadap kepentingan kita. Tapi di sisi yang lain, kita harus cerdas menangkap peluang dan mengalirkan sumber-sumber kemakmuran itu ke negeri kita. Itulah yang saya tangkap tadi pesan tayangan film yang berjudul “Feed The World” yang juga mengangkat, there is an opportunity dari krisis yang ada.

Tadi Saudara Ketua Panitia, Saudara Fransiscus Welirang mengatakan ada sejumlah pertemuan saya dengan KADIN di Jakarta. Ingat sebetulnya sebelum pertemuan itu, Saudara saya ajak bertemu di Yogyakarta, di Istana Yogyakarta itu pada bulan April tahun 2008, dengan judul “Bagaimana mengubah from crisis to opportunity. Temanya dua, ketahanan pangan dan ketahanan energi. Lagi-lagi saya ingin mengajak kita semua melihat sesuatu itu kita lihat dua-duanya. Dengan demikian, kita tidak merugi, kita selalu mendapatkan opportunity untuk kepentingan perekonomian dan kesejahteraan rakyat kita.

Dengan pengantar itu, Saudara-saudara, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada KADIN atas prakarsa untuk menggelar. Saya ulangi lagi, terima kasih atas prakarsanya untuk menggelar Seminar dan Pameran Ketahanan Pangan dengan judul “Feed The World” atau “Pasok Dunia. Tolong dibaca, feed Indonesia dan feed the world.

Waktu saya menghadiri pertemuan puncak ASEM (Asia-Europe Meeting Summit) di Beijing pada bulan Oktober 2008. Sekembalinya saya dari Beijing ke Jakarta, saya membaca buku yang saya beli di Beijing, yang berjudul “Can China Feed Herself?”. Ingat penduduk Tiongkok besar, 1,3 miliar penduduk. Pertanyaan itu begitu relevan. Jawabannya untuk komoditas tertentu, semangat negara Tiongkok bisa memenuhi kebutuhan dalam negerinya.

Hal yang sama bisa kita tanyakan untuk Indonesia, diri kita. Dapatkan kita memberi kebutuhan pangan kita mencukupi kebutuhan pangan untuk 230 juta manusia? Jawabannya, sudah ada di hati dan pikiran KADIN dan ada di hati dan pikiran kita, insya Allah kita bisa. Dan not only kita bisa membangun kecukupan dan ketahanan pangan di dalam negeri, untuk beberapa komoditas tertentu, kita bisa memasok dunia sebagai tanggung jawab dan komitmen Indonesia menjadi bagian dari menjaga food security, ketahanan pangan pada tingkat global.

Saudara-saudara,
Saya juga berterima kasih kepada KADIN. Ini baik kalau di awal tahun 2010, saya mengajak untuk kita melakukan refleksi, sambil saya mengucapkan terima kasih, penghargaan kepada pihak-pihak tertentu dan kali ini gilirannya KADIN atas banyak hal. Tapi yang ingin saya sampaikan dalam konteks ini, antara lain, tadi KADIN mengingatkan sebuah memori kolektif kita, apa yang terjadi di dunia dan di negeri kita 3 tahun berturut-turut, 2007, 2008, dan 2009 yang baru saja kita tinggalkan. Itu sejarah, history. Bangsa yang cerdas tidak mudah melupakan apa yang terjadi, apalagi baru saja berlangsung, 2007, 2008, 2009. Dengan jelas digambarkan oleh KADIN tadi, akhir 2007 dan 2008, dunia sesungguhnya mengalami krisis pangan dan krisis harga minyak. Itu sangat dirasakan oleh negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 2008 - 2009, dunia mengalami krisis, krisis keuangan yang kemudian menjadi resesi perekonomian global. Yang kedua ini, yang merasakan bukan hanya negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, tapi bahkan negara-negara maju, ekonominya berjatuhan, dari positive growth menjadi negative growth, belum unemployment, pengangguran yang meledak di banyak negara, disertai gonjang-ganjing pada perbankan mereka dan lengkaplah sudah kisah krisis yang terjadi pada tingkat global, yang orang menyamakan dengan the great depression sebelum perang dunia kedua yang lalu.

Saudara-saudara,
Mengapa itu penting diingatkan? Kalau ada yang lupa di antara kita. Ingat waktu itu, kita semua sangat sibuk, pemerintah, KADIN dan pihak-pihak yang lain untuk mengatasi masalah di dalam negeri, jangan sampai melebar akhirnya seperti 10 tahun yang lalu, baik itu masalah pangan, masalah energi maupun masalah keuangan dan ekonomi secara keseluruhan. Disamping di dalam negeri kita menghabiskan kita siang dan malam, waktu itu, KADIN bersama-sama pemerintah. Saya masih ingat, tahun 2008-2009, saya menghadiri banyak sekali pertemuan puncak, mulai dari G-20, 3 kali hingga saat ini, APEC, G-8 yang diperluas, ASEAN +, East Asian Summit, semua bekerja keras dalam satu sinergi untuk mengatasi masalah itu pada tingkat global dan fokusnya tetap pangan, energi, serta keuangan dunia.

Saudara mengikuti semua negara sebagai respon terhadap krisis global di bidang keuangan, melaksanakan stimulus, termasuk negara kita. Hampir negara-negara yang terkena krisis melakukan sejumlah bailout atau penyelamatan terhadap perbankan dan dunia usaha tertentu. Semua juga menjaga growth, meskipun banyak yang berguguran. Semua mencegah terjadinya pengangguran yang meningkat luar biasa, unemployement, meskipun tidak semuanya berhasil, juga menjaga daya beli rakyatnya karena terjadi pengangguran yang luar biasa di banyak negara. Sebagian berhasil meminimalkan dampak itu, sebagian gagal.

Kalau krisis tahun 1998 dulu, Indonesia termasuk yang gagal. Dan untuk recovery-nya yang paling panjang, karena collapse betul perekonomian kita. Maka untuk krisis 2008-2009, Indonesia dinilai sebagai salah satu negara yang cukup kompeten untuk meminimalkan dampak krisis itu. Mungkin rakyat tidak begitu merasa kalau kita ada krisis, karena berbeda dengan 1998 yang lalu. Bisa saja seperti itu. Mengapa? Memang krisis yang terjadi, yang saya jelaskan tadi di negeri kita tidak separah, tidak seberat sebagaimana yang terjadi pada tahun 1998 yang lalu. Yang kedua, reformasi yang kita jalankan sejak itu mulai membuahkan hasil. Fundamental perekonomian kita makin kuat. Yang ketiga adalah kebersamaan, sinergi kita, pemerintah, dunia usaha, pemerintah daerah, ekonom dan sebagainya nyata. Dan kemudian kecepatan dan ketepatan kebijakan, dan tindakan yang kita lakukan secara bersama. Semua itu bagian dari mengapa alhamdulillah, kita bisa mengurangi dampak krisis itu. Oleh karena itu, atas nama negara dan pemerintah, ini kesempatan yang baik awal tahun 2010, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak, termasuk KADIN.

Masih berkaitan dengan memori kolektif. Khusus upaya kita mengatasi krisis pangan, tayangan yang bagus tadi, rencana aksi KADIN, hasil dari National Summit yang kita laksanakan pada akhir oktober tahun lalu, itu merupakan aliran, merupakan proses dari antisipasi dan respon kita terhadap krisis yang sedang terjadi waktu itu pada tingkat global, kemudian kita matangkan beberapa kali di Jakarta.

KADIN masih ingat, waktu itu, kita tiga kali bertemu secara formal untuk stabilisasi harga pangan di Istana Negara, 4 sampai 5 kali pertemuan informal, masing-masing minyak goreng ketemu sendiri kita, demikian juga komoditas yang lain. Ingat. Kemudian kita membentuk tim terpadu, bahkan sebelum kita menghadiri G-20 Summit yang pertama kali yang dilaksanakan di Washington DC, kita membentuk tim terpadu, pemerintah, dunia usaha, ekonom dan bahkan sebagian dari Saudara ikut mendampingi saya menghadiri G-20 Summit yang pertama, di tengah-tengah berbagai kecemasan dan kepanikan waktu itu. Itu semua adalah sejarah Saudara-saudara. Kalau dibuka kembali rekaman tahun-tahun itu, bulan-bulan itu, statement di antara banyak pihak ya, baik di televisi maupun di media cetak, itu bisa kita angkat semua, bahwa kita dihadapkan pada keadaan untuk segera melakukan langkah-langkah yang cepat dan tepat, agar negara kita tidak terjatuh dalam krisis.

Saudara-saudara,
Keberhasilan itulah, dalam arti kebersamaan pemerintah, KADIN dan ekonom, khusus berkaitan dengan ekonomi ini, ingin kita jadikan pelajaran, karena itulah yang absen dulu pada saat kita kena krisis 1998. Karena itu tidak datang dari langit, tapi kerja keras kita, mari kita lanjutkan kebersamaan ini dan dalam waktu dekat, saya akan membentuk Komite Ekonomi Nasional, yang akan mendampingi pemerintah. Sehingga bukan ketika krisis datang, kita baru sibuk, tetapi dalam keadaan normal pun, kita bisa menjalin kemitraan dan manakala ada persoalan baru, discontinuities shocks ataupun krisis, respon kita tepat. Itu yang ingin saya sampaikan dan insya Allah dalam waktu dekat akan kita bentuk dan kita sahkan Komite Ekonomi Nasional yang diantaranya adalah para pimpinan dan anggota KADIN.

Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Kembali kepada tema “Feed The World”, kita semua tahu bahwa dalam pikiran saya, salah satu isu kritis pada tingkat global adalah permasalahan dengan pangan, energi, dan air, yang saya sebut dengan FEW, Food, Energy and Water dan dikaitkan dengan climate change. Itu persoalan fundamental. Bisa jadi kalau dunia tidak arif dan cerdas, itu menjadi sumber konflik. Bisa jadi peperangan yang sama-sama kita cegah dan jauhi harus terjadi, karena perebutan atau benturan di dalam akses, baik pangan, energi maupun air. Oleh karena itu, marilah kita cegah konflik seperti itu dengan cara setiap bangsa ikut berkontribusi di dalam menjaga ketahanan pangan, energi, dan air sedunia.

Penduduk dunia sekarang 6,7 miliar. Konon mendekati 2050 bisa mencapai 9 miliar. Buminya tidak berubah, manusianya bertambah. Saya prihatin. Catatan saya pada tahun 2004, 2005, 2006, 2007, itu setiap malam ada 800 juta penduduk dunia yang tidak bisa tidur nyenyak, karena perutnya lapar. Mengapa lapar? Karena dalam keadaan kemiskinan yang ekstrim, absolute poverty. Saya mendengar katanya jumlahnya sekarang menjadi 900 juta. Ini adalah lampu kuning, bahkan lampu merah untuk kita semua, masyarakat dunia segera bersatu untuk mengatasi permasalahan pangan pada tingkat global ini. Saya dukung, tepat tema ini, “Feed The World”. Saya ingatkan baca, feed Indonesia and feed the world dalam satu pengertian yang utuh.

Saudara-saudara,
Lima tahun yang lalu, 2004-2009, kita telah melaksanakan revitalisasi pertanian, perkebunan dan perikanan, yang saya sebut dengan revitalisasi gelombang pertama, hasilnya, nyata, nyata. Harus jujur kita. Kalau yang berhasil, katakan berhasil, yang tidak berhasil, silakan katakan tidak berhasil, supaya pemerintah terbuka dan semua pihak untuk mengerjakan pekerjaan rumah-pekerjaan rumah itu. Tapi saya mengatakan juga belum cukup. Oleh karena itu, 5 tahun mendatang kita lanjutkan dengan revitalisasi pertanian, perkebunan dan perikanan gelombang kedua. Sasarannya sama dengan sasaran feed the world tadi, meningkatkan swasembada dan ketahanan yang berkelanjutan, sustainable, dan kemudian kita bisa ikut menjadi cadangan dan pemasok cadangan dalam bidang pangan. Dua-duannya penting.

Dan saya ingatkan kepada dunia usaha, dengan rasa hormat saya, jangan hanya berorientasi pada pasar global saja, tetapi pedulilah juga pada domestic market. Dengan demikian, pangan cukup di negeri ini, harganya terjangkau. Apa artinya kita bersemangat untuk memasok pangan pada tingkat global, tapi kita lalai menjaga kecukupan, distribusi dan price stability menimbulkan masalah. Oleh karena itu, dua-duanya penting dan saya ingatkan sejak dini, bahwa penglihatan saudara harus kembar, domestic as well as international.

Hadirin yang saya muliakan, khususnya jajaran KADIN dan juga pemerintah yang ada di sini dan pemangku kepentingan yang lain dari rencana yang sudah bagus, road map yang sudah bagus, tekad yang luar biasa tingginya, saya menitipkan ada sejumlah kunci keberhasilan, key to success. Kalau ini kita abaikan, kita tidak bisa mencapai hasil yang sungguh optimal, sebagaimana yang kita harapkan.

Pertama, kunci keberhasilan kita, apa yang kita lakukan 5 tahun mendatang tentu berlanjut, 5 tahun berikutnya lagi di bawah Presiden dan pemerintahan mendatang nanti dan seterusnya haruslah berangkat dari strategi dan kebijakan yang tepat dan benar. Sasarannya harus konkret. Pemerintah mesti merumuskan dibantu oleh dunia usaha. You are the players, you are the real actors. Oleh karena itu, bantu pemerintah untuk merumuskan kebijakan dan strategi yang tepat dan realistik. Tadi disebutkan 15 komoditas. Saya punya catatan tolong dikoreksi kalau salah, 15 komoditas yang dipilih itu ada 4 komoditas strategis sering saya ucapkan juga beras, jagung, gula atau tebu dan kedelai. Kemudian ada 6 komoditas unggulan untuk ekspor, yaitu kelapa sawit, teh, kopi, kakao, tuna dan udang yang ada di film tadi, enam. Ada 2 komoditas yang kita diperlukan untuk membikin sehatnya bangsa ini, menambah gizi, sapi dan ayam. Kemudian ada 3 buah terpopuler yang mesti kita galakan, yaitu mangga, pisang dan jeruk. 15 itu sangat penting, tapi saya titip terutama yang 5 yang menjadi PR besar kita, kita tingkatkan 5 tahun ini jaga swasembada dan surplus beras, jaga swsembada jagung, segera penuhi swasembada gula atau tebu, kurangi ketergantungan kita pada impor kedelai. Dan kelima, tingkatkan kecukupan supply sapi di dalam negeri. Tetap kembali kepada 5 komoditas strategis itu. Bisakah Saudara? Insya Allah bisa. Itu faktor yang pertama.

Faktor kedua, semua bisa kita capai kalau faktor produksinya oke, lahan oke, modal atau investasi atau segi-segi finansial oke. Pekerjaannya, workers-nya, ya petani, pekebun, peternak, nelayan, oke dan infrastructure. Infrastruktur ini jangan hanya menggantungkan kepada pemerintah, anggaran kami tidak cukup Saudara-saudara. Oleh karena itu, sebagian infrastructure harus kita bangun secara bersama dengan public private partnership yang sudah mulai kita galakkan. Itu kunci keberhasilan yang kedua.

Kunci keberhasilan yang ketiga, teknologi, inovasi, research and development. Saya tidak ingin kita berorientasi pada pembukaan lahan-lahan baru, jangan, nanti tidak seimbang tata ruang kita. Lebih bagus kita menjaga lahan yang ada, mendayagunakan lahan terlantar, sambil memperhatikan tata ruangnya, tapi kita tingkatkan productivity, produktivitas dari semua komoditas itu. Jalannya ya inovasi, ya penelitian, ya pengembangan, termasuk teknologi untuk lawan hama, disamping teknologi untuk meningkatkan produktivitas.

Di depan AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia) di Serpong beberapa saat yang lalu, saya menyampaikan kepada para peneliti, para ilmuwan, top scientist di Indonesia, Presiden ke-3, Bapak Habibie juga hadir waktu itu. Saya katakan Indonesia harus bisa menjadi major food producer, baik di kawasan Asia maupun di dunia. Dan salah satu road untuk menuju ke situ adalah innovation, research and development. Tolong disamping pemerintah, dunia usaha juga menggalakan penelitian, pengembangan dan inovasinya. Itu kuncinya nomor tiga.

Kunci nomor empat, kemitraan. Tidak mungkin berhasil kalau jalan sendiri-sendiri, menterinya jalan sendiri, gubernurnya jalan sendiri, KADIN-nya merdeka kesana, yang lain-lain tidak ikut, malahan ada yang mengganggu tidak sampai. Bareng-bareng, sinergis, berkolaborasi. Oleh karena itu, kemitraan, agar kita pelihara dan kita tingkatkan.

Yang kelima, kalau kita bicara pertanian, bicara lahan, selalu berkaitan dengan lingkungan, berkaitan dengan global warming, berkaitan dengan climate change. Oleh karena itu, mari kita pastikan, bahwa pertanian kita adalah pertanian yang sustainable dan ramah lingkungan. Caranya? Tata ruang harus kita bikin sebaik-baiknya, seluruh Indonesia. Dan yang kedua, semua dunia usaha menjalankan best practices, jangan lalai, jangan sembrono, jangan asal-asalan, jangan mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya. Dan saya minta hentikanlah kebiasaan bakar-membakar lahan mulai sekarang. Kita akan bantu masyarakat lokal untuk tidak mudah menggarap lahannya dengan cara membakar. Stop doing that from now on. Kita harus bisa, karena tidak ada cara lain untuk menjalankan pertanian dengan best practices tadi yang sekaligus ramah lingkungan. Itu yang kelima.

Yang keenam, adalah tolong ajak usaha kecil dan menengah, koperasi, usaha kecil menengah. Agar mereka berpartisipasi, berikan ruang, berikan ruang, dengan demikian sejak awal pembangunan kita inklusif, sejak awal kita mengajak, jangan hanya menggantungkan trickle down effect yang tidak pernah bisa berjalan mulus. Teorinya bisa, prakteknya susah. Oleh karena itu, libatkan communities, libatkan usaha kecil dan menengah, termasuk koperasi, please.

Yang ketujuh, ketika agrobisnis kita meningkat baik, prospek usaha di tempat ini, jangan lupa meningkatkan kesejahteraan petani. Scheme-nya banyak sekali, silakan dipilih mana yang paling baik, yang jelas saya ingin petani kita, pekebun kita, peternak kita, dan nelayan kita meningkat terus kesejahteraannya. Jangan pernah menjadikan mereka sebagai faktor produksi semata, bukan, mereka asset, mereka owner dari negara kita ini, dari perekonomian kita ini. Saya ingin melihat langsung nanti, apakah ada pertumbuhan di situ, mereka diajak atau tidak, ditingkatkan atau tidak tingkat kesejahteraannya.

Yang kedelapan atau yang terakhir kunci keberhasilan, yang insya Allah kalau ini bisa terjadi rakyat akan bersyukur, berterima kasih dan mendukung langkah kita. Pastikan bahwa pasokan pangan cukup dan juga harga tetap terjangkau dan stabil. Ada pesan saya, dalam menentukan “harga”, dalam tanda kutip tolonglah yang wajar, yang fair dan jangan lebih dari itu karena sangat membebani rakyat kecil. Bisa, insya Allah bisa, karena kita bisa melihat pantasnya berapa harga komoditas itu, terutama pangan, terutama bahan pokok yang sangat diperlukan oleh rakyat kita.

Saudara-saudara,
Dengan penjelasan 8 kunci sukses itu, dengan gambaran yang saya sampaikan tadi, termasuk refleksi yang kita lakukan, saya punya keyakinan bahwa insya Allah kita bisa mewujudkan feed the world yang dicanangkan, yang diprakarsai oleh KADIN dan yang disambut baik oleh pemerintah dan jajarannya. Tapi ada syaratnya. Syaratnya adalah kita semua bersatu, bekerja keras, dan pastikan tidak ada di negeri ini yang justru mengganggu atau menciptakan keadaan, sehingga kita tidak bisa bekerja dengan baik, pemerintah, kita semua, yang pekerjaan itu sangat menunjang kepentingan rakyat kita. Kita harus awas dan waspada terhadap apa yang dikatakan, apakah itu untuk kepentingan rakyat atau justru untuk menyusahkan rakyat, kita harus jelas di sini.

Tadi Pimpinan KADIN juga berbicara dengan saya, iklim investasi harus kita jaga, setuju 100%. Itulah pemerintah terus menyempurnakan, memperbaiki kebijakan-kebiajakanya, melengkapi infrastruktur, menegakkan hukum dengan benar, membangun birokrasi yang responsif, mencegah terjadinya kolusi, nepotisme dan korupsi. Saya hanya ingin meminta dukungan semua pihak, kita ciptakan stabiltas politik dan ketertiban keamanan di seluruh negeri ini, agar keseluruhan iklim investasi kita jaga. Kalau iklim investasi bagus, ekonomi tumbuh, pasti kesejahteraan rakyat dapat kita tingkatkan dan itu amanah kita semua yang kita pikirkan, yang kita laksanakan siang dan malam tiada lain untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang sama-sama kita cintai.

Hadirin sekalian,
Dengan pesan ajakan dan harapan itu, maka dengan terlebih dahulu atau dengan memohon ridho Allah SWT dan dengan mengucapkan Bismillahirahmanirahim, Seminar dan Pameran Pangan Nasional Pasok Dunia atau Feed The World dengan resmi saya nyatakan dibuka.

Sekian.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

0 komentar:

0 komentar:

Posting Komentar

Template by : Kendhin x-template.blogspot.com