Silahkan Di Baca

Senin, 12 Oktober 2009

Pengarahan Saat Mengunjungi Krban Gempa Sumbar

TRANSKRIPSI
PENGARAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
PADA ACARA
MENGUNJUNGI KORBAN GEMPA
DI KANTOR WALI KOTA PARIAMAN, SUMATERA BARAT
2 OKTOBER 2009



Bismillahirrahmanirrahim,
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.,

Yang saya cintai Saudara Gubernur Sumatera Barat, Saudara Bupati Padang Pariaman, dan Saudara Wali Kota, Kota Pariaman,
Bapak-bapak, Ibu-ibu, Hadirin sekalian yang saya cintai dan saya muliakan,

Meskipun kita masih dalam suasana berduka, namun janganlah kita pernah lupa untuk senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena kita masih mendapatkan perlindungannya dan sekaligus kita berdoa kepada Allah, semoga kita dituntun, semoga ke depan kehidupan kita lebih baik dan musibah yang terjadi ini menjadi satu penambah keimanan dan ketakwaan kita, sambil memohon kiranya di masa depan tidak lagi terjadi musibah-musibah yang berat seperti ini.

Hari ini saya datang bersama para menteri, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana sejak kemarin sebetulnya untuk melihat langsung di Sumatera Barat ini, melihat langsung penderitaan, korban jiwa, kerusakan yang terjadi akibat gempa bumi ini, seraya memastikan bahwa langkah-langkah pemerintah, baik pemerintah daerah maupun bantuan pemerintah pusat itu di dalam melaksanakan tanggap darurat telah berjalan sebagaimana mestinya.

Bapak-Ibu tahu bahwa saya ketika mendengar terjadinya musibah ini masih dalam penerbangan dari Amerika Serikat setelah mengemban tugas menghadiri pertemuan puncak G-20 dan ketika saya sampai di Nagoya, Jepang, saya segera berkomunikasi dengan wakil presiden, dengan para menteri terkait, dengan gubernur, apa yang terjadi dan yang penting langkah-langkah apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan. Saya tahu, cuacanya juga dalam keadaan hujan lebat setelah gempa bumi itu; memang tentu banyak tantangan untuk mengatasi keadaan pada jam-jam pertama setelah gempa bumi terjadi, tetapi saya senang dan saya mengucapkan terima kasih.

Pemerintah daerah beserta pemerintah pusat --waktu itu yang dikendalikan Wapres karena saya masih dalam penerbangan-- telah menjalankan tugasnya. Segera setelah saya sampai di Jakarta, mendarat di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, saya melakukan pengecekan kembali; Wapres melaporkan kepada saya, para menteri, dan segera saya terbang ke Padang. Sejak kemarin saya belum kembali ke kediaman karena saya tahu bahwa saya harus hadir cepat di daerah ini untuk memastikan semua langkah-langkah tanggap darurat dilakukan.

Kemarin, saya meninjau di Kota Padang, meninjau reruntuhan-reruntuhan, melihat apa yang dilakukan oleh petugas kita: TNI-Polri, semua untuk menyelamatkan saudara-saudara kita yang belum wafat; demikian juga di rumah sakit-rumah sakit dilakukan penanganan, perawatan yang luka-luka, termasuk operasi 24 jam untuk menyelamatkan jiwa dan sekarang pun masih terus dilakukan upaya-upaya itu, termasuk melengkapi bekal makanan dan kegiatan tambahan yang tadi dilaporkan oleh Pak Bupati, oleh Pak Wali Kota, Pak Gubernur kemarin, Kepala BNPB kemarin, semuanya itu adalah langkah-langkah tanggap darurat yang dilakukan sekarang ini, sebelum nanti dilakukan pembangunan kembali yang disebut dengan rehabilitasi dan rekonstruksi, membantu keluarga-keluarga yang rumahnya rusak, membangun kembali sekolah, mesjid, gedung-gedung pemerintah dan sebagainya, yang itu dilaksanakan setelah kegiatan-kegiatan tanggap darurat dilaksanakan.
Kegiatan tanggap darurat itu apa? Adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menyelamatkan jiwa sebanyak mungkin. Yang sudah wafat dikebumikan dengan baik, yang luka-luka diobati, yang belum ketemu dicari. Kalau wafat, dikebumikan; kalau belum wafat, ya diobati sebagaimana kita lakukan; semua kegiatan utamanya menyelamatkan jiwa yang masih bisa diselamatkan. Oleh karena itulah, menonjol kegiatan kesehatan: para dokter, para dokter bedah, para tenaga medis, semua itu, termasuk petugas TNI-Polri, Palang Merah, semua, Tagana, itu untuk menyelamatkan jiwa, mengevakuasi korban. Itu yang paling penting. Nah, di samping itu tentu keadaannya belum pulih, maka dibantukan, diberikan bantuan: beras, makanan, air, logistik yang lain agar dalam keadaan seperti itu, yang menjadi korban di pengungsian atau di rumah-rumah itu mendapatkan bantuan. Itu juga kegiatan tanggap darurat.

Lantas listrik padam; diusahakan 24 jam agar mulai pulih kembali. Pelan-pelan, secara bertahap bekerja keras PLN kita dan sudah mulai menyala listrik, sebagian dalam pengusahaan. Bahan bakar minyak; sebenarnya jumlahnya tidak kurang, tetapi karena khawatir tidak ada BBM, membelinya berlebih-lebihan sehingga banyak antrian. Saya sudah minta Pak Gubernur, minta Pak Wali Kota, tolong beritahu kepada masyarakat BBM-nya cukup sebenarnya, tidak perlu panik. Namun demikian, tetap kita tambah dan usaha itu kita lakukan. Itu juga contoh bagaimana tanggap darurat dilakukan.

Lantas yang lain; gedung-gedung yang dalam keadaan berbahaya jangan digunakan dulu. Mal-mal, toko-toko yang dikunjungi masyarakat, berbahaya; jangan digunakan dulu. Rumah-rumah, sekolah, siapa tahu dianggap sudah baik, datang anak kita; ada gempa susulan, tiba-tiba jatuh, ya jangan digunakan dulu. Itu juga termasuk kegiatan tanggap darurat; mencegah terjadinya korban jiwa. Karena gempa bumi di negara manapun, di Indonesia termasuk di Sumatera Barat, setelah ada gempa bumi, biasanya ada gempa-gempa susulan. Gempa susulan itu tidak sekuat gempa yang utama, tidak sekuat itu, tetapi ingat karena gempa utama itu sudah membikin retak, membikin roboh, yang tadinya hanya retak-retak, kena gempa berikutnya lagi, bisa roboh.

Itu juga kegiatan tanggap darurat. Segala hal yang harus dilakukan untuk menyelamatkan jiwa, untuk melakukan tindakan-tindakan darurat, itulah kegiatan tanggap darurat.

Pemerintah pusat telah menetapkan sekitar dua bulan untuk tanggap darurat yang oleh Pak Gubernur, oleh Pak Bupati, Pak Wali Kota dengan jajarannya itu dilakukan untuk kegiatan yang tadi itu. Pemerintah pusat telah menganggarkan 100 milyar dan saya sudah meminta para menteri agar mengalir segera hari ini dana itu, di samping logistik yang sudah mengalir, yang lain-lain digunakan segera untuk tanggap darurat agar tidak ada kekurangannya.

Membangun gedung, membangun mesjid, membangun kembali sekolah dan lain-lain nanti. Yang penting, utamakan penyelamatan jiwa dulu. Nanti itu tidak harus menunggu selesai dua bulan. Kalau minggu depan sudah clear, sudah mulai dibangun kembali. Nah itu biayanya ada sendiri, biaya untuk membantu keluarga yang rumahnya hancur ada, sesuai dengan aturan. Biaya untuk membantu tempat-tempat sekolah, bangunan-bangunan pemerintah dan sebagainya juga ada. Itulah yang dinamakan biaya untuk rehabilitasi dan rekonstruksi, pembangunan kembali. Semuanya sudah ada aturannya dalam undang-undang, dalam peraturan yang kita keluarkan; tinggal dijalankan dengan baik.

Nah oleh karena itu, dalam kedaan tanggap darurat ini, semua pemimpin harus turun, turun dalam arti menjalankan tugasnya. Jangan biasa-biasa saja. Harus turun. Memang kurang tidur, 24 jam bekerja, keliling terus, apalagi yang bisa dilakukan. Itulah pemimpin; supaya rakyatnya tenang, supaya rakyatnya tahu pemerintahnya bekerja, pemimpinnya bekerja. Dengan demikian, mereka tahu sedang dikerjakan tanggap darurat yang nanti dilanjutkan dengan pembangunan kembali. Tetapi masyarakat harus tahu, memang tidak seperti membalik telapak tangan. Di negara manapun juga mesti ada kekurangan di sana, kekurangan di sini, kekurangan di situ; itu wajar, segera dicarikan solusinya.

Oleh karena itu, ketika Pak Bupati tadi melapor kepada saya, Pak Wali Kota, “Pak, kerusakan ini. Yang wafat sekian, luka-luka sekian,“ saya mengerti, saya senang sudah didata; nah berikutnya lagi apa yang sudah dilaksanakan, itu. Jadi jangan sampai kurang cepat, kurang sigap dalam melaksanakan tanggap darurat karena menghitung-hitung terlalu banyak: berapa kurangnya, berapa milyar; itu nanti. Selamatkan dulu jiwa, laksanakan dulu tanggap darurat. Nanti dihitung, baru dialokasikan anggaran atau biaya untuk itu.

Saya ingatkan berkali-kali seperti ini karena, Saudara-saudara, Allah SWT itu menakdirkan bumi Indonesia memang rawan gempa sejak bumi tercipta. Tapi, karena bentuk geografi kita: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua seperti ini, memang sering gempa; saya catat di Sumatera Barat yang tadinya jarang, sejak tahun ’70-an sudah makin cepat: dua tahun, dua tahun, dua tahun gempa. Ya memang begitulah kodrat putaran bumi kita. Tetapi Allah SWT juga menganugerahkan sumber daya alam yang besar kepada bangsa Indonesia: minyak, gas, batu bara, dan lain-lain.

Oleh karena itulah, kita harus hidup bersyukur, tapi waspada, tawakal. Manakala ada musibah, kita harus tegar karena dikasih berkah juga oleh Yang Maha Kuasa. Begitu cara kita menyikapi hidup kita supaya sebagai manusia yang beriman dan bertakwa tenang, tidak menyalahkan Sang Pencipta, tidak melakukan hal-hal yang justru tidak baik sebagai umat beragama. Tetapi yang menjadi kewajiban kita karena tahu rawan gempa, rawan bencana, maka semuanya harus siap. Ini pengantar saya.

Setelah saya melihat sejak kemaren, tadi malam, hari ini, saya ingin memberi catatan-catatan kecil. Ini bukan hanya untuk Saudara Gubernur, Bupati, dan Wali Kota yang ada di Sumatera Barat ini, tapi juga bagi para pejabat pemerintah di seluruh Indonesia, rakyat di seluruh Indonesia terutama di daerah-daerah yang rawan gempa bumi, rawan tsunami, rawan letusan gunung berapi; berlaku bagi semuanya, bukan hanya berlaku bagi Sumatera Barat.

Bapak-Ibu, Saudara-saudara yang saya cintai,
Tadi saya lupa mengapa saya pakaian batik, biasanya saya pakai lengan pendek seperti kemarin karena kegiatan di lapangan. Nah mengapa sebagian pakai batik? Untuk diketahui, hari ini, tanggal 2 Oktober, kita canangkan sebagai Hari Batik. Mengapa? Batik Indonesia yang selama ini orang di, suka ribut, “Batik ini dari mana sih? Apakah dari Indonesia, dari Malaysia, dari Afrika, dari mana-mana?“ Kadang-kadang ada pertengkaran, perselisihan, perdebatan, ribut; alhamdulillah, pemerintah telah mengusulkan kepada dunia, dunia ini namanya ada badan UNESCO, badan PBB, setelah mempelajari usulan Indonesia, maka telah ditetapkan batik itu sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia.

Nah, kalau sudah ditetapkan sebagai warisan dunia, kita syukuri jelas; yang kedua, mari kita lestarikan, kita lestarikan. Paling tidak, nanti setelah ini karena ada, ada darurat, tidak apa-apa, semua belum pakai batik, tapi saya mengajak, setiap tanggal 2 Oktober, itu Hari Batik Nasional, kita pakai batik. Caranya begitu. Jangan sampe kita males-malesan melestarikan batik; tiba-tiba ada negara atau masyarakat yang mengaku, “Ini batik itu sebetulnya bukan dari Indonesia,” kita marah besar. Caranya agar kita tidak tersinggung: ya kalau sudah menjadi warisan dari Indonesia, kita lestarikan, kita hidupkan bersama-sama. Dengan begitu, menjadi senang; dunia juga tahu, batik yang indah ini, batik manapun bukan hanya batik Jawa, tapi batik Sumatera, batik Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali, semuanya itu menjadi warisan dunia. Saya masuk ke situ sekaligus karena bertanya-tanya, “Pak SBY biasanya pake lengan pendek, kok pake batik?”

Saudara-saudara,
Yang ingin saya sampaikan setelah saya lihat apa yang dilakukan di Sumatera Barat ini, di samping yang sudah baik-baik, sesuai dengan protap, sesuai dengan latihan Saudara, sesuai yang terjadi selama ini, maka ada beberapa yang perlu kita perbaiki dan ini berlaku sekali lagi bagi semua. Saya berkata ini bukan hanya melamun-lamun, mereka-reka, tapi berangkat dari pengalaman, pengalaman bagaimana kita menangani bencana mulai dari tsunami di Aceh dan di Nias, gempa bumi di Yogya dan di Klaten, dan bencana-bencana yang lain. Makin hari makin baik yang kita lakukan, makin hari makin sigap yang pemerintah lakukan: pemerintah pusat maupun pemerintah daerah termasuk masyarakat luas. Tapi setiap kali kita menemukan titik-titik yang harus kita perbaiki.

Oleh karena itu, saya tidak suka kalau ada pejabat pemerintah di manapun, mengerjakan apapun menganggap ringan situasi, yang disebut dengan business as usual, “Ah biasa kok. Dari dulu begini-begini saja.” Tidak! Selalu ada yang baru. Oleh karena itu, kita harus terus meningkatkan, meningkatkan, mencari, menyempurnakan, memperbaiki, dan seterusnya. Hanya dengan cara begitu, kita bisa melaksanakan tugas. Kalau kita menganggap ringan situasi dalam bidang apapun: pemerintahan, militer, bisnis, politik, pasti akan tidak berhasil. Saya sampaikan itu. Jadi, selalu ada pelajaran-pelajaran baru yang kita harus petik, Saudara-saudara.

Pelajaran pertama adalah kecepatan. Saya sejak kemarin mengecek, “Di mana PLN?” saya bilang “Di mana Pertamina?” saya tanyakan. Saya kalau melihat antrian panjang begitu: ada yang nggak bener. Bisa BBM-nya kurang atau kalau BBM-nya ada, mungkin mereka panik, ya diatasi, dijelaskan, ”BBM-nya cukup. Jangan panik! jangan berebut!” Begitu. Listriknya; katakan pada masyarakat, listrik ini karena gempa tiangnya listrik, gardunya rusak, lumpuh, tapi kita perbaiki, kita utamakan dulu yang rumah sakit, kita utamakan dulu gedung-gedung yang mengerjakan tanggap darurat, kita utamakan dulu jalan-jalan, berikutnya nanti sekian jam kemudian, berikutnya lagi satu hari, dua hari, tapi dijelaskan dan dikerjakan.

Dalam tanggap darurat, saya tidak ingin seperti kalau tidak darurat. Saya itu hitungannya jam; jangan hari. Kalau bisa satu jam, dua jam, jangan tunggu satu hari, dua hari. Oleh karena itu, saya tidak suka dalam keadaan begini pemimpin di belakang meja tidak turun, tidak mengatasi, dan mencari solusi. Siapapun; jangan hanya bupati, wali kota, gubernur, tapi petugas-petugas: yang ngurusi listrik, yang ngurusi bahan bakar, yang ngurusi telepon, yang ngurusi rumah sakit, yang ngurusi RRI, TVRI, dan sebagainya. Semua bekerja agar rakyat tenang, agar semua bisa dilaksanakan dengan cepat, termasuk tadi biaya sudah kita putuskan 100 milyar dari pusat. Kita cek; harus ngalir hari ini. Jangan ada birokrasi lagi.

Kecepatan itu penting. Ini darurat. Nanti kalau uang tidak segera turun, Pak Gubernur mikir dari mana uangnya, Pak Wali Kota mikir, Pak Bupati mikir. Begitu ada, gunakan untuk tanggap darurat, yang penting-penting dulu. Kecepatan penting. Yang penting uang itu betul-betul digunakan. Jangan ada yang menyimpang ke sana, menyimpang ke mari. Itu meneraka; dosanya besar. Tapi jangan curiga pada yang, pemerintah, pemerintah bekerja. Kalau pemerintah ada yang lalai, ada oknum, ya ganjarannya ada. Oleh karena itu, saya ingatkan, gunakan dengan sebaik-baiknya.

Berikutnya lagi, saya minta penjelasan kepada publik terus-menerus, ya. Kalau tidak dijelaskan kepada rakyat apa yang dilaksanakan oleh pemerintah, mungkin yang terjadi keresahan, kegelisahan, jangan-jangan, “Kok nggak ada ini bahan bakar? Kok nggak ada logistik berat? Jangan-jangan nggak ada.” Panik, fitnah. Allah akan murka. Musibah itu ujian; kok ditambah kita fitnah kiri-kanan.

Oleh karena itu, jelaskan oleh pemerintah kepada rakyat. Ada sarana. Kalau RRI masih ada, RRI. TVRI masih ada, TVRI. Media massa, koran-koran jelaskan, memberitakan yang benar, jangan berita-berita yang keliru, jangan berita-berita yang belum dicek kebenarannya, supaya gamblang semuanya. Wartawan, berikan penjelasan. Ada wartawan asing, berikan penjelasan. Pak Gubernur, Pak Bupati, Wali Kota paling tidak dua kali sehari jelaskan kepada pers: ini masalahnya, ini korbannya, ini yang kami lakukan, ini yang sudah mengalir, ini yang sedang kami usahakan supaya beritanya juga enak, ya.

Saya berikan koreksi. Bulan lalu ada gempa di Jawa Barat pada bulan Ramadhan. Saya datang ke Cianjur Selatan. Jalannya jelek sekali; 8 jam baru sampai. Gunungnya runtuh. Ada sekian belas orang di situ. Bukan itunya. Itu dilaksanakan, tetapi karena pada saat menyelamatkan yang wafat, di situ ada batu-batu sebesar truk, timbunan tanah seperti setengah kampung, ada petugas yang ketawa-ketawa, ada TNI, ada Polri, masyarakat; masuk CNN, dilihat oleh dunia, dunia bingung, “Ini Indonesia ini gimana ini? Katanya ada musibah? Katanya ada bencana? Katanya ada menggali jenazah? Kok pada ketawa-ketawa itu?” Itu bisa memberikan signal yang keliru.

Oleh karena itu, berikan kepada pers, “Ya, ini bukan berarti mereka tidak empati kepada yang wafat, tapi menghibur yang lain, dan sebagainya.” Yang penting ada penjelasan. Tetapi ingat, itu bisa menimbulkan signal yang keliru kepada dunia. Jadi, kalau tidak dijelaskan kepada pers, bisa keliru yang diberitakan. Oleh karena itu, ada koreksi saya juga di rumah sakit tadi. Ini sering terjadi di mana-mana, bukan hanya dalam gempa bumi tapi dalam urusan banyak hal ada koreksi; saya jelaskan nanti supaya tidak menimbulkan gambaran yang keliru. Di situ banyak pers asing; pers kita nanti angle-nya berbeda seperti tidak ada manajamen, padahal ditangani masalah-masalah itu. Ini masih koreksi umum dulu yang saya lihat.

Kepemimpinan sudah tadi. Yang namanya pemimpin: Pak Bupati, Pak Wali Kota, Pak Camat, Pak Kepala Desa harus kerja dulu. Kejadian dulu di Simeulue, di Nias ketika terjadi pertama kali tsunami, malah lebih cepat lari para pejabatnya ke gunung. Salah! Itu yang terakhir. Setelah rakyat diselamatkan, terakhir baru menyelamatkan dirinya sendiri. Saya sudah datang, ada yang belum turun. Jangan terjadi. Itulah pemimpin, itulah dipilih oleh rakyat. Harus siap mengambil resiko. Ini juga kepemimpinan. Ini terjadi di mana-mana. Jadi, bukan hanya, “Ada protap.” Saya ngerti. “Pak, sudah ada aturannya.” Ngerti saya. “Sudah pernah berlatih.“ Ngerti saya. Tetapi dalam keadaan begini, pemimpin yang memastikan prosedur tetap itu berjalan. Sudah dikasih tahu: kalau ada ini, jangan semua menggunakan mobil. Menggunakan mobil; macet akhirnya. Jadi, terus dilakukan latihan kepemimpinan, pengawasan, dan sebagainya. Ini berlaku untuk umum. Di tengah-tengah apa yang sudah Saudara lakukan: kecepatan, kesigapan, upaya yang sungguh-sungguh, tapi di sana-sini saya menemukan yang harus kita perbaiki bersama-sama.

Nah, dari semua itu yang saya lihat tadi, Pak Wali Kota, Pak Gubernur, Pak Bupati, bangunan yang runtuh, yang hancur itu sebagian besar bangunan bertingkat. Ada gedung-gedung pemerintah, ada pusat-pusat perbelanjaan, ada rumah sakit, ada gedung sekolah. Yang lebih dari dua tingkat, tiga tingkat, dan seterusnya, itu yang sebagian besar yang runtuh. Korban yang paling banyak, kalau yang di kota, di situ. Rumah-rumah yang satu tingkat sebagian besar selamat. Rumah-rumah penduduk sebagian besar utuh. Artinya apa? Pelajaran ini bagi Indonesia, bukan hanya bagi Sumbar, mulai dari Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa bagian tengah dan selatan, Bali, Lombok, Nusa Tenggara Timur, naik ke atas ke Sulawesi, ke arah Papua, daerah-daerah yang langganan gempa, apalagi sampe 7 SR, 8 SR, 9 SR yang bisa mengginikan bangunan-bangunan, maka harus kita keluarkan aturan yang tepat, peraturan pemerintah, peraturan daerah utamanya.

Sekretaris Kabinet, Sesneg ada di sini. Segera siapkan bersama-sama dengan Menteri PU, Menteri Perumahan Rakyat untuk mengeluarkan aturan, sertifikasi, persyaratan bagi bangunan-bangunan bertingkat di kota-kota, di daerah-daerah yang rawan gempa. Misalnya, orang mau mendirikan pusat perbelanjaan, mal. Mal itu tidak pernah sepi, betul; pagi, siang, sore, malem penuh, ratusan. Bayangkan kalau bangunannya tidak kuat, tidak diuji, tidak tahan gempa. Begitu gempanya seperti kemarin, rontok. Berapa korban jiwa: anak-anak kita, saudara kita jadi korban.

Oleh karena itu, harus betul-betul bisa dipertanggungjawabkan. Harus keras kita untuk penyelamatan jiwa. Nanti kita keluarkan persyaratannya seluruh Indonesia, dan tentu terutama bangunan-bangunan yang baru, yang akan dibangun, termasuk pengecekan bangunan-bangunan yang sudah ada. Jangan sampai anak kita bersekolah di sekolah lantai 3, lantai 2 yang kita tidak yakin apakah itu kokoh. Jangan sampai rakyat kita berbelanja di mal-mal bertingkat yang kita tidak yakin apakah mal itu kuat. Demikian juga kantor pemerintahan dan lain-lain. Kita harus makin keras; jangan ada kongkalikong. Diizinkan saja padahal bangunannya tidak kuat. Itu mengorbankan rakyat. Harus sampai di situ.

Pelajaran yang kedua, begitu terjadi seperti di Padang, dulu di Nias, pernah juga di Aceh sebelumnya, di Yogya, maka kalau timbunannya besar, tangannya TNI, Polri, Tagana dan lain-lain tidak mungkin. Diperlukan alat berat, diperlukan excavator, lifter yang bisa mengangkat tembok-tembok ukuran setengah truk untuk penyelamatan. Maka, peraturan daerah harus dikeluarkan. Kepada perusahaan-perusahaan yang memiliki alat-alat berat, apakah perkebunan, kontraktor, kerja-kerja seperti itu, begitu ada bencana, darurat, maka tidak harus bertele-tele, tidak harus diminta, dihimbau, ditelepon berkali-kali, segera mengeluarkan alat-alat beratnya itu, dan kemudian kalau ada pengeluaran, dihitung kemudian: bahan bakarnya, ongkos makan petugasnya itu belakangan, bahkan kalau perusahaan-perusahaan itu punya tanggung jawab sosial, tidak harus, bisa langsung digunakan.

Perda harus dikeluarkan, mengikat karena mungkin tidak digunakan itu, atau bisa ditunda dua hari kan bisa perkebunan perusahaan untuk mengangkat reruntuhan-reruntuhan itu. Itu penting sehingga tidak teriak-teriak Pak Bupati, Pak Wali Kota, ngejar sana, ngejar sini, ya. Dan seperti kemarin, saya telepon Gubernur Riau, saya telepon Gubernur Sumatera Utara; tetangga-tetangga harus membantu. Jadikanlah negara kita ini saling bantu antar kabupaten, antar kota, antar provinsi. Yang penting cepat datang dan bekerja.

Dan yang akan datang, latihan-latihan bencana, latihan gempa itu juga dilatihkanlah alat-alat berat itu. Jangan pro memori. Jangan dihitung kecepatannya berapa. Pemadam kebakaran berapa. Jadi, latihan itu jangan hanya rakyatnya; ada tsunami, tung-tung sirene, rakyatnya pergi. Tapi bagaimana alat-alat berat, truk, segala macem, pengaturan lalu lintas, dan sebagainya. Itu mendatang dan berlaku bagi seluruh Indonesia.

Nah yang terakhir adalah apa yang saya lihat tadi. Ada kertas kosong tidak? Yang besar. Saya beri contoh sekarang ya. Minta spidol sama kertas besar. Atau di sini aja. Oke, bisa dilihat sini. Kalau ini ada tempat misalnya rumah sakit, rumah sakitnya hancur, dibikin tenda-tenda di sini untuk operasi, untuk perawatan, begitu. Maka, pastikan petugas-petugas bisa kerja di tempat ini dengan baik, pasien-pasien dalam kesakitan juga mendapatkan suasana yang baik, pelayanan yang baik; AC mungkin tidak ada, barangkali fan atau kalau tidak jangan biarkan masyarakat lalu-lalang di sini dan tidak diatur. Bikin peraturan misalkan di sini dibikinlah semacam police line itu. Ada polisi yang jaga, ada satpam yang jaga; gerakan masyarakat diatur, apakah lewat sini, sebagian lewat sini, supaya ambulans keluar-masuk lancar. Ada keluarga mencaritahu, bisa diatur; pembedahan, operasi bisa dilaksanakan, pasien bisa tenang sehingga jangan diganggu dengan yang lain-lain. Ini namanya site management, pengaturan di tempat kejadian.

Yang kedua, misalkan ada gedung yang runtuh di sini. Diduga masih ada yang hidup, entah 10 orang, entah tiga orang, tapi reruntuhannya berat; diperlukanlah upaya mungkin dengan excavator, mungkin dengan tangan, mungkin dengan sekop, mungkin dengan itu TNI, Polri, Tagana, maka diatur pula di mana masyarakat jangan terlalu dekat, jangan pabalieut kalau bahasa Sundanya itu sehingga mengganggu pelaksanaan pencarian, penyelamatan saudara kita. Ada polisi yang jaga, ada pengatur yang jaga.

Saya berikan contoh: waktu ada operasi untuk pencarian teroris, kemarin terjadi di Temanggung, betul ya? Temanggung. Rumah yang diduga ada terorisnya, yang menewaskan ratusan orang selama 8 tahun ini, mengorbankan kerusakan material, kehancuran ekonomi, nama bangsa kita jelek; dilaksanakan operasi oleh polisi. Tentu dibatasi di mana pers, di mana rakyat. Jangan mengganggu; nanti malah kena ricochet dan sebagainya. Pengaturan ini untuk kebaikan; pengaturan ini agar para pekerja bisa menjalankan tugasnya dengan baik; pengaturan ini jangan sampai malah menggagalkan rencana itu. Ini harus diatur dengan baik. Dan karena banyak massa ingin melihat, ingin menonton; di Yogya dulu, Yogya masih ingat dulu? Begitu ada musibah Yogya, ada wisata bencana; datang dari Solo, dari Semarang, dari Pekalongan dengan mobil-mobil masuk Yogya; macet Yogya, mengganggu upaya tanggap darurat. Diatur lalu lintasnya.

Ini penting supaya sekali lagi, semua bisa dilaksanakan dengan baik, lebih banyak yang dikerjakan oleh petugas; masyarakat mau dateng ya ada caranya, pers juga demikian. Coba tadi; ada ruangan separuhnya ini, ada pasien yang baru dipotong kakinya, kesakitan, ada segala macem. Saya ke situ, grudukan semua masuk: persnya mungkin ada 50, ada yang lain-lain. Bukan tidak boleh meliput, tapi kan kasihan pasien. Bikinlah jarak tertentu; dari jauh pers bisa meliput. Yang lain-lain, petugas nggak usah masuk. Itu contoh. Nah, kalau ini kita lakukan, dan ini bukan saja Sumatera Barat; saya masih melihat di tempat-tempat lain: di Yogya dulu, di Jawa Barat kemarin, bukan hanya bencana yang saya katakan tadi seperti kegiatan-kegiatan yang lain.

Saudara-saudara,
Ini teknis ya, tidak apa-apa presiden sekali-sekali bicara teknis karena ini saya lihat langsung dan untuk kebaikan semua. Yang lainnya sudah bagus. Jadi, koreksi saya: yang tadi itu sudah bagus, ditambah jangan males, jangan ragu-ragu untuk mengeluarkan pengumuman. Di tiap tempat yang banyak kerumunan massa, itu harus ada megafon. Kalau nggak, ya suara biasa, teriak: “Saudara-saudara, Bapak-Ibu, tolong jangan melewati batas itu supaya tidak mengganggu! Ini sedang dilaksanakan pencarian. Siapa tahu masih ada yang hidup, yang tertimbun di gedung ini. Biarkan petugas menjalankan dengan baik!” Pasti beliau-beliau mengerti. “Bapak-Ibu, jangan masuk ke tempat ini! Ini sedang dilaksanakan operasi. Ada pasien yang kakinya terpotong, tangannya diamputasi. Supaya hidup, selamet, dan diperlukan ketenangan, diperlukan ini ambulans keluar-masuk. Jangan terlalu masuk di sini. Batasnya di situ.” Sampaikan baik-baik. Pasti mengerti. Tapi ambil penjelasan itu, pengumuman itu, jangan ragu-ragu, dan dengan firm. Semua bisa dilakukan. Setiap jiwa penting. Setiap orang kalau bisa diselamatkan, selamatkan kecuali Allah menentukan lain. Begitu.

Ini penting, dan oleh karena itu, ini berlaku, dan BNPB, Pak Syamsul Maarif, pengalaman-pengalaman ini bisa menambah nanti protap, disebarkan di provinsi-provinsi, pengalaman-pengalaman supaya makin ke depan makin baik negara kita mengelola bencana.

Saya kira itu, Saudara-saudara. Dan bagi Saudara-saudara yang kehilangan keluarga, saya mengucapkan belasungkawa. Tabah, tegar, tawakal; itu adalah kehendak Allah SWT. Mari kita doakan semoga arwah beliau diterima oleh Allah SWT, hidup tenang di sisi-Nya, dan semoga diampuni dosa-dosanya; yang ditinggalkan diberikan ketegaran, ketabahan, dan ketawakalan, dengan harapan semoga hari depan kita lebih baik.

Kemudian tentu yang wafat akan mendapatkan santunan; sudah diatur berapa dapatnya untuk membantu meringankan beban; bagi rumah-rumah yang hancur, juga sudah ada aturannya setelah tanggap darurat ini dilaksanakan. Saya secara pribadi, dan sekeluarga, dan pemerintah tentu berduka, tapi sadarilah tidak ada yang bisa mencegah gempa bumi, tidak ada yang bisa mencegah kehendak Allah seperti ini; yang penting kita lakukan segala sesuatunya untuk mengurangi korban yang ada. Sampaikan salam pada keluarga yang juga mengalami musibah; kami menyayangi semua mereka, dan mudah-mudahan sekali lagi Allah memberikan yang terbaik untuk kita dan masa depan kita.

Demikianlah, Saudara-saudara. Bantuan-bantuan yang sudah ada tolong disalurkan dengan baik. Pak Syamsul Maarif melaporkan kepada saya: logistik sudah ada. Salurkan dengan baik. Dengan demikian, bisa meringankan beban dan membantu semuanya.

Selamat bertugas, Saudara-saudara.
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

*****

Biro Pers dan Media
Rumah Tangga Kepresidenan RI

1 komentar:

AMISHA mengatakan...

Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

1 komentar:

AMISHA mengatakan...

Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

Posting Komentar

Template by : Kendhin x-template.blogspot.com