TRANSKRIPSI
PENGARAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
PADA ACARA
MENGUNJUNGI KORBAN GEMPA
DI KANTOR WALI KOTA PARIAMAN, SUMATERA BARAT
2 OKTOBER 2009
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalaamu’alaikum Wr. Wb,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Para Menteri yang saya hormati, Saudara Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Panglima TNI, Pak Kuntoro dalam kapasitasnya sebagai mantan Kepala Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh dan Nias, para Wakil Gubernur, para Wakil Bupati dan para Wakil Walikota yang saya cintai,
Marilah kita awali pertemuan kita sore hari ini, dengan senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kita masih diberikan bimbingan dan tuntunan untuk melanjutkan tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa dan negara tercinta, meskipun kita dalam suasana berduka dengan terjadinya musibah gempa bumi di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi. Dan saya berharap kita tetap tegar dan tawaqal, namun tetaplah kita tidak pernah berhenti bersyukur ke hadirat Allah SWT.
Saya mengundang Saudara, disamping para menteri dan pejabat terkait, juga para Pimpinan Daerah untuk hadir di kantor saya, untuk membahas langkah-langkah penanganan lanjutan bencana yang kita kenal nantinya, rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Mengapa yang saya minta datang para Wakil Gubernur, para Wakil Bupati dan Walikota? Karena saya tahu para Gubernur, para Bupati dan para Walikota tengah memimpin langkah-langkah tanggap darurat dan itu menjadi prioritas di dalam penanganan bencana.
Saudara tahu, bahwa ada tiga tahapan sebenarnya atau kalau dikelompokkan bisa saja dua pengelompokan besar dalam penanganan bencana. Pertama, adalah langkah-langkah tanggap darurat, segera setelah terjadinya bencana, apakah gempa bumi, apakah gempa bumi disertai tsunami, apakah letusan gunung berapi ataupun bencana yang lain. Dan kemudian setelah itu, manakala magnitude atau skala dari bencana itu besar, maka dilanjutkan dengan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Itulah sebabnya kalau saya berkunjung ke daerah, saya datang segera biasanya setelah bencana terjadi satu atau dua hari. Dan ketika saya meminta laporan kepada Gubernur, atau Bupati, atau Walikota di lapangan, di tempat bencana itu, saya tidak senang kalau Gubernur, atau Bupati dan Walikota itu dilaporkan adalah sekian ratus miliar biaya yang diperlukan, karena yang rusak ini, ini, ini, ini. Itu hari pertama atau hari kedua. Saya tidak senang.
Yang ingin saya ketahui adalah tahap langkah-langkah tanggap darurat apa yang sedang dilakukan. Setelah melaporkan keadaan secara singkat, kerusakan, korban jiwa yang masih dalam pencarian, yang hilang, maka segera setelah itu yang mesti dilaporkan kepada saya adalah kegiatan tanggap darurat apa yang sedang dilakukan, misalnya SAR, Search and Rescue Operation, mencari penduduk atau warga yang diduga, entah tertimbun atau dalam reruntuhan, atau kalau tsunami mungkin masih terapung-apung di lautan, atau kalau banjir barangkali kebawa ke hilir, dan sebagainya. To save the lifes, menyelamatkan nyawa dengan berbagai upaya, juga terhadap yang luka-luka, apa yang dilakukan segera untuk menyelamatkan, mungkin operasi, seperti kemarin saya lihat di Sumatera Barat diamputasi kakinya, untuk menyelamatkan jiwanya dan berbagai langkah-langkah medical untuk menyelamatkan jiwa seseorang, atau yang sakit juga diobati.
Kemudian yang kehilangan segalanya, diberikan makanan, minuman, pangan. Ini untuk menjamin survival, kelangsungan hidup dari mereka. Lepas itu mesti dilaporkan misalkan listriknya padam, apa yang sedang dilakukan oleh jajaran PLN misalnya untuk mengatasi listrik yang padam itu, mana prioritasnya, apa yang bisa dilakukan hari pertama, hari kedua dan seterusnya. Bahan bakar demikian juga, dan aspek-aspek lain yang memang mesti dilakukan dalam kegiatan tanggap darurat, apalagi hari-hari pertama.
Baru setelah itu, maka kerusakan-kerusakan jembatan, jalan, rumah, bangunan dihitung, dilakukan verifikasi, kemudian dalam perkembangannya nanti dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi pembangunan kembali. Di situ baru bicara angka, bicara biaya dan seterusnya. Begitu cara berpikir dan cara bertindak, yang harus kita lakukan manakala terjadi bencana, selamatkan dulu rakyat kita, masyarakat kita, baru kita bangun bangun-bangunan yang rusak.
Skala atau besaran dari bencana yang ada di Sumatera Barat dan Jambi, apa yang saya lihat kemarin utamanya di kota Padang, kota Pariaman maupun Kabupaten Padang Pariaman, itu memang lebih besar dibandingkan bencana sebelumnya yang terjadi di Jawa Barat, barangkali sedikit lebih kecil dibandingkan gempa bumi Jogya dan Solo atau paling tidak ya mungkin imbang-imbang begitu. Tentu jauh lebih kecil dibandingkan yang terjadi di Aceh dan Nias dulu. Namun prinsip-prinsip rehabilitasi dan rekonstruksi yang kita lakukan di Aceh dan Nias, meskipun dalam bentangan waktu yang lebih lama 4 tahun skala yang lebih besar, anggarannya yang lebih besar dan sebagainya, tetaplah bisa dipraktekkan dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan kita lakukan di Sumatera Barat dan di Jambi.
Oleh karena itu, saya meminta pada tahapan sekarang jangan terlalu banyak statement, keputusan-keputusan yang berkaitan dengan rehabilitasi dan rekonstruksi, apalagi kalau menyinggung, menyangkut anggaran yang besar. Kita tata dulu dengan cepat tentunya, dengan tepat, utamakan kegiatan tanggap darurat.
Saudara-saudara,
Dalam kaitan itulah, saya ingin sambil tanggap darurat berjalan terus, agar proses bisa kita lakukan lebih cepat. Tidak perlu harus menunggu terlalu lama, saudara-saudara kita barangkali yang berada di luar rumah dengan cuaca seperti ini hujan, angin bisa menambah masalah lagi, maka segera kita mulai langkah-langkah untuk rehabilitasi dan rekonstruksi. Meskipun kita alokasikan waktu sekitar dua bulan untuk tanggap darurat, tapi tidak harus setelah dua bulan baru kita menuju ke situ. Apa yang bisa mulai kita lakukan paling tidak perencanaan pengoperasian persiapan, tindakan awal itu bisa kita lakukan.
Dalam pikiran saya, kita bisa mengaplikasikan apa yang kita lakukan kemarin di Aceh dan Nias maupun dalam batas tertentu, dalam aspek tertentu yang kita lakukan di Jogya dan di Jawa Tengah. Alasan saya adalah sebagai berikut, bangunan-bangunan yang rusak total, seperti rumah sakit yang ada di Padang kemarin mesti dibangun baru, demikian juga bangunan-bangunan lain yang keadaannya sama. Kemudian biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, tentu kita akan mengalokasikan anggaran dan APBN, barangkali sebagian APBD, kitapun juga menerima bantuan dari negara-negara sahabat sebagai tindakan kemanusiaan yang lazim dilakukan di dunia, saling bantu di antara negara-negara yang bersahabat. Semua itu mesti dipertanggungjawabkan dengan baik, dengan akuntabilitas yang setinggi-tingginya, baik APBN, APBD kita maupun bantuan-bantuan dari negara-negara sahabat dan bantuan dari elemen masyarakat kita sendiri, di negeri sendiri. Itu semua mesti dipertanggungjawabkan tiap rupiahnya harus akuntabel.
Demikian juga pembangunan, sebagaimana yang saya sampaikan di Padang kemarin, saya ingin bangunan-bangunan baru nanti apalagi yang bertingkat mesti memiliki kelayakan, sertifikasi sebagai bangunan yang tahan gempa. Harus keras kita, harus bisa diuji kelayakannya katakanlah begitu, mendapatkan sertifikat untuk itu, dan aspek-aspek lain yang menurut saya harus benar-benar dilakukan oleh satu organisasi apapun nanti tentu penjurunya pemerintah daerah, dibantu dari elemen-elemen dari pusat agar rehabilitasi dan rekonstruksi itu berjalan dengan baik, cepat, tepat sasaran, dapat dipertanggungjawabkan dan kemudian bisa segera menghidupkan kembali, baik perekonomian maupun kehidupan yang lain di Sumatera Barat dan Jambi.
Oleh karena itu nanti setelah pengantar saya ini, saya ingin mendapatkan laporan dulu dari Kepala BNPB, apa yang sedang dilakukan, damage assessment yang telah dilakukan pula, kemudian hal-hal penting dalam tanggap darurat ini. Kemudian kalaupun sudah bisa melihat kira-kira elemen-elemen apa, pekerjaan-pekerjaan utama apa yang akan kita lakukan dalam kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Setelah itu saya berikan kesempatan secara singkat pula Wakil Gubernur Sumatera Barat dan Wakil Gubernur Jambi untuk melaporkan aspek di daerahnya masing-masing, sama dengan yang disampaikan oleh Kepala BNPB tadi dan kemudian nanti saya akan memberikan pengarahan untuk langkah ke depan terutama dalam konteks rehabilitasi dan rekonstruksi.
Saudara-saudara,
Saya menyimak pemberitaan, termasuk pemberitaan dari media asing. Saya ikuti running text, saya ikuti cuplikan-cuplikan pemberitaan di televisi itu, ada yang harus disinkronkan, ditata. Sebagai contoh, saya menerima laporan dari Gubernur Jambi kemarin tentang jumlah korban, baik yang meninggal, yang hilang, yang luka berat, yang luka sedang, maupun yang luka ringan. Demikian juga rekapitulasi sementara rumah yang rusak berat, rusak sedang dan rusak ringan. Demikian juga bangunan, apakah bangunan pemerintah, apakah sekolah, apakah masjid, dan aspek-aspek lain. Catatan saya yang meninggal dan hilang itu, jumlahnya 950 sekian jiwa, kemudian yang luka berat dan luka sedang serta ringan total itu sekitar 2.500. Tetapi di CNN dalam running text dikatakan yang tertimbun oleh, entah bangunan, entah tanah dan buried, tertimbun begitu, terkubur dikatakan 4.000. Saya minta dicek, saya minta para menteri terkait aktif, BNPB aktif darimana sumbernya. Kita tidak boleh menyiarkan berita yang tidak akurat, tidak boleh nanti membikin confused di antara kita sendiri maupun masyarakat dunia. Jadi saya minta dicek, kalau tidak jauh benar bedanya, yah 1.000 itu sudah total 400, kalau tidak salah yang meninggal 600 yang hilang atau sekitar itu, kok tiba-tiba yang tertimbun 4.000 yah cek ke CNN darimana source-nya, sumbernya, kemudian tata kembali.
Itulah saya meminta kepada Sumatera Barat yang saya kunjungi, sesering mungkin, seakurat mungkin, sekomunikatif mungkin dengan para wartawan, baik wartawan dalam negeri, maupun wartawan luar negeri. Saya dilapori satu hari dua kali, press conference bagus. Tetapi ketika yang diberitakan di televisi, apalagi televisi asing dilihat oleh manusia sejagad itu sangat berbeda, segera dilakukan koreksi, pembetulan, yang betul bagaimana. Yang saya pegang adalah laporan resmi dari BNPB dari sumber-sumber resmi.
Saya juga berharap pada wartawan kita, yang dalam negeri utamanya, luar negeri juga, juga merujuk sumber-sumber yang resmi, yang sah. Kalau dari sumber yang sah punya informasi yang sahih, ada yang belum dicatat dilokasi ini, jumlahnya sekian, berikan informasi itu kepada BNPB, kepada BNP Badan Daerah, Badan Daerah Penanggulangan Bencana. Ini kecil satu orang jiwa pun, satu orang nyawa pun harus akurat. Jangan bermain-main dengan angka, apakah korban jiwa, ataupun korban benda. Harus akurat. Kalau belum ya terus dibikin, dilengkapi sehingga lebih akurat lagi.
Saya telah menerima telepon dari berbagai Kepala Negara, Kepala Pemerintahan yang memberikan ucapan belasungkawa, kesetiakawanan, solidaritas, mengatakan itu tugas kemanusiaan. Sebagaimana di Aceh dan di Yogya dulu datang kontingen mereka, entah recovery team, medical team, bantuan inkind, bantuan dana tunai dan sebagainya, yang nantinya semua harus tertib dan tidak ada satu dolar pun yang menyimpang ataupun yang tidak diarahkan sesuai dengan niat negara-negara sahabat membantu.
Tadi malam saya berkomunikasi dengan Raja Saudi Arabia, King Abdullah bin Abdul Azis, karena saya mendapat laporan, Saudi Arabia memberikan bantuan tunai 50 juta U$ dollar --itu hampir setengah triliun rupiah. Belum yang inkind, katanya, akan diberikan untuk itu. Saya tentu mengucapkan terima kasih kepada beliau yang telah meringankan beban saudara-saudaranya di Indonesia. Saya juga berkomunikasi --menerima telepon, misalkan dari Perdana Menteri Malaysia, dari Perdana Menteri Singapura, dari Kanselir Jerman, dari Presiden Amerika Serikat, dari Perdana Menteri Australia, dari Presiden Meksiko. Itu yang lewat saya langsung. Saya kira banyak apa namanya mengirimkan kawat dan surat-surat cepat. Betapa dunia juga ingin menunjukkan kesetiakawanannya. Oleh karena itu, manajemen, pengaturan semua bantuan itu harus dipas, harus tepat, akuntabel, sebagaimana yang kita contohkan dulu, waktu kita melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh dan di Nias.
Itulah pengantar saya. Dan setelah ini, saya berikan kesempatan pertama-tama, kepada Kepala BNPB dan nanti dilanjutkan oleh para Wakil Gubernur. Demikian. Saya persilahkan Saudara Syamsul Ma’rif, Kepala BNPB untuk menyampaikan laporan perkembangannya.
*****
Biro Pers dan Media
Rumah Tangga Kepresidenan
Silahkan Di Baca
Senin, 12 Oktober 2009
Pengarahan Presiden pada Rapat Terbatas Mengenai Penanganan Gempa di Sumbar dan Jambi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar