Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kapasitasnya sebagai kepala negara maupun kepala pemerintahan, memandang perlu untuk mengambil langkah-langkah dalam menjamin efektifitas dari KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) setelah tiga pimpinannya ditetapkan sebagai tersangka dan non aktif. Presiden SBY juga ingin menjaga agar momentum pemberantasan korupsi itu tidak berhenti. Demikian dijelaskan Menko Polhukkam Widodo A.S dalam keterangan persnya usai mengantarkan keberangkatan rombongan Presiden SBY ke Amerika Serikat di Halim Perdana Kusuma, Rabu (23/9) pagi.
"Perlu ada upaya untuk mengisi kekosongan dari 3 pimpinan KPK yang menurut undang-undang bersifat non aktif. Dengan status non aktif ini berarti secara hukum pun ketiga pimpinan KPK tersebut belum diberhentikan secara definitif. Oleh karena itu pengisian kekosongan kepemimpinan itu juga dilakukan melalui penetapan pelaksana tugas. Dalam konteks ini, mengingat tidak ada ruang hukum yang memberikan landasan kepada penetapan pelaksana tugas ini, maka dengan kewenangan yang diberikan oleh konstitusi, Presiden mengeluarkan Perpu tentang penetapan pelaksana tugas pimpinan KPK yang non aktif," terang Widodo.
Perpu tersebut sudah ditandatangani. Sebagai kelanjutan dari Perpu tersebut harus segera ditetapkan nama-nama yang akan mengisi kekosongan pimpinan KPK. "Untuk menetapkan nama-nama ini tidak mudah karena kita harus meyakini bahwa nama-nama tersebut harus benar-benar memiliki kelayakan, baik kelayakan dalam arti menempati posisi itu untuk melaksanakan tugas, peran dan fungsinya, maupun kelayakan dalam aspek kepercayaan masyarakat terhadap figur-figur yang akan duduk di pimpinan KPK sementara," ujar Widodo.
"Presiden ingin nama-nama ini dapat memperoleh kelayakan tersebut. Untuk itu Presiden SBY sebelum menetapkan nama-nama tersebut membentuk tim, yang ditugaskan untuk merekomendasikan kepada Presiden nama-nama yang layak untuk mengisi kekosongan tersebut. Keppres tentang pembentukan tim ini juga sudah ditandatangani pagi tadi. Komposisi dari tim ini terdiri dari lima orang, yaitu Menko Polhukkam Widodo A.S., anggota Dewan Pertimbangan Presiden Adnan Buyung Nasution, Menhuk Ham Andi Mattalata, Mantan Ketua KPK Taufikurahman Ruki, dan Todung Mulya Lubis," Widodo menjelaskan.
Tim tersebut diberikan tugas untuk merekomendasikan tiga nama yang nantinya akan ditetapkan. "Tim diiberikan waktu tujuh hari dan harus sudah dilaporkan kepada Presiden pada tanggal 1 Oktober 2009. Fenomena realitas seperti ini harus disikapi denga jernih," tendas Widodo yang didampingi Mensesneg Hatta Rajasa dan Menhuk dan Ham Andi Mattalata.
Silahkan Di Baca
Rabu, 23 September 2009
Presiden Bentuk Tim untuk Rekomendasikan Plt. Pimpinan KPK
Diposting oleh The President di 01.27 0 komentar
Label: Rubrik
Pengantar Ratas tentang Persiapan Indul Fitri dan Isu Terkini
TRANSKRIPSI
PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
RAPAT TERBATAS TENTANG PERSIAPAN IDUL FITRI 1430H
KANTOR PRESIDEN, 10 SEPTEMBER 2009
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Yang saya hormati saudara Wakil Presiden Republik Indonesia,
para Menteri, Pimpinan Dewan Pertimbangan Presiden,
Pimpinan Bank Indonesia, Panglima TNI, Jaksa Agung
dan segenap peserta sidang kabinet paripurna yang saya hormati,
Dengan terlebih dahulu memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, kita mulai Sidang Kabinet kita hari ini dengan agenda utama membahas persiapan dan kesiapan kita menghadapi mudik lebaran atau Perayaan Idul Fitri pada tahun 2009 ini.
Saudara-saudara,
Saya ingin memberikan beberapa pengantar singkat, baik yang berkaitan dengan agenda utama kita maupun soal lain yang saya meminta atensi Saudara semua agar kita bisa mengelola permasalahan itu dengan sebaik-baiknya. Pertama, sebagaimana yang sering saya sampaikan, yang juga sering dikatakan oleh Wakil Presiden, ketika kita menghadapi Idul Fitri ataupun Hari Natal dan Tahun Baru, dimana ada kegiatan ekstra dari masyarakat kita. Maka kewajiban negara, kewajiban pemerintah untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada mereka semua.
Saya selalu mengingatkan jangan dianggap apa yang akan kita laksanakan di waktu mendatang sebagai kegiatan rutin. Apalagi business as usual dalam artian yang negatif. Anggaplah ini satu operasi khusus yang harus kita sukseskan. Lingkungan pun juga senantiasa berubah circumstances-nya juga tidak persis sama. Misalnya jumlah kendaraan yang akan melakukan perjalanan makin meningkat, jumlah yang bepergian makin meningkat. Permasalahan barangkali lebih kompleks dibandingkan sebelumnya. Oleh karena itu, mari kita lakukan tugas dan kewajiban kita ini dengan sebaik-baiknya. Petik pelajaran dan pengalaman dari pengelolaan mudik lebaran tahun lalu. Dengan tujuan, dengan sasaran kita semua ingin pelayanan Idul Fitri 1430 H ini, tahun 2009 Masehi menjadi lebih baik, better dibandingkan tahun lalu ataupun tahun-tahun sebelumnya. Itu pengantar saya berkaitan dengan agenda utama.
Yang kedua, saya ingin mengajak kita memberikan atensi yang tepat dan benar terhadap beberapa persoalan yang mengait hubungan kita dengan negara-negara sahabat. Pertama, hubungan kita dengan Malaysia, kita mengetahui bahwa sebagai negara tetangga dekat partner utama kita sebagai bangsa satu rumpun, kita kerap ada masalah-masalah yang terjadi di antara kita dengan Malaysia. Kita setuju bahwa itu wajar terjadi, justru kalau kita dengan negara yang di Eropa Barat atau Amerika Latin atau di Afrika bagian selatan tidak pernah ada masalah-masalah yang mengganggu karena jarang bertemu, jarang berkomunikasi dan sebagainya. Tetapi interaksi bangsa Indonesia dengan bangsa Malaysia itu sudah terjadi sejak dulu kala, bahkan sebelum kedua negara ini menjadi negara yang merdeka dan berdaulat.
Mari kita pahami, adalah menjadi kewajiban kita untuk memelihara hubungan baik, hubungan strategis untuk kepentingan kedua bangsa. Isu yang muncul tentu harus kita kelola. Kita sudah membentuk EPG, Eminent Persons Group atas prakarsa antara Pimpinan Malaysia waktu itu Perdana Menteri Abdullah Badawi dengan kita. EPG bertugas untuk mengelola, memelihara hubungan baik dan mencari solusi atas masalah-masalah yang bisa terjadi. Masalah itu tidak sangat prinsip tapi sangat sensitif. Sebagai contoh, Ketua EPG Indonesia Bapak Try Soetrisno segera setelah ada isu tentang Tarian Pendet misalnya terakhir ini, beliau sudah bertemu dengan counterpart beliau, Tun Musa Hitam. Kemudian juga bertemu dengan pimpinan-pimpinan lain dari Indonesia. Insya Allah besok Pak Try Soetrisno, besok juga akan bertemu saya. Ini contoh, ini prakarsa yang baik, bagaimana Pimpinan Malaysia dan kita ingin menyelesaikan masalah-masalah ini dengan baik.
Saya sudah mengeluarkan statement sebaiknya kita saling menjaga agar hubungan ini tidak terganggu oleh isu-isu tertentu. Kita harus mengetahui sensitivitas atas isu-isu tertentu. Tetapi Saudara-saudara, saya berharap jangan ada tindakan yang eksesif dari sebagian kita, apalagi tindakan melawan hukum. Meskipun tidak terjadi ataupun belum terjadi sweeping terhadap warga negara Malaysia. Itu bukan langkah yang baik, itu justru masalah baru. Mengapa? Karena pemerintah telah menjalankan tugasnya. Kita mengeluarkan protes, kita melaksanakan aksi diplomasi, diplomatik ya. Sebenarnya kita bekerja, demikian juga EPG juga bekerja. Mengapa harus ada tindakan-tindakan yang berlebihan.
Saya menerima SMS dari saudara-saudara kita yang bekerja di Malaysia, antara lain bunyinya, ”Pak Presiden, tolong masalah yang terjadi di antara Indonesia dan Malaysia dapat diselesaikan secara bijak dan arif.” Mereka mewakili kurang lebih 1, 8 juta saudara kita yang bekerja di Malaysia, yang tinggal di Malaysia, yang sekolah di Malaysia. Yang menjalankan tugas diplomasi di Malaysia. Mari kita pikirkan juga perlunya mengelola permasalahan ini dengan bijak. Tetapi pada masalah-masalah yang prinsip sesuatu yang harus kita fight, kita fight. Kalau urusan batas negara kita fight, urusan sengketa di Ambalat kita sangat fight, dan lain-lain. Karena berkaitan dengan kedaulatan negara.
Nah, isu-isu di luar itu saya masih melihat ada jalan keluar yang baik, solusi yang baik. Tidak harus dengan tindakan-tindakan kekerasan yang melawan hukum, apalagi bulan Ramadhan. Mayoritas bangsa kita menjalankan ibadah puasa. Mengapa harus ada tindakan-tindakan kekerasan. Saya prihatin meskipun belum sempat itu. Saya senang ada langkah-langkah yang tepat untuk mencegah hal itu terjadi. Meskipun Duta Besar kita dimintai keterangan disana untuk apa yang terjadi. Pak Dubes kita, Bapak Dai Bachtiar mengatakan tidak terjadi apa-apa dan semuanya bisa diatasi, bisa dicegah dan sebagainya.
Saya ingin masuk sedikit, tidak berkaitan langsung seperti yang sering disengketakan ini dan batik itu darimana, nyanyian ini darimana, tarian ini darimana. Kita harus paham. Proses interaksi antara bangsa Indonesia dengan bangsa Malaysia didahulukan, terjadi seperti itu. Namun kita berharap ya kita menghormati darimana produk budaya barangkali, atau yang disebut dengan cultural heritage warisan budaya itu berasal. Itu bagus kalau kita sama-sama seperti itu. Contoh, atas perjuangan kita batik, insya Allah pada awal Oktober nanti, disebut-sebut 2 Oktober akan ditetapkan oleh UNESCO sebagai satu world cultural heritage, singkatnya begitu, yang berasal dari Indonesia. Bicara yang paling baik, bahwa itu selesai. Artinya apa? Bahwa Pemerintah terus berusaha setelah wayang, setelah keris, warisan budaya dunia, batik, alhamdulilah sebentar lagi akan ditetapkan sebagai warisan budaya dunia itu. Dan masih ada lagi, misalnya angklung, misalkan apa namanya itu di NTT? Sasando, dan sebagainya. Kita akan terus berjuang begitu, karena itu rakyat harus memahami bahwa pemerintahnya pun, negara nya pun bekerja untuk itu semua.
Dalam hal ini Saudara Menteri Luar Negeri, tolong dikelola dengan baik hubungan kita ini, tapi juga sampaikan message yang clear kepada pemerintah Malaysia untuk betul-betul mengetahui sensitivitas terhadap isu-isu tertentu supaya tidak ada reaksi yang berlebihan. Karena biasanya kita bereaksi terhadap sesuatu yang menurut kita tidak semestinya itu terjadi. Saya kita sampaikan messages yang terang dengan bahasa yang baik tapi juga fight bahwa ini demi menjaga hubungan baik kita, hubungan bilateral di antara Indonesia dan Malaysia. Yang kedua, sebagaimana kita ikuti pemberitaan di media massa satu-dua hari ini apa yang diangkat oleh pihak Australia, khususnya Kepolisian Australia yang ingin memperkarakan kembali yang disebut dengan (Bali for five?), kejadian pada tahun 1975. Terus terang ini tentu bertentangan dengan semangat kita untuk melihat ke depan, semangat antara Indonesia dengan Timor Leste sendiri untuk mengakhiri segala sesuatu yang mengganggu hubungan diantara Indonesia dengan Timor Leste dengan pilihan bersama membentuk commission of truth and friendship. Itu semangatnya, melihat ke depan.
Kalau ini diputar ke belakang kembali tentu bertentangan dengan semangat itu, kalau tidak keliru Australia pun mendukung bahasan langkah-langkah CTF ini untuk pengakhiran secara bijak dan kemudian lebih melihat ke depan. Dengan ada sejumlah rekomendasi yang tentu ditindaklanjuti oleh kedua pemerintah, baik Indonesia maupun Timor Leste. Ini penting agar hubungan kita dengan Australia yang sekarang dalam keadaan baik, bahkan sangat baik itu tidak terganggu oleh masalah-masalah yang muncul karena menggunakan mindset, cara berpikir yang menurut kita tidak tepat. Ya, terus terang kalau kita harus menggunakan cara berpikir mundur ke belakang, kita bisa masuk ke era Westerling. Kita kerja rodi, right against humanity penjajahan itu sendiri menurut saya pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia.
Bagi bangsa yang cerdas, bangsa yang arif tentunya melihat ke depan. Saya minta dikelola dengan baik masalah ini, Pak Menlu. Dengan demikian, tidak menimbulkan hal-hal besar yang bisa mengganggu hubungan kita dengan Australia. Adakalanya kita harus menggunakan bahasa yang terang, sikap yang soft. Itulah hubungan antar bangsa, hubungan internasional.
Yang ketiga atau yang terakhir isu, dalam negeri yang berkaitan dengan undang-undang keistimewaan Yogyakarta. Ini kembali menghangat. Saya mendapatkan banyak sekali SMS, demikian juga staf. Smsnya berbeda-beda, tapi yang mengemuka desakan kepada negara karena undang-undang itu dibikin oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah agar arahnya itu penetapan.
Saudara, untuk diketahui ketika tahun lalu masalah ini sudah menghangat, saya dengan Pak Jusuf Kalla juga ikut mencari solusi yang terbaik. Dan akhirnya saya terima saudara Gubernur DIY dan Wakil Gubernur waktu itu dan kita mencari jalan keluar dan akhirnya muncullah keputusan Presiden Republik Indonesia tahun 2008 nomer 86/P/2008 yang intinya perpanjang masa jabatan saudara Sri Sultan Hamengkubowo X sebagai Gubernur DIY dan saudara KGPA Paku Alam IX sebagai Wakil Gubernur DIY untuk masa 3 tahun ke depan. Jadi kita perpanjang 3 tahun. Mengapa tiga tahun itu? Agar kita bisa mempersiapkan Undang-Undang tentang Keistimewaan Yogyakarta yang paling tepat. Bicara tepat dalam pidato Kenegaraan saya, seingat saya 2 tahun yang lalu, prinsip atau pilar yang melandasi Undang-Undang tentang keistimewaan Yogyakarta itu adalah, satu, NKRI Sistem Negara Kesatuan, Sistem Nasional yang berlaku. Yang kedua, nilai-nilai demokrasi, dan yang ketiga adalah keistimewaan atau kesejarahan dari Yogyakarta itu sendiri. Tentu musti berbeda tata pemerintahan DIY dengan tata pemerintahan daerah yang lain, propinsi yang lain. Oleh karena itu, undang-undangnya pun harus tepat mewadahi ketiga kepentingan atau keperluan itu.
Nah, kalau penetapan tiba-tiba dipaksakan, harus sangat hati-hati jangan sampai ini bertentangan dengan arus sejarah. Reformasi dan demokratisasi yang kita jalani. Justru yang tadinya pemilihan presiden dan wakil presiden itu tidak langsung sekarang langsung, pemilihan gubernur, bupati, walikota langsung, pemilihan anggota parlemen atau anggota DPR, DPRD yang sekarang tidak lagi pakai nomor urut, tetapi dengan suara terbanyak. Dewan Perwakilan Daerah dipilih secara langsung. Sebenarnya arahnya sudah benar yang menentukan siapa yang pantas memimpin mereka. Itulah hakekat demokrasi. Pemimpin politik yang akan memimpin rakyat pada prinsipnya didekati oleh rakyat, tentunya election. Pilihannya bisa macam-macam, bisa dipilih oleh DPRD dan seterusnya. Tapi prinsip demokrasi itu jangan dirusak. Oleh karena itu, menurut saya masih cukup waktu sampai semua ketemu, keistimewaannya diletakkan, kesejarahannya menjadi bagian dari undang-undang itu. Status dari misalkan keluarga besar kesultanan Yogyakarta maupun Paku alaman juga lebih baik dan segi-segi yang lain. Inilah maksud dari Keppres mengapa kita perpanjang tiga tahun, sehingga tidak terburu-buru, keliru nanti terburu-buru. Kita harus tetap pada pilar itu.
Saudara Mendagri, saya minta pedomani itu pilar, karena itu pilar terbaik supaya semua merujuk pada sistem nasional, kekhasan daerah di wadahi dan Undang-Undang Dasar kita. Tetapi sistem yang berlaku dalam pemerintahan yang mendapat keistimewaan itu tidak menabrak nilai-nilai dari konstitusi kita sendiri. Saya yakin, saya optimis, saya tetap berfikir positif akan ketemu undang-undang yang bisa mewadahi ketiga-tiganya. Tidak boleh kita putuskan dalam suasana yang emosional, harus kita pikirkan secara rasional. Sehingga tekan menekan, desak mendesak itu menjadi bertentangan dengan keinginan bersama dulu. Waktu saudara Gubernur dan wakilnya saya terima, sehingga menerbitkan keppres kita perpanjang tiga tahun ke depan, supaya cukup waktu.
Dengan demikian, DPR berpikir jernih, pemerintah berpikir jernih, kita mendengarkan pandangan dari Yogyakarta, pandangan dari pihak-pihak lain. Dengan demikian jadi tepat undang-undang yang berlaku nanti. Ini perlu saya sampaikan karena menghangat pada hari-hari terakhir ini dan kita sudah punya posisi. Mari kita komunikasikan baik-baik. Mendagri sebagai full of a point. Komunikasikanlah baik-baik semua ini dengan tujuan yang baik.
Itulah pengantar saya saudara-saudara, satu lain, satu lagi, ini ada edaran dari Sekretaris Kabinet, ini masa transisi sebenarnya. Oleh karena itu, kepada para Menteri yang akan mengambil keputusan dan kebijakan strategis. Strategis itu misalkan membawa konsekuensi untuk pemerintahan 5 tahun mendatang, berkaitan dengan nilai anggaran yang besar atau sesuatu yang fundamental wajib dikonsultasikan dulu, agar tentunya tidak membikin persoalan apabila ternyata masalah itu tidak klop dengan apa yang sedang kita pikirkan untuk periode berikutnya lagi. Tolong diperhatikan itu, dengan demikian jadi baik, saudara.
Saya tidak tahu dari anggota kabinet ini berapa yang masih akan bersama-sama di kabinet, berapa atau siapa-siapa yang tentu akan melanjutkan pengabdian yang lain. Tapi saya hanya ingin siapapun yang akan mengambil keputusan pada masa transisi jangan sampai disalahkan di kemudian hari. Saya tidak ingin seperti itu. Oleh karena itu, marilah kita pikirikan baik-baik. Dengan demikian baik untuk kita semua. Dan meskipun ini masih satu bulan lagi, tapi andaikata di antara kita tidak bersama-sama di Kabinet lagi, tapi silaturrahim kita, hubungan kita, kerjasama kita akan berlanjut. Saya sudah berbicara dengan Pak Jusuf Kalla, beliau meskipun nanti tidak di kabinet lagi, tetapi tokoh seperti Pak Jusuf Kalla masih bisa berperan bagi negara, bagi bangsa dan memberikan apapun untuk rakyat, bahkan untuk pemerintah, bahkan untuk Presiden yang akan memimpin 5 tahun mendatang.
Saya menyampaikan ini dari hati saya, masih terbuka bagi siapapun, apalagi Pak Jusuf Kalla yang 5 tahun bersama-sama saya mengelola semuanya. Itu kebersamaan yang indah, kebersamaan yang baik, karena makin banyak putra-putri bangsa yang bersama-sama mengelola negara ini, meskipun dari generasi yang berbeda berlomba-lomba dalam kebaikan. Itulah pengantar saya dan setelah ini saya persilahkan kepada Menteri Perekonomian untuk memberikan pengantar dan dilanjutkan dengan Menteri-menteri terkait untuk menyampaikan laporan dan presentasinya. Saya persilakan.
Diposting oleh The President di 01.22 0 komentar
Label: Pidato
Sambutan Peringatan Nuzulul Quran 1430 H
SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA PERINGATAN NUZULUL QUR’AN
17 RAMADHAN 1430 HIJRIYAH/
7 SEPTEMBER 2009
Bogor, 7 September 2009
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat di seluruh tanah air yang saya muliakan,
Hadirin dan hadirat yang saya hormati,
Marilah kita bersama-sama, sekali lagi, memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita masih diberi kesempatan, kekuatan, dan insya Allah kesehatan untuk menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan, sekaligus melanjutkan karya, serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.
Shalawat dan salam, semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikut Rasulullah---dan insya Allah termasuk kita semua---sampai akhir zaman.
Hadirin dan hadirat yang berbahagia,
Pada malam yang penuh berkah ini, alhamdulillah, kita kembali dapat menyelenggarakan peringatan Nuzulul Qur’an Tahun 1430 Hijriyah secara nasional, yang dipusatkan di Lingkungan Istana Bogor. Peringatan Nuzulul Qur’an yang setiap tahun kita selenggarakan, selain untuk menyemarakkan syiar Islam, sekaligus juga mengingatkan dan mengajak kaum muslimin dan muslimat, untuk selalu memperkokoh keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Nuzulul Qur’an yang kita peringati malam ini, sesungguhnya memiliki makna dan hakikat yang mendalam, yaitu hadirnya sebuah kesadaran spiritual tentang jati diri manusia sebagai hamba Allah, dan sekaligus sebagai khalifah-Nya.
Sebagai hamba Allah, kita dituntut untuk menjadi manusia yang selalu mengabdi kepada-Nya. Sementara itu, untuk melaksanakan fungsi kekhalifahan, Al-Qur’an memberi petunjuk agar setiap manusia memiliki keimanan yang kuat, teguh dalam beribadah, berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur, serta menguasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua itu guna diabdikan bagi kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia.
Tema yang diangkat pada peringatan Nuzulul Qur’an tahun ini, adalah: ”Dengan semangat Nuzulul Qur’an, kita bangun kapasitas Sumber Daya Manusia Indonesia dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk meningkatkan daya saing Nasional”. Tema ini saya nilai tepat dan relevan dengan agenda nasional yang sedang kita galakkan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu program prioritas pemerintah lima tahun belakangan ini, dan insya Allah, juga akan menjadi prioritas dalam lima tahun ke depan.
Tema ini juga sejalan dengan perintah Allah SWT, yang diturunkan untuk pertama kalinya pada tanggal 17 Ramadhan, 13 tahun sebelum hijrah. Surat yang pertama kali turun, berisi perintah untuk membaca; Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan! Perintah membaca adalah awal dan inti dari sebuah proses pembelajaran. Dengan membaca, kita memperoleh pengetahuan yang luas dan membuka cakrawala akan kemahabesaran Allah SWT, Tuhan Pencipta Alam Semesta.
Perintah yang terkandung dalam ayat yang pertama kali turun itu menunjukkan, bahwa membaca merupakan aktivitas yang mendasari proses pembangunan masyarakat berpengetahuan, yang sekaligus menjadi masyarakat berke-Tuhanan. Aktivitas membaca juga merupakan awal dari tumbuhnya kecerdasan intelektual, dan merupakan aktivitas berfikir dan belajar yang lebih komprehensif. Dan penyebutan atas nama Tuhan, sebagai aktivitas berdzikir, merupakan bagian dari kecerdasan spiritual, untuk selalu mengingat Allah SWT dalam segala dinamika kehidupan di alam fana ini.
Hadirin dan hadirat yang saya muliakan,
Islam mendorong penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang membawa manfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan umat manusia serta lingkungan alam semesta.
Sebagaimana sering saya katakan, untuk menjadi bangsa yang maju, bermartabat dan sejahtera, kita memerlukan tiga syarat fundamental, yaitu kemandirian, daya saing, serta peradaban yang unggul dan mulia. Kemandirian merupakan jati diri bangsa kita yang telah terbangun melalui perjalanan sejarah yang sangat panjang. Daya saing merupakan cerminan dari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan peradaban yang unggul dan mulia, adalah wujud nyata dari sosok bangsa yang berkarakter, beriman, dan menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan.
Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita dapat membangun kehidupan bangsa yang lebih maju dan sejahtera. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita dapat membangun masyarakat yang cerdas, berdaya saing, dan berahlak mulia.
Hadirin yang saya muliakan,
Sebagai umat Islam, kita harus yakin dan percaya, bahwa untuk dapat memiliki kehidupan yang maju dan sejahtera, kita perlu meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejarah telah membuktikan, bahwa peradaban Islam sejatinya adalah peradaban ilmiah, yaitu sebuah peradaban yang sarat dengan pemikiran intelektual, inovasi teknologi, serta pengabdian kemanusiaan dan kemasyarakatan.
Di waktu yang lalu, di zaman keemasan, pada abad-abad pertengahan, pemikiran Islam telah menghasilkan karya ilmu pengetahuan yang tinggi dan berkembang hingga saat ini. Berbagai penemuan dan pengembangan di bidang Astronomi, Matematika, Kedokteran, dan Seni Budaya sebagaimana yang tadi disampaikan Penceramah, Prof. Dr. Umar Jennie adalah bagian dari karya intelektual kaum muslimin. Oleh karena itu, sebagai bangsa dengan jumlah pemeluk Islam terbesar di dunia, sebagai bangsa yang mewarisi warisan intelektual dan peradaban dari Barat, Timur, dan Islam, sudah selayaknya umat Islam Indonesia tampil ke depan. Saya berharap, kalangan intelektual muslim dapat mengaplikasikan penguasaan ilmu-ilmu tersebut, guna berkontribusi bagi kemaslahatan umat manusia.
Dalam dialog ramadhan beberapa waktu yang lalu, yang disiarkan di beberapa stasiun televisi, saya menekankan pentingnya kembali membangun peradaban Islam yang luhur dan agung. Peradaban Islam yang bersumber dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dilandasi oleh nilai-nilai Al-Qur’an. Peradaban Islam yang juga dipandu dengan sunnah Rasulullah SAW. Dan peradaban Islam yang diperkaya oleh para ulama besar dari zaman ke zaman. Peradaban itulah yang harus kita tumbuh kembangkan sebagai manifestasi dari konsep Islam sebagai rahmatan lil alamin; Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.
Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, saya mengajak segenap komponen bangsa, utamanya para intelektual dan ulama, untuk terus berkreasi dan berinovasi guna mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh bangsa kita dewasa ini, serta guna membangun kehidupan yang lebih maju, lebih bermartabat dan lebih sejahtera.
Hadirin, kaum muslimin yang berbahagia,
Sebagaimana yang telah saya sampaikan sebelumnya, Islam adalah pembawa rahmat bagi semesta alam. Implementasi konsep rahmatan lil ’alamin yang bertumpu pada dimensi ilmu dan akhlakul karimah, merupakan penegasan peran kekhalifahan kita. Melalui pendekatan kasih sayang dan kedamaian, kita akan dapat membangun tatanan dunia yang beradab dan penuh harmoni. Al-Qur’an menguatkan adanya eksistensi keberagaman, sehingga kita tidak harus terus mempertentangkan perbedaan. Akhlak mulia meniscayakan untuk mengembangkan sikap lapang dada atau toleransi. Meskipun ada perbedaan, tetapi perbedaan itu tidak boleh melahirkan permusuhan. Justru sebaliknya, dengan perbedaan itulah kita dapat melahirkan berbagai pandangan untuk mencapai kesempurnaan. Itulah sebabnya Rasulullah SAW bersabda bahwa ”agama yang paling dicintai oleh Allah adalah agama yang lurus dan toleran”. Dalam kaitan itu semua, tugas dan peran kekhalifahan kita sekarang dan di masa mendatang adalah, bagaimana kita semua dapat terus membangun peradaban mulia, dalam menciptakan tatanan dunia sebagaimana yang diamanahkan oleh Al-Qur’an.
Hadirin dan hadirat yang saya hormati,
Sebelum mengakhiri sambutan ini, sekali lagi saya mengajak kepada segenap kaum muslimin dan muslimat di seluruh tanah air, untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari peringatan Nuzulul Qur’an ini. Dengan memetik hikmah dan pelajaran dari peristiwa itu, saya yakin kita mampu menjadi bangsa yang besar dan maju. Mari kita bangun negeri kita dengan keimanan yang kukuh, kecerdasan intelektual yang tinggi, dan kesalehan sosial yang makin kuat.
Mari kita tingkatkan amal ibadah kita dalam keberserahan diri kepada Allah SWT. Mari kita tingkatkan solidaritas dan kesalehan sosial dalam berbagi kepada sesama. Mari kita bangun tatanan masyarakat yang berperadaban, sebagai ciri bangsa yang berkemampuan, berkarakter, dan berakhlak mulia, yang mampu membawa kemajuan dan meningkatkan kesejahteraan menuju masyarakat adil dan makmur dalam lindungan Allah SWT.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kita memohon pertolongan, dan hanya kepada-Nya pula kita mengembalikan segala urusan. Semoga Allah menerima amal ibadah puasa kita, dan ibadah-ibadah yang lainnya di bulan Ramadhan ini. Semoga pula Allah SWT mempertautkan hati kita, agar kita menjadi bangsa yang saling menjaga persatuan dan kesatuan di negara Republik Indonesia yang kita cintai ini.
Amin ya robbal alamin,
Terima kasih,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Diposting oleh The President di 01.19 0 komentar
Label: Pidato
Sambutan Rapat Terbatas Penanganan Gempa
TRANSKRIPSI
SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
RAPAT TERBATAS MENGENAI PENANGANAN GEMPA
ISTANA BOGOR, 7 SEPTEMBER 2009
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Para Menteri dan Anggota Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Gubernur Jawa Barat,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Para Menteri dan Anggota Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Gubernur Jawa Barat,
Saudara-saudara,
Alhamdulillah, hari ini kita dapat menghadiri Rapat Kabinet Terbatas ini dalam suasana ibadah kita di bulan suci Ramadhan dan semoga pertemuan kita ini mendapatkan berkah dari Allah SWT. Dan juga dapat melakukan tugas-tugas lanjutan, khususnya tugas kita bersama untuk mengelola penanganan bencana alam yang terjadi di Jawa Barat beberapa hari yang lalu.
Saya tentu memantau apa yang Saudara lakukan dan pada hakikatnya, kita sudah mengetahui sebab-sebab dari bencana ini. Langkah tanggap darurat pun telah dan sedang kita laksanakan sesuai dengan undang-undang dan sistem yang berlaku. Sebagaimana yang dialami oleh daerah lain di luar Jawa Barat ini, bahkan negara lain mengatasi bencana alam selalu ada tantangan dan permasalahan, itu normal. Jadi kalau ada komentar di sana, sini, itu biasa, negara lain pun begitu. Yang penting jangan menghalang-halangi kesungguhan kita, pelaksanaan tugas kita untuk berbuat yang terbaik bagi rakyat, melakukan langkah-langkah tanggap darurat dan nantinya rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana ini.
Beberapa saat yang lalu, ini untuk klarifikasi juga, saya mendapatkan banyak SMS tentang bantuan yang diterima oleh kita berkaitan dengan bencana alam ini. Ketika saya meninjau Cianjur Selatan atau Kecamatan Cibinong persisnya, setelah saya melihat lokasi, dimana bukit yang runtuh dengan batu-batu yang sangat besar, menimbun sekitar 14 rumah. Waktu itu, saya ditanya oleh BBC intinya, “Tuan Presiden, apakah Anda ingin meminta bantuan internasional?”. Adakalanya dalam bencana yang begitu besar, seorang Kepala Pemerintahan atau Kepala Negara meminta atau appealing dunia untuk membantu negara yang bersangkutan. Itu bisa terjadi.
Jawaban saya waktu itu, pada titik sekarang ini, pemerintah Indonesia dapat mengatasi dengan memobilisasi sumber daya yang kami miliki, baik sumber daya daerah maupun sumber daya nasional. Yang kami lakukan sekarang adalah kegiatan tanggap darurat, emergency relief operation untuk save more lifes dan melakukan langkah-langkah yang berkaitan dengan itu. Itu jawaban saya.
Kemudian pertanyaan kedua, “Apakah Anda yakin masih ada yang bisa diselamatkan melihat keadaan seperti itu?” Jawaban saya, “Anda sudah melihat tadi, tempat terjadinya reruntuhan gunung yang terdiri dari batu-batu yang besar itu, memang keadaannya demikian, tetapi kami akan terus melakukan upaya pencarian dan penyelamatan di seluruh wilayah Jawa Barat, save and rescue operation akan terus kami lakukan, dengan segala upaya. Kita lihat hasilnya nanti, tapi itu yang kami lakukan.”
Itulah sebetulnya dua pertanyaan dan dua jawaban saya, yang masuk ke saya, apakah betul pemerintah menolak bantuan. Jadi jawaban saya seperti itu. Kalau ada orang membantu apalagi di bulan suci Ramadhan, itu pahalanya tinggi sekali. Saya kira Pak Gubernur, kalau ada yang membantu Pak Gubernur juga Alhamdulillah, membantu Pak Bupati yang kena musibah kabupatennya juga bersyukur. Jadi tolong dilihat pertanyaan dan jawaban saya seperti itu. Kalau ada yang mengangkat-angkat di media massa ya jelaskan, banyak hal yang sebetulnya gamblang sekali masalahnya, terus kok tiba-tiba seperti tidak gamblang. Mari kita belajar untuk menyederhanakan, membikin terangnya masalah, bukan sebaliknya, karena keliru nanti negara ini, pemerintah ini, kita semua terhadap rakyat kita.
Itu pengantar saya dan setelah ini saya persilakan. Saya mulai dari Menko Kesra untuk melaporkan.
Diposting oleh The President di 01.11 0 komentar
Label: Pidato