Kata Cipanas berasal dari bahasa Sunda, "ci" atau "cai" yang berarti air dan panas yang berarti panas juga dalam bahasa Indonesia. Kata tersebut menjadi nama sebuah desa, yaitu desa Cipanas. Di tempat itu terdapat sumber air panas yang mengandung belerang. Desa itu berada dalam wilayah kompleks Istana Kepresidenan Cipanas. Terletak di kaki Gunung Gede, bangunan yang kini menjadi Istana Cipanas sejak awal memang digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi para Gubernur Jenderal, bukan gedung pemerintahan atau rumah dinas seperti Istana Bogor atau Istana Merdeka.
Penciptanya adalah Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff ketika sedang melakukan ekspedisi bersama timnya ke kawasan Batavia, Cisarua, dan Cipanas. Pada suatu sore rombongan Van Imhoff tiba di sebuah sumber air panas yang menyembur di bawah sebatang pohon karet munding. Ia segera berhasrat membangun sebuah rumah peristirahatan di tempat itu. Bahkan ia langsung mengutus juru ukur untuk membuat peta dan mematok kapling untuk bangunan yang dicita-citakannya.
Pada tahun 1942, rumah peristirahatan di Cipanas tersebut mulai dibangun. Tukang-tukang kayu didatangkan khusus dari Tegal dan Banyumas, Jawa Tengah, tempat para perajin yang dikenal piawai dan rapi buatannya. Sketsa dasar bangunannya dibuat Van Imhoff sendiri. Vila itu selesai empat tahun kemudian. Selama masa pembangunan itu, Van Imhoff sering datang menengok sekaligus untuk berendam air panas. Dokter pribadinya bahkan menyarankan untuk minum air dari sumber itu yang diketahui mengandung belerang dan zat besi, dicampur susu karena mempunyai khasiat pertumbuhan.
Di Vila Cipanas itu pulalah Van Imhoff meninggal pada tahun 1750, setelah sakit selama dua bulan. Jenazahnya dimakamkan di Tanahabang, Jakarta, dengan upacara kebesaran militer. Ketika rumah peristirahatan itu dibangun, Van Imhoff tidak membayangkan bahwa 2,5 abad kemudian jalan di depan puri itu akan ramai. Menurut catatan lama, bangunan itu bahkan tidak tampak dari jalan. Terlindung di balik pepohonan tinggi ketika pertama kali dibangun dulu. Sumber air panasnya sendiri yang menjadi alasan utama pendirian rumah peristirahatan itu berada lebih dari seratus meter di belakang bangunan induk.
Istana Cipanas ini tidak pernah dianggap sebagai puri resmi. Tidak semua Gubernur Jenderal Hindia Belanda pernah menggunakan istana ini untuk peristirahatan, khususnya pada abad ke-18 hingga pertengahan abad ke-19. Di masa pendudukan Jepang, para pemimpin tentara dan pembesar Jepang yang memang senang berendam air panas selalu singgah di Cipanas dalam perjalanan antara Jakarta dan Bandung.
Sebagai tempat peristirahatan, Istana Cipanas memang tidak banyak berperan sebagai tempat kejadian-kejadian bersejarah. Namun di sinilah Presiden Soekarno pada 13 Desember 1965 mengadakan sidang kabinet untuk memutuskan perubahan nilai uang dari Rp 1.000 menjadi Rp 1. Kebijakan ini pada waktu itu populer dengan sebutan “sanering”. Dan meskipun Istana Cipanas tidak dirancang untuk menerima tamu negara, Ratu Juliana dari Belanda pernah singgah di sini pada 1971.
Bulan Febuari 2008 lalu, Ibu Ani Bambang Yudhoyono memperkenalkan Istana Kepresidenan Cipanas kepada para Duta Besar Wanita dan para istri Duta Besar negara-negara sahabat yang sedang bertugas di Indonesia dalam acara Friendship Gathering. Kepada lebih kurang 400 undangan Ibu Ani menjelaskan tentang sejarah Istana Cipanas. "Istana Cipanas adalah satu dari enam Istana Kepresidenan di Indonesia. Terletak antara Jakarta dan Bandung dan diapit oleh Gunung Gede dan Gunung Pangrango, membuat udara di Istana ini sangat sejuk. Semoga anda semua bisa menikmati keindahan Istana Cipanas dan keragaman budaya Indonesia," kata Ibu Ani. (osa)
Foto: Istana Cipanas, dulu merupakan rumah peristirahatan Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff, dibangun tahun 1942-1945.
Silahkan Di Baca
Senin, 17 Agustus 2009
Istana Cipanas Dulu Vila Milik Baron van Imhoff
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar